tag:blogger.com,1999:blog-43193600598532670892024-02-19T08:05:03.267-08:00Alam PikirankuBlog ini blog pribadi.
Isi blogku ini hanyalah Copy-paste dari artikel 2X yg ku baca dan ingin ku tuangkan dalam blog ini, hanya untuk ku ulas kembali.....Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.comBlogger428125tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-58208089929844948532015-09-26T07:08:00.001-07:002015-09-26T07:08:26.916-07:00<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;">Istri istri presiden soekarno </span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin sebagian orang bingung, mengapa
diberi judul misteri? Karena tak semua rakyat Indonesia tahu, berapa
tepatnya istri Presiden pertama Indonesia ini. Ada yang bilang empat
istri atau ada juga yang bilang lima istri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang resmi diketahui selama ini, Presiden
Soekarno tercatat memiliki sembilan orang istri selama hidupnya.
Soekarno memang dinilai sebagai seorang <em>Don Juan</em> yang selalu memesona wanita. Berkali-kali diakui oleh Soekarno, dirinya memang seorang pemuja wanita cantik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mantan Ajudan Soekarno, Bambang
Widjanarko menceritakan Soekarno memang jagoan soal wanita. Kharisma
Soekarno ditambah intelektualitas yang tinggi, membuat wanita-wanita
bertekuk lutut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/soekarno-waktu-masih-kecil.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img alt="soekarno-waktu-masih-kecil" class="alignright wp-image-14795" height="346" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/soekarno-waktu-masih-kecil.jpg?w=258&h=346" width="258" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, Soekarno juga selalu bersikap gallant atau sopan dan hangat pada setiap wanita.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak peduli wanita itu tua atau muda. Soekarno tak segan-segan mengambilkan minum sendiri untuk tamu wanitanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soekarno juga selalu membantu memegang
tangan wanita, jika wanita itu keluar mobil. Sukarno menghormati wanita,
juga sangat romantis. Dia juga tak sungkan mengumbar pujian pada
wanita. Hal ini yang selalu membuat para wanita tersanjung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan catatan sejarah, sembilan
istri Soekarno adalah Siti Utari Tjokroaminoto yang dikawini tahun 1920
dan berpisah pada tahun 1923. Kemudian Inggit Garnasih yang mendampingi
Soekarno selama kurun 1923 hingga 1943.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya Fatmawati yang disunting pada
tahun 1943 dan tidak pernah diceraikan hanya meninggalkan Istana
Merdeka begitu Soekarno menikahi Hartini pada tahun 1954. Hartini
mendampingi hingga Soekarno wafat pada 21 Juni 1970.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/sukarno-sungkem-ibunda.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img alt="sukarno sungkem ibunda" class=" wp-image-14657 " height="300" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/sukarno-sungkem-ibunda.jpg?w=256&h=300" width="256" /></a></div>
<div class="wp-caption alignright" data-shortcode="caption" id="attachment_14657" style="width: 266px;">
<div class="wp-caption-text">
Sukarno sungkem kepada ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Soekarno juga menikahi Kartini Manoppo
pada tahun 1959 hingga 1967. Juga ada Naoko Nemoto alias Ratna Sari Dewi
yang dinikahi pada 1962 dan Haryati 1963 hingga 1966.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua nama terakhir yang menjadi istri Soekarno adalah Yurike Sanger yang dinikahi tahun 1964 dan Heldy Djafar pada tahun 1966.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sembilan istrinya tersebut, total
ada sepuluh anak yang ‘resmi’ diakui sebagai anak Bung Karno. Dari
Fatmawati, Bung Karno dikaruniai 5 anak yakni Guntur, Megawati,
Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan dari Hartini, ada dua anak Bung
Karno yakni Taufan dan Bayu. Dari Ratna Sari Dewi lahirlah Kartika.
Demikian juga dari Haryati lahirlah Ayu, dan anak terakhir Soekarno
berasal dari Kartini Manoppo yang diberi nama Totok.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut kesembilan istri syah Sukarno:</div>
<blockquote>
<ol>
<li>Oetari (1921–1923)</li>
<li>Inggit Garnasih (1923–1943)</li>
<li>Fatmawati (1943–1956)</li>
<li>Hartini (1952–1970)</li>
<li>Kartini Manoppo (1959–1968)</li>
<li>Ratna Sari Dewi (1962–1970)</li>
<li>Haryati (1963–1966)</li>
<li>Yurike Sanger (1964–1968)</li>
<li>Heldy Djafar (1966–1969)</li>
</ol>
</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<em>Indo Crop Circles</em> mencoba menguaknya dari berbagai sumber mulai dari wikipedia, beberapa situs luar negeri dan wartawan <em><span class="skimlinks-unlinked">merdeka.com</span></em>
Laurencius Simanjuntak, Didi Syafirdi dan Ramadhian Fadillah. Berikut
sembilan wanita yang bertekuk lutut dan dipersunting Soekarno.</div>
<h2 style="text-align: center;">
<strong><span style="color: blue;">1. Oetari Tjokroaminoto (Siti Oetari) – (1921–1923)</span></strong></h2>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/oetari-tjokroaminoto.jpg" target="_blank"><img alt="oetari-tjokroaminoto" class="aligncenter size-large wp-image-14765" height="200" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/oetari-tjokroaminoto.jpg?w=640&h=320" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oetari Tjokroaminoto adalah istri pertama
Soekarno sekaligus putri sulung Hadji Oemar Said Tjokroaminoto,
pemimpin Sarekat Islam yang juga sebagai guru Soekarno.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soekarno menikahi Oetari usianya belum
genap 20 tahun. Siti Oetari sendiri waktu itu berumur 16 tahun. Soekarno
menikahi Oetari pada tahun 1921 di Surabaya.</div>
<b>Soekarno kepada Utari Tjokroaminoto :</b><br />
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<i>“Lak, tahukah engkau
bakal istriku kelak.? … orangnya tidak jauh dari sini, kau ingin tau?
boleh..Orangnya dekat sini kau tak usah beranjak, karena orangnya ada di
sebelahku”</i></div>
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/utari-tjokroaminoto1.jpg" target="_blank"><img alt="Utari Tjokroaminoto1" class="alignright wp-image-14777" height="367" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/utari-tjokroaminoto1.jpg?w=288&h=367" width="288" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sewaktu
itu Soekarno menumpang di rumah HOS Tjokroaminoto, Jl Peneleh II/27
Surabaya, ketika sedang menempuh pendidikan di sekolah lanjutan atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soekarno menikahi Oetari untuk meringankan beban keluarga Tjokro. Kala itu istri Tjokro baru saja meninggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soekarno tidak mencintai Oetari sebagaimana seorang suami mencintai istrinya. Begitu pula Oetari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dunia pergerakan Soekarno dan dunia kanak-kanak Oetari terlalu berseberangan. Hubungan mereka pun lebih seperti kakak-adik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa saat sesudah menikah, Bung Karno
meninggalkan Surabaya, pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan
di perguruan tinggi di THS (sekarang ITB).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pernikahan Soekarno dan Oetari tidak
bertahan lama. Soekarno kemudian menceraikan Oetari secara baik-baik tak
lama setelah kuliah di Bandung.</div>
<h2 style="text-align: center;">
<strong><span style="color: blue;">2. Inggit Garnasih – (1923–1943)</span><br />
</strong></h2>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/inggit-garnasih-2.jpg" target="_blank"><img alt="Inggit Garnasih 2" class="aligncenter size-full wp-image-14778" height="237" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/inggit-garnasih-2.jpg?w=640&h=380" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inggit Garnasih (lahir di Desa Kamasan,
Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 17 Februari 1888 –
meninggal di Bandung, Jawa Barat, 13 April 1984 pada umur 96 tahun
adalah istri kedua Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/inggit-garnasih-sukarno.jpg" target="_blank"><img alt="inggit garnasih sukarno" class="alignright wp-image-14779" height="433" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/inggit-garnasih-sukarno.jpg?w=288&h=433" width="288" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kala
itu Soekarno kos di Bandung tahun 1921. Sejak awal pertemuan di rumah
Inggit Garnasih, dia sudah mengagumi sosok Inggit yang matang dan
cantik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mereka menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pernikahan mereka dikukuhkan dengan
Soerat Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15
sen, dan berbahasa Sunda.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soekarno berusia 20 tahun dan Inggit berusia 33 tahun kala itu. Pernikahan Inggit dengan Haji Sanusi pun tidak bahagia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada sosok Inggit Soekarno menemukan pelabuhan cintanya. Inggit begitu telaten melayani dan mendengarkan Soekarno.</div>
<b>Soekarno kepada Inggit Garnasih :</b><br />
<div style="padding-left: 30px;">
<i>“Aku kembali ke Bandung.., dan kepada tjintaku yang sesungguhnya.”</i></div>
<div style="padding-left: 30px;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/inggit-garnasih.jpg" target="_blank"><img alt="Inggit Garnasih" class="alignright wp-image-14761" height="383" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/inggit-garnasih.jpg?w=287&h=383" width="287" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Inggit mendampingi Soekarno dalam suka dan duka selama hampir 20 tahun. Pernikahan Soekarno dan Inggit tidak dikaruniai anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun 1943, Soekarno menceraikan Inggit yang tak mau dimadu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sayang, setelah 20 tahun berumah tangga,
bahkan dengan setia nunut Bung Karno hingga ke Ende dan Bengkulu, Inggit
harus rela berpisah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena si Bung terpikat pada Fatmawati, yang pernah ikut mondok dalam rumah tangga mereka saat di Bengkulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sekalipun bercerai tahun 1942, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah cinta Inggit-Soekarno ditulis
menjadi sebuah roman yang disusun Ramadhan KH yang dicetak ulang
beberapa kali sampai sekarang.</div>
<h2 style="text-align: center;">
<strong><span style="color: blue;">3. Fatmawati (Fatimah) – (1943–1956)</span><br />
</strong></h2>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/fatmawati.jpg" target="_blank"><img alt="fatmawati" class="aligncenter size-large wp-image-14768" height="204" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/fatmawati.jpg?w=640&h=327" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fatmawati yang bernama asli Fatimah lahir
di Bengkulu, 5 Februari 1923. Dalam pembuangan di Bengkulu, Soekarno
bertemu Fatmawati. Gadis muda ini adalah putri tokoh Muhammadiyah di
Bengkulu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Usia Soekarno dan Fatmawati terpaut 22
tahun lebih muda. Hubungan dengan Fatmawati membuat pernikahan Soekarno
dengan Inggit Garnasih berakhir. Inggit menolak dipoligami dan memilih
pulang ke Bandung.</div>
<b>Soekarno kepada Fatmawati :</b><br />
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<i>“Engkau menjadi terang dimataku. Kau yang akan memungkinkan aku melanjutkan perdjuanganku yang maha dahsyat.”<br />
</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanggal 1 Juni 1943, Soekarno dan
Fatmawati menikah. Soekarno berusia 42 tahun dan Fatma 20 tahun. Setelah
Indonesia merdeka, Fatma menjadi ibu negara yang pertama. Dia juga yang
menjahit bendera pusaka merah putih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/sukmawati-sukarno.jpg" target="_blank"><img alt="sukmawati-sukarno" class="alignright size-medium wp-image-14773" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/sukmawati-sukarno.jpg?w=263&h=300" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi
kebahagiaannya sebagai pendamping Bung Karno harus terkoyak pada tahun
ke-12. Sebab, belum genap dua hari ia melahirkan Guruh, Sukarno mendekat
sambil berkata lirih, “Fat, aku minta izinmu, aku akan kawin dengan
Hartini.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 80-an lalu, kehendak Fatmawati menemui Inggit di Jalan Ciateul Nomor 8, Bandung, seperti tertulis dalam buku <em>“Fatmawati Sukarno: The First Lady”</em> karya Arifin Suryo Nugroho, terwujud berkat bujuk rayu mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ali menemui Inggit pada 7 Februari 1980
untuk menjajaki kemungkinan menerima kehadiran Fatmawati, yang telah 38
tahun tak lagi berkomunikasi. Di hadapan Inggit yang telah sepuh itu,
Fatmawati Sukarno bersimpuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Indung mah lautan hampura</em>
(seorang ibu adalah lautan maaf),” kata Fatmawati. Inggit yang telah
sepuh itu membalas sambil memeluk dan mengelus kepala Fatmawati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Hanya, ke depan, jangan mencubit orang lain kalau tak ingin dicubit, karena dicubit itu rasanya sakit,”</em> jelas Inggit, istri yang cuma bisa memberi tanpa mau meminta kepada suaminya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<em><a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/bung-karno-fatmawati.jpg" target="_blank"><img alt="bung-karno-fatmawati" class="alignright wp-image-14780" height="359" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/bung-karno-fatmawati.jpg?w=289&h=359" width="289" /></a></em> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil berurai air mata, Fatmawati bersujud menciumi kedua kaki Inggit.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan terbata-bata, Fatmawati meminta maaf karena telah menjalin tali kasih dan menikah dengan Sukarno.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi Fatmawati, kehendaknya menemui mantan ibu angkatnya Inggit, seolah menjadi penyuci diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada 14 Mei 1980 Fatmawati meninggal
dunia karena serangan jantung ketika dalam perjalanan pulang umroh dari
Mekah, lalu dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Fatmawati, Soekarno mendapatkan lima
orang anak. Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati
Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.</div>
<h2 style="text-align: center;">
<strong><span style="color: blue;">4. Hartini – (1952–1970)</span><br />
</strong></h2>
<div style="text-align: center;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/hartini.jpg" target="_blank"><img alt="hartini" class=" wp-image-14766 aligncenter" height="238" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/hartini.jpg?w=640&h=381" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hartini adalah wanita setia yang sempat
mengisi hidup Soekarno. Hartini lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 20
September 1924. Ayahnya Osan adalah pegawai Departemen Kehutanan yang
rutin berpindah kota. Hartini menamatkan SD di Malang dan beliau
diangkat anak oleh keluarga Oesman di Bandung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hartini melanjutkan pendidikan di <em>Nijversheid School</em>
(Sekolah Kepandaian Putri) Bandung. Hartini menamatkan SMP dan SMU di
Bandung. Hartini remaja dikenal cantik, dan Hartini muda menikahi
Suwondo dan menetap di Salatiga. Ia menjadi janda pada usia 28 tahun
dengan lima orang anak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat dipinang oleh sang proklamator pada 1953, Hartini berumur 29 tahun dan berstatus janda lima anak.</div>
<b>Soekarno kepada Hartini :</b><br />
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<i>“Tien, I can’t work
without you. Meski kamu istri kedua (setelah Fatmawati-red), kamu tetap
istri saya yang sah. Biarpun kamu tidak tinggal di Istana Negara, kamu
tetap mejadi ratu. Kamu akan menjadi ratu yang tidak bermahkota di
Istana Bogor.” </i>(saat meminta Hartini menjadi istrinya)</div>
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/sri-hartini.jpg" target="_blank"><img alt="sri-hartini" class="alignright wp-image-14782" height="380" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/sri-hartini.jpg?w=276&h=380" width="276" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernikahan
keduanya diawali tahun 1952 di Salatiga, Hartini berkenalan dengan
Soekarno yang rupanya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Saat itu Soekarno, dalam perjalanan menuju Yogyakarta untuk meresmikan Masjid Syuhada.</div>
Setahun kemudian, Hartini dan Soekarno bertemu saat peresmian teater terbuka Ramayana di Candi Prambanan.<br />
<div style="text-align: justify;">
Melalui seorang teman, Soekarno mengirimkan sepucuk surat kepada Hartini dengan nama samaran Srihana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua hari setelah Guruh Soekarno Putra lahir, tanggal 15 Januari 1953, Soekarno meminta izin Fatmawati untuk menikahi Hartini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kepada <em>Tempo</em> edisi 22 September
1999 lalu, Hartini menepis tudingan publik bahwa dirinya telah merebut
Bung Karno dari Fatmawati. Untuk bersedia menerima pinangan Bung Karno
yang bertubi-tubi, dia harus membayarnya dengan amat mahal. Sebab,
hampir semua media dan aktivis perempuan kala itu menyudutkan dirinya,
dan lebih membela Fatmawati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Benar, sudah ada Ibu Fatmawati, sang first lady, ketika saya menikah dengan Bung Karno. Tapi, setelah saya, juga ada Dewi,”</em> ujar Hartini.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="wp-caption alignright" data-shortcode="caption" id="attachment_14774" style="width: 269px;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/hartini-sukarno.jpg" target="_blank"><img alt="hartini-sukarno" class=" wp-image-14774 " height="388" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/hartini-sukarno.jpg?w=259&h=388" width="259" /></a><div class="wp-caption-text">
Sukarno dan Hartini</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan, kalau dirinya dikatakan merebut Bung
Karno dari Ibu Fat, ia melanjutkan, bukankah Ibu Fat juga merebut Bung
Karno dari Ibu Inggit, dan Ibu Inggit merebutnya dari Ibu Tari (Oetari)?</div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu, setelah Dewi, bukankah masih ada
lagi Haryatie, Yurike, dan belum pacar-pacar yang lain? Jadi semuanya
sama. Yang membedakan, hanya ada satu <em>first lady</em>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Saya tidak merebut Bung Karno. Saya menjalani takdir yang digariskan hidup,”</em> Hartini menegaskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Soekarno, Hartini melahirkan dua anak, yakni Taufan Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hartini tetap menjadi istri saat masa
kekuasaannya Soekarno sudah memasuki usia senja. Hartini juga tetap
mempertahankan status pernikahan hingga ajal menjemput Soekarno.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di pangkuan Hartinilah, Putra Sang Fajar
menghembuskan napas terakhirnya di RS Gatot Subroto pada 21 Juni 1970.
Hartini meninggal di Jakarta, 12 Maret 2002 pada umur 77 tahun.</div>
<h2 style="text-align: center;">
<strong><span style="color: blue;">5. Kartini Manoppo – (1959-1968)</span><br />
</strong></h2>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/kartini-manoppo.jpg" target="_blank"><img alt="kartini-manoppo" class="aligncenter size-large wp-image-14786" height="200" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/kartini-manoppo.jpg?w=640&h=320" width="400" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sosok
wanita ini merupakan salah satu istri yang paling dicintai oleh
Soekarno. Kartini Manoppo menjadi istri Bung Kerno yang kelima. Keduanya
menikah pada tahun 1959.</div>
<b>Soekarno kepada Kartini Manoppo :</b><br />
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<i>“Aku mencintai kamu, aku ingin kau membalas cintaku….sekarang juga saya minta kepastian darimu ya atau tidak”</i></div>
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<i><br />
</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/kartini-manoppo-02.jpg" target="_blank"><img alt="kartini-manoppo 02" class="alignright wp-image-14787" height="343" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/kartini-manoppo-02.jpg?w=279&h=343" width="279" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Awal
mula Bung Karno jatuh hati pada wanita yang pernah jadi pramugari
Garuda Indonesia itu saat melihat lukisan karya Basuki Abdullah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak saat itu, Kartini tak pernah absen tiap kali Bung Karno pergi ke luar negeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kartini merupakan wanita asal Bolaang Mongondow, Sulawesi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia terlahir dari keluarga terhormat,
sehingga Kartini menutup rapat-rapat pernikahannya dengan Bung Karno.
Sejarah mencatat, Kartini merupakan istri kedelapan Sang Putera Fajar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menikah dengan Kartini Manoppo, Bung Karno dikarunia anak Totok Suryawan Sukarno pada 1967.</div>
<h2 style="text-align: center;">
<strong><span style="color: blue;">6. Ratna Sari Dewi (Naoko Nemoto) – (1962–1970)</span><br />
</strong></h2>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/naoko-nemoto-ratna-sari-dewi.jpg" target="_blank"><img alt="naoko nemoto ratna-sari-dewi" class="aligncenter size-full wp-image-14770" height="251" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/naoko-nemoto-ratna-sari-dewi.jpg?w=640&h=402" width="400" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ratna
Sari Dewi adalah wanita keenam yang dinikahi Soekarno. Lahir dengan
nama Naoko Nemoto di Tokyo, 6 Februari 1940, Dewi dinikahi sang
proklamator saat usia 19 tahun.</div>
<b>Soekarno kepada Ratna Sari Dewi :</b><br />
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<i>“Kalau aku mati,
kuburlah aku di bawah pohon yang rindang. Aku mempunyai istri yang aku
cintai dengan segenap jiwaku. Namanya Ratna Sari Dewi. Kalau ia
meninggal kuburlah ia dalam kuburku. Aku menghendaki ia selalu bersama
aku.”</i></div>
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<i><br />
</i></div>
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<i><br />
</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/bung-karno-dan-ratna-sari-dewi.jpg" target="_blank"><img alt="bung-karno-dan-ratna-sari-dewi" class="size-medium wp-image-14771 alignright" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/bung-karno-dan-ratna-sari-dewi.jpg?w=230&h=300" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kisah
pertemuan Soekarno dan Dewi cukup menarik. Gadis Jepang itu berkenalan
dengan Soekarno lewat seseorang ketika Bung Karno berada di Hotel
Imperial, Tokyo.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum menjadi istri Soekarno, Dewi adalah seorang pelajar sekaligus entertainer.</div>
<div style="text-align: justify;">
Gosip beredar bahwa dia adalah seorang geisha. Namun rumor itu berkali-kali dibantahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menjelang redupnya kekuasaan Soekarno,
Dewi meninggalkan Indonesia. Setelah lebih sepuluh tahun bermukim di
Paris, sejak 1983 Dewi kembali menetap di Jakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam <em>‘A Life in the Day of Madame Dewi’</em>
diceritakan, setelah bercerai dengan Soekarno, ia kemudian pindah ke
berbagai negara di Eropa termasuk Swiss, Perancis, dan Amerika Serikat.
Pada 2008, ia menetap di Shibuya, Tokyo, Jepang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="wp-caption aligncenter" data-shortcode="caption" id="attachment_14798" style="width: 628px;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/dewi-sukarno-putri-dan-kartika-sari-dewi-soekarno.jpg" target="_blank"><img alt="dewi sukarno putri dan Kartika Sari Dewi Soekarno" class=" wp-image-14798 " height="441" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/dewi-sukarno-putri-dan-kartika-sari-dewi-soekarno.jpg?w=618&h=441" width="618" /></a><div class="wp-caption-text">
<br /></div>
<div class="wp-caption-text">
Ratna Sari Dewi dan anaknya yang masih bayi dari pernikahannya dengan Sukarno, Kartika Sari Dewi Soekarno.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada bulan Januari 1992, Dewi menjadi
terlibat di dalam banyak perkelahian dipublikasikan di sebuah pesta di
Aspen, Colorado, Amerika Serikat dengan sesama tokoh masyarakat
internasional dan ahli waris Minnie Osmeña, putri mantan presiden
Filipina.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/dewi-sukarno-putri-02.jpg"><img alt="dewi sukarno putri 02" class="alignright wp-image-14799" height="346" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/dewi-sukarno-putri-02.jpg?w=280&h=346" width="280" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dewi juga pernah membuat kontroversi pada 1998, ia berpose untuk sebuah buku foto berjudul <em>Madame Syuga</em>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam buku <em>Madame Syuga</em> yang
diterbitkan di negara asalnya tersebut, pada isinya menampilkan sebagian
foto-foto dirinya yang sedang berpose artistik setengah bugil, dan
memperlihatkan tato-tato pada tubuhnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bukunya untuk sementara tidak
didistribusikan di Indonesia dan segera dilarang karena bisa jadi akan
membuat banyak orang Indonesia merasa tersinggung dengan apa yang
dianggap mencemarkan nama baik Sukarno dan warisannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari Soekarno yang ketika itu berumur 57 tahun, Dewi mempunyai satu anak yaitu Kartika Sari Dewi Soekarno.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="wp-caption aligncenter" style="width: 602px;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2012/05/sby-dan-dewi-sukarno-syuga1.jpg" target="_blank"><img alt="SBY dan Dewi Sukarno " height="400" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2012/05/sby-dan-dewi-sukarno-syuga1.jpg?w=592&h=610" width="388" /></a><div class="wp-caption-text">
SBY dan Ratna Sari Dewi Sukarno</div>
</div>
<h2 style="text-align: center;">
<strong><span style="color: blue;">7. Haryati – (1963 – 1966)</span><br />
</strong></h2>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/haryati.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img alt="haryati" class="aligncenter size-large wp-image-14769" height="200" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/haryati.jpg?w=640&h=320" width="400" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum dinikahi Soekarno pada 1963, Haryati adalah mantan penari istana sekaligus Staf Sekretaris Negara Bidang Kesenian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/haryati-sukarno-2012.jpg" target="_blank"><img alt="haryati sukarno 2012" class="alignright wp-image-14783" height="417" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/haryati-sukarno-2012.jpg?w=299&h=417" width="299" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena pekerjaannya itulah, Haryati dekat dengan sang proklamator.</div>
<div style="text-align: justify;">
Melihat kemolekan Haryati, Soekarno bak Arjuna yang tak henti mengirim rayuan kepada wanita berusia 23 tahun itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan, status Haryati sebagai kekasih orang lain, tak membuat Soekarno mundur untuk meluapkan rasa cintanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hati Haryati pun akhirnya jebol dan tak kuasa menolak pinangan sang kepala negara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soekarno dan Haryati akhirnya menikah pada 21 Mei 1963.</div>
<b>Soekarno kepada Haryati:</b><br />
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<i>“Yatie adiku wong
aju, iki lho alrodji sing berkarat kae. Kuliknakna nganggo, mengko
sawise sasasi rak weruh endi sing kok pilih: sing ireng, apa sing dek
mau kae, apa sing karo karone? </i></div>
<div style="padding-left: 30px; text-align: justify;">
<i>Dus; mengko sesasi
engkas matura aku. (dadi senadjan karo karone kok senengi, aku ja seneng
wae). Masa ora aku seneng! Lha wong sing mundhut wanodja palenging
atiku kok! Adja maneh sakados alrodji, lha mbok apa apa ja bakal tak
wenehke.”</i></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun selang tiga tahun, Haryati
diceraikan tanpa anak. Soekarno beralasan sudah tidak cocok. Saat itu,
Soekarno juga sedang dekat dengan Ratna Sari Dewi.</div>
<h2 style="text-align: center;">
<strong><span style="color: blue;">8. Yurike Sanger – (1964 – 1968)</span><br />
</strong></h2>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/yurike-sanger-01.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img alt="yurike-sanger 01" class="aligncenter size-large wp-image-14784" height="200" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/yurike-sanger-01.jpg?w=640&h=320" width="400" /></a> </div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pertama
kali Presiden Soekarno bertemu dengan Yurike Sanger pada tahun 1963.
Kala itu Yurike masih yang masih berstatus pelajar menjadi salah satu
anggota <em>Barisan Bhinneka Tunggal Ika</em> pada acara Kenegaraan.</div>
<b>Soekarno kepada Yurike Sanger :</b><br />
<div style="padding-left: 30px;">
<i>“Yury,</i><br />
<i>I came to you today,</i><br />
<i>but were out (to Wisma School)</i><br />
<i>I came only to say “I love you”</i></div>
<div style="padding-left: 180px;">
<i> Yours,</i></div>
<div style="padding-left: 180px;">
<i>Soekarno.”</i></div>
(Yurike Sanger, saat itu masih berstatus pelajar SMA )<br />
<div style="text-align: justify;">
Pertemuan itu rupanya langsung menarik
perhatian Sang Putera Fajar. Perhatian ekstra diberikan sang presiden
kepada gadis bau kencur itu, mulai dari diajak bicara, duduk
berdampingan sampai diantar pulang ke rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/yurike-sanger-2013.jpg" target="_blank"><img alt="Yurike Sanger 2013" class="alignright wp-image-14816" height="266" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/yurike-sanger-2013.jpg?w=284&h=266" width="284" /></a> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rupanya,
benih-benih cinta sudah mulai di antara keduanya. Singkat waktu, Bung
Karno menyatakan perasaannya dan menyampaikan ingin menikah dengan sang
pujaan hati. Seutai kalung pun diberikan ke Yurike.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, Bung Karno menemui orangtua
Yurike. Pada 6 Agustus 1964, dua anak manusia yang tengah dimabuk cinta
itu menikah secara islam di rumah Yurike.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berjalannya waktu, ternyata pernikahan ketujuh Sang Proklamator berjalan singkat. Kondisi Bung Karno pada 1967 yang secara <em>de facto</em> di makzulkan sebagai presiden, berdampak pada kehidupan pribadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Didasari rasa cinta yang luar biasa, Bung
Karno yang menjadi tahanan rumah di Wisma Yoso (sekarang, Musium Satria
Mandala – pen.) menyarankan agar Yurike meminta cerai. Akhirnya
perceraian itu terjadi, meski keduanya masih saling cinta. ( video
wawancara dengan Yurike <a href="http://www.youtube.com/watch?v=BPoBGC5bB_A" target="_blank">|1|</a> <a href="http://www.youtube.com/watch?v=P1UmeE_bdOI" target="_blank">|2|</a> )</div>
<h2 style="text-align: center;">
<strong><span style="color: blue;">9. Heldy Djafar – (1966 – 1969)</span><br />
</strong></h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/heldy-djafar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img alt="heldy-djafar" class="aligncenter size-large wp-image-14789" height="311" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/heldy-djafar.jpg?w=640&h=311" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Heldy
Djafar merupakan istri terakhir Soekarno, istri kesembilan. Keduanya
menikah pada 1966, kala itu Bung Karno berusia 65 tahun sedangkan Heldy
gadis asal Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur itu, masih berusia 18
tahun.</div>
<b>Soekarno kepada Heldy Jafar :</b><br />
<div style="padding-left: 30px;">
<i>“Dear dik Heldy,</i><br />
<i>I am sending you some dollars,</i><br />
<i>Miss Dior, Diorissimo, Diorama</i><br />
<i>of course also my love,</i></div>
<div style="padding-left: 210px;">
<i>Mas.”</i></div>
<div style="padding-left: 30px;">
(Saat itu kekuasaan Soekarno mulai pudar)</div>
<div style="padding-left: 30px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/bung-karno-heldy-djafar.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img alt="bung-karno-heldy-djafar" class="alignright wp-image-14790" height="444" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/bung-karno-heldy-djafar.jpg?w=296&h=444" width="296" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernikahan keduanya hanya bertahan dua tahun. Kala itu situasi politik sudah semakin tidak menentu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Komunikasi tak berjalan lancar setelah
Soekarno menjadi tahanan di Wisma Yaso (sekarang, Musium Satria Mandala –
pen.), di Jalan Gatot Subroto.</div>
<div style="text-align: justify;">
Heldy sempat mengucap ingin berpisah, tetapi Soekarno bertahan. Soekarno hanya ingin dipisahkan oleh maut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, pada 19 Juni 1968 Heldy 21 tahun menikah lagi dengan Gusti Suriansyah Noor.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kala itu Heldy yang sedang hamil tua mendapat kabar Soekarno wafat. Soekarno tutup usia 21 Juni 1970, dalam usia 69 tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Diangkat ke Layar Lebar</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Total, Bung Karno sembilan kali resmi
menikah. Dari istri pertama Siti Utari, hingga wanita terakhir yang
dinikahinya, Heldy Djafar. Pengalaman hidup kisah percintaan sang
proklamator terhadap keseembilan istrinya tersebut akhirnya diangkat ke
layar lebar dengan judul ‘<em>9 Reasons’.</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="wp-caption alignright" style="width: 286px;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/yurike-sanger.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img alt="Yurike Sanger" class=" " height="314" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/yurike-sanger.jpg?w=276&h=314" width="276" /></a><div class="wp-caption-text">
Pevita Pearce sebagai Yurike dalam film “9 Reasons”.</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Film <em>9 Reasons</em> ini mengisahkan
tentang 9 wanita utama di dalam kehidupan Presiden pertama Indonesia,
Ir. Soekarno. Bung Karno memang terkenal senang dikelilingi oleh
perempuan-perempuan cantik dan mempunyai banyak istri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di film ini akan diungkapkan kenapa beliau sangat mengagumi perempuan dan akhirnya menikahi mereka dengan berbagai alasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
8 dari 9 wanita itu adalah Utari
Tjokroaminoto, Inggit Ganarsih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manoppo,
Dewi, Yurike, dan Hariyati. Berbagai intrik di dalam rumah tangganya
tentu menarik untuk di simak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para pemain film <em>9 Reasons</em>: Tio
Pakusadewo sebagai Soekarno, Acha Septriasa sebagai Utari Tjokroaminoto,
Revalina S. Temat sebagai Fatmawati, Wulan Guritno sebagai Kartini
Manoppo, Lola Amaria sebagai Hartini, Happy Salma sebagai Inggit
Ganarsih, Mariana Renata sebagai Dewi, Pevita Pearce sebagai Yurike,
Putri Aribowo sebagai Hariyati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/9-reasons-wanita-sukarno.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img alt="9 reasons wanita sukarno" class="aligncenter size-full wp-image-14820" height="359" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/9-reasons-wanita-sukarno.jpg?w=640&h=359" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain film ‘9 Reasons’, kisah perjalanan
Sang Proklamator juga diangkat dalam sebuah film berjudul sama dengan
nama proklamator ini, berjudul: <em>Soekarno</em>. Film besutan tahun 2013 ini ditayangkan pada bulan Desember 2013 (lihat trailernya dibawah halaman).</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kembali kepada kesembilan istri, di
luar kesembilan janda-janda cantik tersebut juga ada sejumlah wanita
juga mengaku pernah dinikahi Soekarno dan sempat mempunyai anak. Tapi
tidak ada bukti kuat ataupun catatan dokumen apapun mengenai mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu alasan mereka tak mempunyai
bukti kuat adalah karena kebanyakan dari mereka selama puluhan tahun ini
tetap berusaha untuk “bersembunyi” dimasa Orde Baru. Itu semua akibat
ketakutan mereka pada masa rezim 32 tahun itu. Hingga kini beberapa yang
merasa sebagai mantan istri dan anaknya, ada yang masih hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Maharani Misma Susanna Siregar</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Siti Aisyah Margaret Rose, mengaku kalau
ibunya, Maharani Misma Susanna Siregar merupakan istri keempat Bung
Karno. Versi Aisyah, Soekarno menikahi ibunya pada 18 September 1958 di
Istana Merdeka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Entah dari mana asal muasalnya, dia
menambah nama belakangnya dengan Soekarnoputri. Namun hingga kini tidak
ada bukti otentik yang menunjukkan kalau Aisyah yang kerap disapa Bunda
Aisyah itu, memang anak biologis sang proklamator.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="wp-caption alignright" data-shortcode="caption" id="attachment_14801" style="width: 262px;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/maharani-misma-susanna-siregar-dan-aisyah.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img alt="Maharani Misma Susanna Siregar dan Aisyah" class=" wp-image-14801 " height="252" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/maharani-misma-susanna-siregar-dan-aisyah.jpg?w=252&h=252" width="252" /></a><div class="wp-caption-text">
Maharani Misma Susanna Siregar (kiri) dan anaknya Aisyah (kanan)</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun Aisyah seperti lupa, mengklaim sebagai anak Soekarno tetapi perilakunya malah menindas rakyat kecil.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hanya karena enam piringnya hilang, dia
menuduh Rasminah yang bekerja di rumahnya sebagai pencuri. Tanpa
basa-basi kasus sepele itu dibawa ke jalur hukum.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai orang kecil, Rasmiah harus
menahan pedih di penjara dan kasusnya berlanjut sampai ke meja hijau.
Beruntung hakim Pengadilan Negeri Tangerang masih memiliki nurani,
Rasmiah divonis bebas. Namun oleh MA Rasmiah dihukum 130 hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Rasmiah bebas, keadaan justru
berbalik. Bunda Aisyah kena batunya. Dia ditangkap polisi atas tuduhan
melakukan penipuan terhadap 313 orang calon haji. Dengan suaminya RSAW
(56), Aisyah ditangkap di Salatiga, Jawa Tengah, pada Jumat (4/11/2012)
lalu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari tangan keduanya, polisi hanya
menemukan 313 paspor dalam sebuah kardus. Sementara uang milik korban
telah raib. Kedua tersangka dijerat Pasal 378 dan atau 372 KUHP jo 55
ayat (1) tentang penipuan dan atau penggelapan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Jetje Langelo</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Gempar Soekarnoputra yang sosoknya mirip
Soekarno muda, apalagi jika memakai peci mengaku ia merupakan anak dari
istri Bung Karno yang bernama Jetje Langelo yang dinikahi di Manado
1957.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibunda Gempar adalah putri kecantikan dan
siswa teladan se-Sulawesi tahun 1953 di Manado. Gempar lahir pada 13
Januari 1958. Dari kecil hingga dewasa, dia menggunakan nama Charles
Christofel.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="wp-caption alignright" data-shortcode="caption" id="attachment_14802" style="width: 273px;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/gempar-soekarnoputra-dan-sukarno.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img alt="Gempar Soekarnoputra dan sukarno" class=" wp-image-14802 " height="539" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/gempar-soekarnoputra-dan-sukarno.jpg?w=263&h=539" width="263" /></a><div class="wp-caption-text">
Gempar Soekarnoputra (atas) dan Sukarno (bawah).</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat menjelang kejatuhan Orde Baru dan
demonstrasi mahasiswa begitu kencang, Charles ikut turun ke jalan
menyerukan agar Soeharto turun dari kekuasaan. Sang ibu kemudian
memanggil anaknya pulang ke Manado.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pertemuan yang terjadi pada Natal
1999, Charles mendapatkan kabar mengejutkan. “Kamu adalah anak
Soekarno.” Begitu kata-kata Jetje yang dikenang Charles.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibundanya kemudian menjelaskan panjang lebar mengapa hal ini dirahasiakan setelah puluhan tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal itu tak lain karena amanat Soekarno sendiri yang menginginkan anaknya diamankan, jika sewaktu-waktu kekuasaannya jatuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apalagi pada awal-awal pemerintahan Orde Baru, kata Jetje, ada operasi militer yang hendak menumpas sisa-sisa rezim Orde Lama.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tak hanya menjelaskan, Jetje juga
menunjukkan berbagai bukti yang selama ini disembunyikan. Seperti
foto-foto, surat-surat, tongkat komando, keris, serta amanat yang
ditulis oleh tangan Soekarno sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam amanat tertulis permintaan agar
sang anak kelak pada saatnya ia sudah dewasa berpolitik dinamai:
Muhammad Fatahillah Gempar Soekarnoputra. “Kutitipkan bangsa dan negara
kepadanya!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="wp-caption alignright" data-shortcode="caption" id="attachment_14803" style="width: 274px;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/gempar-soekarno-putra.jpg" target="_blank"><img alt="gempar-soekarno-putra" class=" wp-image-14803" height="352" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/gempar-soekarno-putra.jpg?w=264&h=352" width="264" /></a><div class="wp-caption-text">
Gempar Soekarnoputra</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Gempar, ada beberapa pejabat
dekat Soekarno yang mengetahui soal pernikahan ini, seperti Mayor
Sugandi (ajudan Presiden), Henk Ngantung (Gubernur DKI Jakarta), Ibnu
Sutowo (kemudian menjadi Dirut Pertamina), dan Ali Sadikin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meski awalnya ragu, perlahan-lahan
Charles Christofel mulai menerima kenyataan bahwa dirinya adalah salah
satu keturunan dari Bung Karno.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia kemudian mengubah identitas namanya
menjadi Muhammad Gempar Soekarnoputra. Dia pun mulai gemar memakai
pakaian ala Bung Karno, lengkap dengan peci dan kacamata hitam saat
bertemu publik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Terjun ke dunia politik, pada pemilu
legislatif 2004 Gempar mendirikan Partai Nasionalis Indonesia Bersatu
(PNIB). Namun tidak lolos verifikasi KPU dan gagal menjadi peserta
pemilu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Gempar kemudian mendirikan Partai Barisan
Nasional (Barnas) menjelang pemilu 2004 bersama sejumlah tokoh mantan
pendiri Partai Demokrat. Dia menjadi wakil ketua umum dengan ketua Vence
Rumangkang. Belakangan, saat kepengurusan Partai Barnas pecah, Gempar
menjadi ketua dewan pembina Partai Barnas yang diketuai William Jaya
Kusli.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Marilyn Monroe</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/2lurh41.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img alt="2lurh41" class="aligncenter size-large wp-image-14805" height="485" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/2lurh41.jpg?w=640&h=485" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertemuan antara Soekarno dan Marilyn
Monroe dalam sebuah pesta itu telah menjadi isu di kalangan pejabat
elite AS. Bagaimana tidak, Soekarno dikenal sebagai seorang ‘penggemar’
wanita, sementara bintang Hollywood itu merupakan sang penggoda ulung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="wp-caption alignright" style="width: 232px;">
<img alt="https://i0.wp.com/ecx.images-amazon.com/images/I/41G4t3ncVML._SY344_PJlook-inside-v2,TopRight,1,0_SH20_BO1,204,203,200_.jpg" height="346" src="https://i0.wp.com/ecx.images-amazon.com/images/I/41G4t3ncVML._SY344_PJlook-inside-v2,TopRight,1,0_SH20_BO1,204,203,200_.jpg" width="222" /><div class="wp-caption-text">
Celebrity Secrets: Official Government Files on the Rich and Famous</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak banyak yang tahu, apa yang dibicarakan Bung Karno dan Monroe dalam perjamuan di Beverly Hills Hotel akhir Mei 1956 itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meski demikian, rumor tentang apa yang terjadi setelah pertemuan itu tetap saja santer.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam ‘<em>Celebrity Secrets: Official Government Files on the Rich and Famous’</em>, Anthony Summers, seorang yang mempunyai otoritas menulis tentang Monroe, menyatakan:</div>
<div style="text-align: justify;">
<em>“Selama syuting Bus Stop, 1956,
Marilyn bertemu dengan Presiden Indonesia, Achmed Sukarno…. Dia ingin
memberitahu temannya Robert Slatzer bahwa ia dan Soekarno telah
‘menghabiskan malam bersama’.”</em></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam buku yang mengklaim berbasis data
FBI itu, Summers mengungkapkan apapun yang terjadi pada pertemuan itu
tidak ada yang berlalu tanpa diketahui oleh CIA, agen rahasia AS.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dalam tahun-tahun itu, Indonesia
menjulang sebagaimana Vietnam dalam pantauan Washington sebagai
prioritas di Asia,” demikian tulis buku karya Nick Redfern dan Nicholas
Redfern itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="wp-caption alignright" data-shortcode="caption" id="attachment_14806" style="width: 258px;">
<a href="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/sukarno-monroe.jpg" target="_blank"><img alt="sukarno monroe" class=" wp-image-14806 " height="287" src="https://indocropcircles.files.wordpress.com/2013/11/sukarno-monroe.jpg?w=248&h=287" width="248" /></a><div class="wp-caption-text">
Sukarno dan Marilyn Monroe</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buku ini juga mengungkapkan, pada 1957
dan 1958 sebuah rekaman menunjukkan CIA terlibat pada semua jenis
kejahatan untuk mendongkel Soekarno, “Yang dipandang bertanggung jawab
mengarahkan negaranya pada komunisme.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Meski demikian, masih menurut buku itu,
ketika AS merasa butuh untuk menjilat Soekarno, CIA bermimpi untuk
menggunakan seks dalam bentuk Marilyn Monroe. “Agar sang diktator merasa
dihormati.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Joseph Smith, mantan pejabat CIA di Asia, dikutip dari buku<em> ‘Goddess: The Secret Lives of Marilyn Monroe’,</em> karangan Anthony Summer, ada pertemuan lanjutan antara Soekarno dan Monroe setelah malam itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="wp-caption alignright" style="width: 271px;">
<img alt="https://d202m5krfqbpi5.cloudfront.net/books/1347831246l/421869.jpg" height="400" src="https://d202m5krfqbpi5.cloudfront.net/books/1347831246l/421869.jpg" width="261" /><div class="wp-caption-text">
Goddess: The Secret Lives of Marilyn Monroe</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ada upaya untuk membuat Soekarno terus bersama Monroe,” kata Joseph Smith.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Pertengahan 1958, saya mendengar ada rencana untuk membawa mereka bersama ke ranjang,” tambah Joseph Smith di buku itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Soal kebenaran pernyataan Smith itu,
sampai sekarang masih jadi misteri. Begitu juga soal kebenaran informasi
Monroe dekat atau merupakan agen CIA.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain Marilyn Monroe, masih ada
isyu-isyu wanita lain seputar presiden Sukarno, termasuk pada saat
lawatan-lawatannya di beberapa negara termasuk di Russia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Namun semua itu hanya info sepenggal saja, pihak dari negara-negara tersebut tidak pernah mau mengungkapkannya secara terbuka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Seorang wanita yang dilimpahi aliran
cinta yang bergelora, harus tabah menyaksikan padamnya api asmara,
tatkala Sukarno terpikat pada wanita lain. <em>(sumber: <span class="skimlinks-unlinked">merdeka.com</span> / wikipedia/ berbagai sumber dari dalam dan luar negeri/ editor: IndoCropCircles )</em></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-45186139712947241542014-06-12T08:36:00.000-07:002014-06-12T08:36:02.597-07:00Manuver Hendropriyono Ancam Kedaulatan Indonesia
<span class="detail-img">
<img alt="Manuver Hendropriyono Ancam Kedaulatan Indonesia" id="detailpic" src="http://img.okeinfo.net/content/2014/06/10/567/996772/HDQimm7bwl.jpg" title="Manuver Hendropriyono Ancam Kedaulatan Indonesia" />
<span class="clear"></span>
<span class="caption-img"> </span></span><br />
<br />
<span class="detail-img"><span class="caption-img">Hendropriyono (Foto: Okezone)</span>
</span>
<strong>JAKARTA</strong> - Sekretaris
Jenderal Centre for Democracy and Sosial Justive Studies (CeDSoS) Umar
Abduh, menilai manuver Hendropriyono dan menantunya Brigjend Andika
Perkasa, dapat mengancam kedaulatan Indonesia.<br />
<br />
Umar menjelaskan, sejak menjabat Ketua Badan Intelijen Negara (BIN)
Hendropriyono sudah menggunakan menantunya yang masih berstatus sebagai
perwira pasukan elite Sandhi Yudha Kopassus untuk memenuhi tujuan dan
kepentingan operasi politik asing.<br />
<br />
Hal tersebut diungkapkannya dalam sebuah buku berjudul Konspirasi
Intelijen & Gerakan Islam Radikal (KIGIR). Buku tersebut juga
menyuguhkan tentang dugaan adanya sandiwara dan berbagai manipulasi alur
cerita, manipulasi aktor, viguran dalam drama kekerasan dan terorisme
di Indonesia dengan target pemberangusan Jamaah Islamiyah.<br />
<br />
"Saat itu Resolusi DK PBB (Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa)
Nomor 1373 tentang pemberantasan terorisme global yang ditandatangani
Presiden Megawati pada 24 Oktober 2001," jelas Umar dalam sebuah diskusi
di Dapur Selera, Jakarta, Selasa (10/6/2014).<br />
<br />
Dalam operasi tersebut, Jamaah Islamiyah yang dikomandoi Omar Farouq,
Yassin Syawwal, Seyam Reda, dan Tengku Fauzi Hasbi Geudong diberi lebel
pentolan teroris yang harus diburu, ditangkap dan dieksekusi.<br />
<br />
Penyalahgunaan kekuasaan Hendro lainnya adalah operasi eliminasi Tengku
Fauzi dan seluruh dokumen yang dimilikinya di Ambon pada 22 Februari
2003. "Dua bulan kemudian Hendro dengan deomstratif memamerkan
dukungannya terhadap Pesantren Ma'had Al Zaytun, yang merupakan pesatren
sesat," terang Umar.<br />
<br />
Di akhir Jabatannya sebagai Kepala BIN, Hendro meninggalkan jabatan
tanpa pamit sebulan menjelang pelantikan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY), pada Oktober 2004.<br />
<br />
"Pada momen itu dia juga mengevakuasi Kolonel AU Abdul Haris Doinny
Brasco from Ciputat dengan menugaskannya sebagai sekretaris Kedubes RI
di Yordania, sebelumnya dia mengevakuasi Andika Perkasa ke Amerika
Serikat dengan cover cuti dinas untuk kuliah di Harvard Amerika hingga
merai gelar MA MSc Phd," paparnya.<br />
<br />
"Lima tahun cuti dinas dari Kopassus dan tanpa kabar tiba-tiba Andika
Prakasa nongkrong di Suad Mabes AD dan empat tahun kemudian menjadi
Danrem Kawal Sibolga Sumatera Utara dengan pangkat Kolonel. Dan dua
bulan setelah itu diangkat menjadi Kadispenad dengan pangkat Brigjend,"
lanjutnya.<br />
<br />
Menurut Umar, jika Hendro masih bermanuver politik artinya hal itu
mengindikasi bahwa bisa saja posisi, peran dan manuver Andika Perkasa
masih dalam jangkauanya selaku mertua.<br />
<br />
Sehingga, wajar jika seorang Kadispenad berpangkat Brigjend berani
menelikung keterangan seniornya yang Mayor Jenderal atas perintah
Panglima TNI Jenderal Moeldoko.<br />
<br />
"Saya memperingatkan tentang adanya potensi bahaya pada dua orang
berbahaya ini, Hendro dan Andika, serta jaringan masyarakat, partai
politik dan institusi yang mendukung serta memanfaatkannya," tegas Umar.<br />
<br />
Pria yang berprofesi sebagai peneliti intelijen ini beranggapan, Hendro
dan Andika memiliki nafsu jahat dengan cara mengadu domba dan merugikan
agama dan bangsa. "Saya meyakini adanya bahaya besar atas keutuhan
bangsa Indonesia, dengan membonceng momen Pilpres," katanya.<br />
<br />
"Jika Umat Islam bersatu dengan TNI, maka bangsa Indonesia akan kuat
menghadapi setiap ancaman para ekstrimis anti Islam, serta berdaulatnya
Indonesia sebagai bangsa dan sebagai negara dari mereka yang
mengatasnamakan pejuang Demokrasi, HAM dan pejuang Liberalisme yang
terbukti maling dan korup," tuntasnya.<br />
<br /> <b>(sus)</b>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-37281268544227708662014-06-08T01:22:00.002-07:002014-06-08T01:22:30.812-07:00Melacak Tim Mawar<div id="post_message_4646868" style="text-align: left;">
<i>Ke manakah para perwira yang dulu terlibat dalam penculikan aktivis?<br />
Apakah mereka masih memiliki karier militer setelah menjadi terpidana?<br />
Apakah mereka masih terkait dengan gerakan politik mantan komandan mereka, Prabowo Subianto?</i></div>
<div id="post_message_4646868" style="text-align: left;">
<i> </i></div>
<div id="post_message_4646868">
KONTROVERSI tentang Tim Mawar seakan tidak pernah lekang. Nama tim dari
Kopassus yang melakukan penculikan para aktivis tahun 1997-1998 ini
kembali mencuat terutama karena dikaitkan dengan sosok Prabowo Subianto,
mantan Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus yang kini menjadi calon kuat
dalam pemilihan presiden RI. Prabowo adalah garis depan dan pusat dari
kontroversi ini. Lawan-lawan politiknya menuduh bahwa dialah yang
memerintahkan penculikan itu. Namun, Prabowo dan apparatchicks-nya di
Partai Gerindra, dengan keras membantah hal tersebut. Mereka berusaha
membangun ‘narasi’ bahwa mantan menantu Suharto itu tidak bersalah
karena dia hanya menjalankan perintah atasannya.<br />
<br />
Menariknya, di sisi lain, komandan tim penculik yang menjadi tersangka,
mengaku di depan sidang pengadilan bahwa penculikan itu adalah inisiatif
pribadinya. Komandan itu, Mayor Inf. Bambang Kristiono, dihukum 22
bulan penjara dan dipecat dari dinas militer. Bambang Kristiono juga
mengaku bahwa timnya hanya menculik sembilan aktivis dan semua aktivis
itu sudah dibebaskan. Ada tiga belas orang aktivis lain yang hilang
sampai saat ini. Baik Prabowo Subianto maupun Tim Mawar, menolak
bertanggung jawab atas nasib ketiga belas orang yang hilang ini. Cerita
yang berkembang, ada ‘tim’ lain yang ikut menculik. Hingga saat ini,
tidak ada kejelasan soal tiga belas yang hilang tersebut.<br />
<br />
Para pelaku penculikan sudah diadili di pengadilan militer dan dihukum.
Selama proses peradilan, terlihat banyak sekali kejanggalan selain juga
tidak transparan. Awalnya, masyarakat diberitahu bahwa lima perwira
dihukum dan dipecat dari dinas militer, sementara sisanya hanya dihukum
dan tidak dipecat dari dinas militer. Namun, sekitar tahun 2006,
masyarakat dikejutkan karena beberapa perwira yang diberitakan telah
dipecat ini justru menjadi komandan Kodim (komando distrik militer) di
beberapa daerah di Jawa dan di Ambon, Maluku. Kemudian, diketahui bahwa
para perwira ini telah mengajukan banding atas keputusan pengadilan
tingkat pertama. Di tingkat Mahkamah Militer Tinggi (Mahmilti), hakim
memutuskan menambah hukuman tetapi tidak memecat mereka dari dinas
militer, kecuali untuk Mayor Inf. Bambang Kristiono yang tetap dihukum
22 bulan penjara.1<br />
<br />
Hampir tujuh belas tahun kemudian, ke manakah perwira-perwira Kopassus
itu? Apakah karier militer mereka berhenti karena telah tercela
melakukan suatu tindak pidana? Apakah mereka masih menjalin hubungan
dengan bekas-bekas komandan mereka, terutama dengan Prabowo Subianto?<br />
<br />
Penyelidikan mendalam atas beberapa perwira yang terlibat langsung dalam
kasus penculikan itu menemukan fakta bahwa sebagian besar dari
perwira-perwira ini menjalani karier militer dengan normal. Bahkan,
beberapa di antara mereka memiliki karier yang menanjak di atas
rata-rata dibandingkan rekan-rekan satu angkatannya di Akmil (akademi
militer). Sementara, untuk perwira yang lebih senior, seperti Mayjen TNI
(Pur) Muchdi Purwoprandjono-yang saat penculikan terbongkar menjabat
sebagai Danjen Kopassus dan dicopot dari jabatannya-juga tidak mengalami
hambatan berarti, baik dalam karier militernya maupun dalam kehidupan
sipilnya setelah pensiun dari dinas militer. Demikian juga dengan Kol.
Inf. Chairawan Kadarsyah Nusyirwan yang saat itu menjabat sebagai
Komandan Grup-4 Kopassus. Dia memang diberhentikan dari kedudukan
sebagai komandan Grup -4. tetapi dia kemudian berhasil menyelesaikan
karier militernya dengan pangkat Mayor Jenderal.<br />
<br />
Tulisan ini akan dimulai dengan pembahasan tentang satuan tugas
intelijen, yang oleh masyarakat dikenal dengan nama ‘Tim Mawar’ itu.
Apakah sebenarnya Tim Mawar itu? Pertanyaan yang lebih penting: apakah
ia benar-benar ada? Ada beberapa pihak yang meragukan bahwa tim ini
sungguh pernah ada. Kemungkinannya adalah tim ini dinamakan ex post
facto (setelah kejadian) dan ada lebih banyak perwira dan prajurit yang
terlibat, tetapi tidak tersentuh oleh hukum.<br />
<br />
Kemudian, kita akan membahas masing-masing perwira yang terlibat dalam
kasus penculikan ini. Perjalanan karier mereka akan diteliti secara
saksama. Ke mana mereka sesudah menjalani ‘hukuman’2 hingga saat ini?
Tidak semua perwira-perwira ini bisa dilacak. Perwira-perwira yang
bertugas di dunia intelijen terbukti lebih sulit untuk dilacak.<br />
<br />
Penyelidikan untuk tulisan ini sebagian besar dilakukan lewat pencarian
berita di media massa. Ada juga beberapa informan yang dihubungi baik
lewat telepon maupun e-mail. Seluruh informan menolak diidentifikasikan
karena mengkhawatirkan keselamatan mereka. Kekhawatiran itu menjadi
bukti bahwa Indonesia masih merupakan wilayah berbahaya untuk melakukan
kerja jurnalistik investigatif.
</div>
<div id="post_message_4646868">
<i> </i></div>
<div id="post_message_4646868">
<b>Tim Mawar: Apakah Sungguh Ada?</b></div>
<div id="post_message_4646868">
<i>Hingga saat ini tidak ada yang tahu pasti apa itu Tim Mawar. Sebenarnya,
keberadaan tim ini di luar kebiasaan operasi Kopassus. Berbagai studi
militer Indonesia menunjukkan bahwa satuan Kopassus, yakni Grup-3 Sandi
Yudha, mengemban fungsi sebagai intelijen tempur. Biasanya, dalam
operasi, satuan intelijen Kopasssus diorganisasikan di dalam Satuan
Tugas (Satgas). Satgas yang umum dikenal adalah Satgas Tribuana, yang
pernah beroperasi di Timor Timur, Aceh dan Papua.3 Dari Satgas ini
kemudian dibentuk satuan-satuan taktis (sattis) yang menangani satu
tugas khusus seperti mengawasi satu kelompok, satu wilayah, melakukan
penggalangan, atau inflitrasi.<br />
<br />
Tidak terlalu jelas apakah ketika itu Tim Mawar adalah salah satu sattis
di bawah komando Grup-4/Sandi Yudha. Di pengadilan militer, komandan
Tim Mawar, Mayor Inf. Bambang Kristiono mengaku membentuk tim untuk
melakukan penculikan atas inisiatif pribadi. Sulit untuk dimengerti
bahwa satuan taktis dengan pola operasi dalam skala ini dan dilakukan di
Markas Kopassus, Cijantung, dilakukan atas inisiatif seorang perwira
menengah tanpa sepengetahuan atasannya.<br />
<br />
Namun, ada hal-hal yang menarik dari Tim Mawar. Beberapa sumber yang
dihubungi untuk tulisan ini mengatakan bahwa mereka sempat melihat
beberapa perwira yang terlibat dalam penculikan 1998 perna bertugas di
Dili, Timor-Timur, sebelum Pemilu 1997 dan pemilihan presiden 1998.
Mereka tahu bahwa perwira-perwira tersebut adalah perwira-perwira
Kopassus. Yang juga diketahui adalah beberapa perwira ini berkantor di
kantor SGI.4<br />
<br />
Sudah menjadi pengetahuan umum bagi masyarakat Timor-Timur bahwa
penculikan dan penghilangan paksa merupakan metode kerja intelijen
Indonesia di sana. Mungkinkah para perwira yang terlibat dalam
penculikan ini sengaja ditarik dari tempat tugasnya di Timor-Timur, lalu
ditugaskan di Jakarta? Jika benar ini adalah sebuah sattis di bawah
Kopassus, pertanyaannya adalah: siapa yang membentuk? Kepada siapa tim
ini bertanggungjawab? Bagaimana aliran komandonya?<br />
<br />
Pertanyaan kedua yang sama pentingnya adalah seberapa besarkah tim ini?
Yang kita ketahui dari proses peradilan adalah bahwa hanya ada delapan
perwira pertama dan tiga bintara yang terlibat dalam penculikan.
Komposisi terlihat sangat janggal mengingat banyaknya perwira dan
sedikitnya prajurit yang terlibat. Ada juga spekulasi yang mengatakan
bahwa sebenarnya jumlah anggota tim ini sebenarnya lebih besar daripada
yang diungkap di pengadilan.<br />
<br />
Terlalu banyak misteri yang meliputi tim ini. Namun, satu hal yang
jelas, pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan dan perbuatan yang
dilakukan tim ini tidak pernah dijawab dengan jelas. </i></div>
<div id="post_message_4646868">
<i> </i></div>
<div id="post_message_4646868">
<b>Perwira-Perwira Terkait</b><br /><i>Seperti yang kita ketahui, beberapa perwira yang terkait dengan Tim
Mawar sudah menjalani hukuman. Mereka yang menanggung hukuman paling
berat adalah para perwira pertama. Sementara, di level perwira tinggi
dan menengah, hukuman maksimal yang dijatuhkan adalah pemberhentian dari
dinas militer, ini dilakukan terhadap Prabowo Subianto. Atasan langsung
dari tim penculik-Muchdi <acronym title="Google Page Ranking">Pr</acronym>. Dan Chairawan-hanya dibebaskan dari jabatannya. Muchdi <acronym title="Google Page Ranking">Pr</acronym>.
dibebaskan dari jabatannya sebagai Komandan Jendral (Danjen) Kopassus
dan Chairawan dibebastugaskan dari jabatannya sebagai komandan
Grup-4/Sandi Yudha. Sementara itu, pelaku langsung di lapangan, Mayor
Inf. Bambang Kristiono, dihukum dua puluh dua bulan penjara dan dipecat
dari dinas militer.<br />
<br />
Selain Prabowo Subianto, yang saat ini menjadi calon presiden RI 2014-2019, ke manakah perwira-perwira itu sekarang?<br />
</i></div>
<div id="post_message_4646868">
<i> </i><b><i>1. Muchdi Purwopranjono(Akmil 1970)</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
<i>Muchdi menamatkan kariernya dengan pangkat mayor Jenderal. Lulusan Akmil
1970 ini kembali ke dunia intelijen setelah diberhentikan sebagai
komandan Kopassus. Muchdi dikenal sebagai Direktur V Badan Intelijen
Nasional (BIN) yang membawahi keamanan dalam negeri. Pada masa jabatan
itulah, Muchdi kembali terkenal karena diduga mendalangi pembunuhan
aktivis HAM Munir bin Thalib. Muchdi sempat ditahan, tetapi lewat proses
pengadilan yang sangat kontroversial, dia dibebaskan dari semua
tuduhan.5<br />
<br />
Bersama Prabowo Subianto, Muchdi terlibat dalam mendirikan partai
Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), pada tahun 2006. Namun, dia
meninggalkan Gerindra pada awal 2012, lalu memilih bergabung dengan PPP.
Langkahnya meninggalkan Gerindra ini mengejutkan banyak pihak, karena
tidak terlihat adanya konflik atau perselisihan antara Muchdi dengan
Prabowo. Spekulasi yang menguar di banyak orang adalah Muchdi
meninggalkan Gerindra agar dapat ‘menggarap PPP’ guna kepentingan
Prabowo di dalam pemilihan presiden 2014.6 Muchdi juga bermanuver agar
bisa duduk sebagai ketua umum PPP, tetapi gagal. Di dalam PPP sendiri,
sebenarnya juga sudah ada Kivlan Zen, yang menjabat sebagai Kepala Staf
Kostrad semasa Prabowo menjadi Pangkostrad. Kivlan juga dikenal sebagai
loyalis Prabowo.<br />
<br />
Selain di PPP, Muchdi juga aktif di Muhammadiyah. Pada saat Muktamar
Muhammadiyah 2010, ia berusaha untuk duduk dalam susunan Pengurus Pusat
(PP) Muhammadiyah. Namun dia gagal lagi. Di dalam Muhammadiyah, Muchdi
menjadi ketua organisasi silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Dia
bergabung dengan organisasi ini sejak 1963, sebelum terjun ke dunia
militer. Menariknya, Tapak Suci juga bergabung di dalam Ikatan Pencak
Silat Indonesia (IPSI), yang di dalamnya memuat Prabowo Subianto sebagai
anggotanya. Keterlibatan Muchdi di dalam organisasi-organisasi Islam
membuat orang menduga bahwa dia sebenarnya adalah ‘kaki Prabowo’ di
dalam ormas-ormas Islam.<br />
<br />
Selain aktif sebagai politisi, Muchdi juga menjadi komisaris perusahaan
kehutanan, yakni PT. Rizki Kacida Reana. Perusahan ini memiliki beberapa
konsesi hutan sebesar kurang lebih tiga puluh ribu hektare di beberapa
wilayah di Kalimantan Timur.7 Perusahan ini dimiliki oleh Epi S. Daskian
yang sekaligus menjadi CEO. Muchdi dan Epi S. Daskian sama-sama duduk
dalam organisasi alumni PII (Pelajar Islam Indonesia) </i></div>
<div id="post_message_4646868">
<i> </i></div>
<div id="post_message_4646868">
<b><i>2. Chairawan Kadarsyah Nusyirwan (Akmil 1980)</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
Ketika kasus penculikan pecah ke permukaan, Kol. Inf. Chairawan menjabat
sebagai komandan Grup-4/ Sandi Yudha Kopassus. Akibatnya, Chairawan
dicopot dari kedudukannya sebagai komandan. Dia ‘diparkir’ di Mabes AD,
namun itu tidak berlangsung lama. Dia kemudian menjadi perwira di Badan
Intelijen Strategis (BAIS) TNI.<br />
<br />
Chairawan besar di lingkungan Kopassus, khususnya Sandi Yudha. Sandi
Yudha adalah bagian dari Kopassus yang bertugas untuk mengumpulkan data
intelijen tempur (combat-intelligence). Namun, dalam pelaksanaannya,
Sandi Yudha juga melakukan tugas-tugas penggalangan (mobilization) dan
perang urat-syaraf (psychological warfare). Narasumber yang diwawancarai
untuk tulisan ini menginformasikan bahwa Chairawan bertugas sebagai
komandan SGI (Satuan Gugus Intelijen) di Timor Timur, sebelum dia
menjadi Komandan Grup-4. Sebagai komandan SGI, dia mengendalikan semua
operasi intelijen Kopassus di wilayah itu. Namun, sebagaimana yang
terjadi dalam operasi-operasi militer di Indonesia, Kopassus memiliki
keistimewaan sebagai pasukan elite. Mereka kerap beroperasi sendiri
tanpa pengetahuan dan kendali dari komandan-komandan militer tingkat
lokal. Itulah yang membuat SGI, kadang-kadang, melakukan tindakan tanpa
sepengetahuan komandan lokal.<br />
<br />
Di BAIS, Chairawan banyak menangani Aceh. Pada tahun 2004, dia terlihat
mendampingi delegasi Uni Eropa yang memantau gencatan senjata antara
Republik Indonesia dan pihak Gerakan Aceh Merdeka.9 Namanya muncul lagi
ke permukaan ketika diangkat menjadi komandan Korem 011/Lilawangsa, yang
dijabatnya lebih dari setahun (30 Januari 2005 hingga 29 Mei 2006.
Setelah itu, Chairawan kemudian mendapat promosi ke pangkat Brigadir
Jenderal dan dipindah menjadi Kepala Pos Wilayah (Kaposwil) Badan
Intelijen Nasional di Aceh.10 Jabatan sebagai orang intelijen nomor satu
di Aceh dipegangnya kira-kira selama dua tahun sebelum dia dimutasi ke
Mabes TNI. Namanya muncul kembali dalam pusaran perpindahan jabatan di
TNI pada bulan Mei 2010. Kali ini ia diangkat menjadi Kepala Dinas
Jasmani TNI-AD (Kadisjasad). Karier selanjutnya ia menjabat sebagai staf
ahli BIN.11 Chairawan pensiun dengan pangkat mayor jenderal.<br />
<br />
Segera setelah pensiun, Chairawan menjabat sebagai Komisaris PT Cowell
Development Tbk, sebuah perusahan pengembang (real estate) yang dimiliki
publik dan terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). PT Cowell banyak
membangun perumahan di pinggiran Jakarta, Tangerang, dan saat ini
melebarkan sayap hingga ke Kalimantan Timur.12<br />
<br />
Tidak terlalu sulit diduga ke mana orientasi politik Chairawan
disalurkan sesudah pensiun dari tentara. Tanpa menunggu terlalu lama, ia
bergabung ke Gerindra dan langsung diangkat menjadi anggota Dewan
Pembina partai.13 Dia juga menjadi ketua dewan pembina sebuah organisasi
kemasyarakatan (ormas) yang bernama Solidaritas Rakyat Peduli Indonesia
(Sorpindo).14 Dalam kampanye Pemilihan Umum legislatif 2014, Chairawan
sangat aktif berkampanye untuk Gerindra di daerah yang telah lama
menjadi spesialisasinya, Aceh.</div>
<div id="post_message_4646868">
<i> </i><br />
<b><i>3. Bambang Kristiono (Akmil 1985)</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
Bambang Kristiono adalah bekas komandan Batalion 42, Grup-4/Sandi Yudha
Kopassus pada 1998. Dia juga salah satu komandan ‘Tim Mawar.’
Setidaknya, itulah yang diakuinya di depan pengadilan militer. Kristiono
mengambilalih semua tanggung jawab penculikan aktivis, dan dengan
demikian, ia membebaskan semua komandan yang waktu itu menjadi atasannya
dari tuntutan hukum. Bambang Kristiono menanggung beban ini sendirian.
Dia satu-satunya yang dipecat dari kesatuan militer ditambah hukuman
penjara selama dua puluh dua bulan.<br />
<br />
Seandainya Bambang Kristiono tidak terlibat dalam penculikan itu, dia
mungkin sudah menjadi jenderal. Rekan-rekan seangkatannya, yang juga
berkarier di Kopasus, seperti Doni Munardo dan (alm.) I Made Agra
Sudiantara, saat ini sudah menyandang pangkat Mayor Jenderal. Saat ini
Mayjen Doni Munardo kini adalah Komandan Pasukan Pengawal Presiden
(Paspamres) dan alm. Mayjen I Made Agra Sudiantara sebelum meninggal
menjabat sebagai komandan Pusat Persenjataan Infantri (Pussenif).<br />
<br />
Setelah dipecat, hidup Bambang Kristiono tergantung pada belas kasihan
Prabowo Subianto. Dia diberi pekerjaan sebagai direktur utama PT
Tribuana Antar Nusa.15 Awalnya Perusahan ini adalah milik Yayasan Kobame
(Korps Baret Merah) yang didirikan pada tahun 1993.16 Kini, ia menjadi
anak perusahan dari Nusantara Energy Group milik Prabowo Subianto, yang
bergerak di bidang transportasi. Perusahan ini memiliki kapal feri yang
melayani penyeberangan Merak-Bakauheni dan melayani jasa transportasi
untuk pengeboran minyak.<br />
<br />
Bambang Kristiono juga bekerja sebagai operator politik Prabowo. Dialah
yang menghubungi Pius Lustrilanang, seorang korban penculikan Tim Mawar ,
lalu mengajaknya bergabung ke Gerindra.17 Pada 2009, Bambang juga aktif
dalam tim kampanye Megawati-Prabowo. Saat itu, dia bertugas sebagai tim
kunjungan dan penyelenggara event.</div>
<div id="post_message_4646868">
</div>
<div id="post_message_4646868">
<i><b>4. Fausani Syahrial Multhazar18 [Akmil 1988] </b></i></div>
<div id="post_message_4646868">
<i>Dalam kasus penculikan, Multhazar mengaku sebagai wakil komandan Tim
Mawar. Pangkatnya saat itu adalah kapten. Beberapa korban penculikan
mengenalinya dengan nama samaran ‘Bobby.’ Pada persidangan di Mahkamah
Militer, dia dijatuhi hukuman 22 bulan penjara, lalu dipecat dari dinas
militer. Namun di tingkat banding, keputusan ini diubah menjadi 36 bulan
penjara tanpa pemecatan dari dinas militer.
</i></div>
<div id="post_message_4646868">
<i><br />
Karier militer Multhazar pun berlangsung normal. Namanya tertera pada
daftar siswa yang mengikuti Dikreg Seskoad (Pendidikan Reguler di
Sekolah Staf dan Komando TNI-AD) pada tahun 2003. Pada saat mengikuti
pendidikan ini dia sudah menyandang pangkat mayor. Tidak diketahui ke
mana dia setelah mengikuti pendidikan ini. Namun, namanya kembali
menghiasi media media saat menjabat sebagai Komandan Kodim (Dandim)
0719/Jepara (24 Juli 2006–Mei 2008).</i>
<i><br />
Setelah dua tahun menjabat sebagai Dandim, Multhazar dipindahkan menjadi
Kasrem 173/Prajavirabraja di Biak. Tidak diketahui berapa lama dia
menjabat sebagai Kasrem (paling lama biasanya dua tahun) dan ke mana dia
setelah lepas dari jabatan itu. Posisinya yang terakhir adalah sebagai
Kepala Bagian Pengamanan Biro Umum Setjen Kemhan,19 dengan pangkat
kolonel.</i></div>
<div id="post_message_4646868">
<i> </i></div>
<div id="post_message_4646868">
<b><i>5. Drs. Nugroho Sulistyo Budi (Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisipol, UGM, angkatan 1985)</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
<i>Di antara semua perwira yang terlibat dalam kasus penculikan aktivis,
Nugroho Sulistyo Budi barangkali adalah figur yang paling menarik. Dia
adalah satu-satunya perwira yang bukan tamatan Akademi Militer (Akmil).
Ia belajar ilmu politik di jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu-ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta tahun 1985
dan lulus tahun 1990.20 Tidak diketahui apakah Nugroho masuk dinas
militer selama menjalani pendidikan di UGM atau setelah lulus kuliah. 21
Juga tidak diketahui bagaimana dia masuk ke dalam Kopassus dengan
perjalanan karier yang boleh dibilang mengesankan.22 Beberapa narasumber
yang dihubungi untuk penulisan artikel ini mengatakan cukup terkejut
ketika mengetahui bahwa yang bersangkutan adalah perwira militer, dan
terlebih lagi perwira Kopassus yang terkait dengan kasus penculikan
aktivis. Sebagian mengenangnya sebagai penari Jawa yang handal.
Sementara yang lain mengenangnya sebagai ‘Michael Jackson-nya Fisipol’
karena rambutnya yang ikal dan kulitnya yang gelap. Dia memang sangat
mirip dengan Michael Jackson, raja musik pop itu.</i><br />
<br />
<i>Beberapa tahun setelah tamat dari UGM, Nugroho terlihat sebagai perwira
SGI di Timor Timur. Beberapa orang yang mengenalnya mengatakan bahwa dia
‘sangat berubah’ ketika bertugas di Timor Timur. Organisasi-organisasi
dan pengamat HAM memang mencatat bahwa sejak tahun 1991, khususnya sejak
peristiwa Santa Cruz, militer Indonesia memakai metode penculikan dan
penyiksaan untuk mengontrol gerakan aktivis-aktivis kemerdekaan Timor
Timur.23<br />
<br />
Seperti halnya perwira-perwira lain yang terlibat penculikan, Nugroho
pun mengajukan banding atas hukuman yang dijatuhkan krpadanya. Akhirnya,
ia dihukum 36 bulan penjara tanpa pemecatan. Tidak ada catatan ke mana
dia setelah menjalani hukuman. Kemungkinan dia tetap berada di Kopassus.
Namanya muncul kembali sebagai lulusan Seskoad (Sekolah Staff dan
Komando TNI-AD) tahun 2005. Ini berarti dia telah mulai pendidikan
setahun sebelumnya. Setelah pendidikan di Seskoad, Nugroho agaknya
kembali bertugas sebagai staf intelijen di Kopassus. Namanya muncul
sebagi peserta pada Asean Regional Forum (ARF) Conference on Terrorist
Use of Internet, di Bali 6-8 November 2008, dan saat itu diketahui kalau
dia sudah berpangkat letnan kolonel.<br />
<br />
Karier Nugroho semakin menanjak ketika dia diangkat menjadi Komandan
Kodim 0733-BS Semarang (4 Sept. 2009 – April 2011). Sekali pun
kadang-kadang menjadi sorotan karena masa lalunya, Nugroho dikategorikan
berhasil dalam menjalani jabatan sebagai Dandim.24 Setelah menjadi
Dandim, Nugroho dikabarkan bertugas di Badan Intelijen Negara (BIN),
lalu pangkatnya pun naik satu tingkat menjadi kolonel.</i></div>
<div id="post_message_4646868">
<i> </i></div>
<div id="post_message_4646868">
<b><i>6. Yulius Selvanus[Akmil 1988]</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
<i>Di antara semua anggota Tim Mawar, Yuliuslah yang mungkin paling
misterius. Selepas menjalani ‘hukuman’, dia kembali ke Kopassus. Pada
2002, ada yang menyaksikan dia berada di Pusdik (Pusat Pendidikan)
Kopassus di Batujajar dengan pangkat mayor.26 Tidak diketahui ke mana
kariernya beranjak setelah itu. Hanya saja, pada 2004 dia menamatkan
pendidikan di Seskoad. Tidak ada informasi apakah setelah itu Yulius
masuk ke jalur territorial sebagaimana lazimnya perwira TNI-AD yang
lulus dari Seskoad. Namanya kembali muncul pada 2009 sebagai Wakil
Komandan Grup-1 Kopassus di Serang.27 Diduga, Yulius Selvanus sekarang
bertugas di sebagai perwira di BAIS dengan pangkat kolonel.28</i></div>
<div id="post_message_4646868">
<i> </i><b><i> </i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
<b><i>7. Untung Budiharto[Akmil 1988]</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
<i>Berkebalikan dengan Yulius, karier Untung Budiharto terlihat paling
transparan di antara semua perwira yang terlibat penculikan. Sebuah
berita kecil yang dimuat oleh media online Detik.com29 menyatakan bahwa
Untung sudah menjalani penuh hukumannya 32 bulan di penjara.30 Hal itu
dinyatakan oleh Kepala Penerangan Kodam XVI Pattimura, Mayor Sukrianto
Puluhulawan yang menyampaikan cerita versi Untung kepada wartawan. Saat
wawancara itu diberikan (16 Mei 2007), Untung memang sedang bertugas di
lingkungan Kodam XVI Pattimura, sebagai Kepala Staf Korem 151/Binaiya di
Ambon. “Selama Sembilan bulan saya ditahan di Puspom, sisanya di
Cimahi, Jawa Barat,” tutur Untung, seperti diceritakan kepada Kapendam
XVI Pattimura. Usai menjalani hukuman, Untung Budiharto yang ketika itu
masih berpangkat Kapten, langsung dipindahkan ke Ambon. Dia ditempatkan
sebagai komandan intel Kodam XVI Pattimura. Itu terjadi pada tahun
2003.31 Pada tahun 2004, Untung diberi tugas baru sebagai Komandan
Batalion 733/Masariku dengan pangkat Mayor.</i>
<i><br />
Karier Untung melesat bak meteor selepas dia menjalani hukuman
‘penjara.’ Namun, cerita menjadi agak membingungkan ketika fakta lain
muncul. Untung Budiharto tercatat dalam daftar lulusan Seskoad pada
tahun 2002.32 Jika Untung mulai ditahan pada bulan Februari 1999,
dijatuhi hukuman dua bulan kemudian, maka dengan hukuman 30 bulan,
kemungkinan dia bebas dari penjara adalah pada Agustus 2001. Maka,
sangat mengherankan karena hanya dalam waktu lima bulan kemudian dia
sudah menjadi perwira siswa Seskoad.33</i>
<i><br />
Dari komandan batalion, Untung meningkat menjadi komandan Kodim
1504/Pulau Ambon dan pulau-pulau Lease yang berkedudukan di Kota Ambon.
Jabatan ini diembannya selama kurang dari dua tahun (2005-2006). Pada
2007, dia menjadi kepala staf Korem 151/Binaiya, juga di kKota Ambon.
Karier selanjutnya untuk Untung adalah kembali ke basis semula,
Kopassus.</i>
<i><br />
Pada Juni 2009, dia diangkat menjadi asisten perencanaan (Asren)
Kopassus.34 Jabatan ini diembannya hanya selama sembilan bulan. Pada
Maret 2010, dia kembali dimutasi menjadi dosen di Seskoad. Jabatan
selanjutnya adalah sebagai Pamen Ahli Kopassus Golongan IV Bidang Taktik
Parakomando, sebagai staf pengajar di Pusat Pendidikan Kopassus di
Batujajar. 35 Bulan April 2012, Untung Budiharto kembali dipindah
menjadi komandan Resimen Induk (Rindam) Kodam IV/Diponegoro. Tugas dari
Rindam adalah mendidik warga negara biasa yang ingin menjadi
prajurit-prajurit TNI. Pada saat ini, pangkatnya sudah naik menjadi
kolonel. Saat ini, Kol. Inf Untung Budiharto menjabat sebagai komandan
Korem 045/Garuda Jaya36 yang berkedudukan di Provinsi Bangka dan
Belitung.</i>
<i><br />
Perjalanan karier Untung Budiharto tampaknya mulus-mulus saja. Jenjang
kepangkatan yang dia capai saat ini sejajar dengan jenjang kepangkatan
rekan-rekan satu angkatan di Akmil 1988 (a). Pada tahun ini, beberapa
lulusan angkatan tersebut diperkirakan akan masuk ke jenjang bintang
satu (brigadir jenderal). Hanya satu langkah lagi bagi Untung untuk
menjadi jenderal.</i></div>
<div id="post_message_4646868">
<i> </i></div>
<div id="post_message_4646868">
<b><i>8. Dadang Hendra Yuda (Akmil 1988)</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
<i>Kapten Inf. Dadang Hendra Yudha menjabat sebagai Komandan Detasemen III
Batalion 42 Kopassus pada waktu penculikan itu terjadi. Dalam pengadilan
banding, Dadang dikenakan hukuman satu tahun empat bulan (enam belas
bulan) atas keterlibatannya dalam penculikan itu.</i>
<i><br />
Beberapa bulan setelah bebas dari hukuman pidana itu, Dadang segera
masuk ke Seskoad. Dia tamat Seskoad pada 2001 dan pangkatnya saat itu
adalah mayor. Dengan demikian, lagi-lagi, kita dihadapkan pada
teka-teki, mengapa perwira yang sudah terbukti melakukan tindak kriminal
dan diputus oleh pengadilan, bisa dengan cepat mendapat kenaikan
pangkat, bahkan diijinkan untuk melanjutkan pendidikan untuk
meningkatkan karier militernya?</i>
<i><br />
Tidak banyak yang kita ketahui ke mana Dadang setelah selesai menjalani
pendidikan di Seskoad. Namun, namanya kembali menghiasi media massa pada
tahun 2007, ketika didapati dia menjadi Komandan Kodim 0801/Pacitan,
Jawa Timur, dengan pangkat Letkol. Dadang dua kali menjabat sebagai
Dandim. Pada Juli 2008, dia dipindah menjadi Dandim Kodim
0813/Bojonegoro.37</i>
<i><br />
Setelah menjadi Komandan Kodim (Dandim), Dadang diangkat menjadi Kepala
Staff Brigade Infantri 16/Wira Yudha [Kas Brigif 16/Wira Yudha].38
Posisi Dadang terakhir yang terlacak adalah sebagai Kasubdit
Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) [2014].39
Di posisi ini, ia sudah menyandang pangkat kolonel.</i></div>
<div id="post_message_4646868">
</div>
<div id="post_message_4646868">
<b><i>9. Djaka Budi Utama [Akmil 1990]</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
D<i>alam proses banding hukuman atas keterlibatannya dalam penculikan,
Djaka Budi Utama tetap dihukum satu tahun empat bulan. Tidak diketahui
dimana dia bertugas setelah menjalani hukuman. Lama menghilang, pada
tahun 2007 namanya muncul kembali sebagai Komandan Batalion 115/Macan
Leuser di Aceh Selatan. Batalion ini didirikan pada tanggal 6 Desember
2004. Djaka Budi Utama adalah Komandan Batalion yang pertama dan
menjabat cukup lama hingga diganti pada 29 Juni 2007.41<br />
<br />
Djaka Budi Utama menyelesaikan pendidikan di Seskoad pada tahun 2004.
Kemungkinan dia langsung menjadi komandan batalion selepas pendidikan
itu. Kariernya semakin menanjak dengan jabatan baru sebagai Komandan
Kodim 0908/Bontang, Kalimantan Timur. Dia menduduki jabatan strategis di
kota kaya minyak ini hingga 27 Juli 2011. Pangkatnya pun naik menjadi
letnan kolonel.<br />
<br />
Pada 31 Juli 2012, Letkol Inf. Djaka Budi Utama diangkat menjadi Asisten
Intelijen Kasdam Kodam Iskandar Muda, Nangroe Aceh Darrusalam. Jabatan
ini membawanya kembali ke Aceh, tempat dia lama bertugas.42 Dia dimutasi
dari jabatan Asintel pada 26 Maret 2014,43 hanya sebulan menjelang
pemilihan legislatif dan empat bulan menjelang pemilihan presiden. Tidak
diketahui dimana selanjutnya dia bertugas.</i></div>
<b><br /></b><div id="post_message_4646868">
<b><i>10. Fauka Noor Farid [Akmil 1992]</i></b><br />
</div>
<div id="post_message_4646868">
F<i>auka adalah perwira termuda dari semua perwira yang terlibat dalam
kasus penculikan. Namun, seperti halnya dengan Yulius Selvanus, tidak
banyak data tentang dirinya yang muncul ke permukaan. Tidak diketahui ke
mana dia setelah ditahan. Namanya muncul di media pada tahun 2005 saat
menjadi Komandan Detasemen Pemukul Satu Raider di Aceh.44 Saat itu,
Fauka sudah berpangkat mayor.<br />
<br />
Juga tidak diketahui apakah Fauka pernah menjadi perwira siswa di
Seskoad. Namanya tidak ada dalam daftar lulusan alumni Seskoad. Dia juga
tidak terlihat pernah menjadi komandan di satuan-satuan teritorial
TNI-AD. Namun, sedikit keterangan tentang dirinya muncul dalam satu
putusan Mahkamah Agung RI. Dalam keputusan atas perkara kepemilikan
senjata api secara illegal yang melibatkan tertuduh yang bernama
Harmonis Siaga Putra, Fauka diajukan sebagai saksi di pengadilan.
Terdakwa, yang adalah seorang politisi lokal di Kotabumi, Lampung,
memiliki senjata api, tetapi tidak memiliki surat ijin yang sah, yang
dikeluarkan oleh kepolisian. Namun, ternyata terdakwa memiliki surat
izin yang dikeluarkan oleh BAIS dan ditandatangani oleh Letkol. Inf.
Fauka Noor Said. Dari putusan pengadilan itu, diketahui bahwa Fauka
pernah menjabat sebagai Dan Sus Pa Intel BAIS (2009 – Agustus 2011) dan
setelahnya menjabat sebagai Kepala Kelompok Khusus (Kopaksus) BAIS
(Agustus 2011 – ?).45<br />
<br />
Setelah itu, Fauka seolah lenyap ditelan bumi. Namun, diam-diam, dia
muncul kembali sebagai orang sipil. Namanya tertera sebagai Juru
Kampanye Nasional Partai Gerindra untuk Pemilu 2014 dalam daftar juru
kampanye yang disahkan oleh KPU.46 Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi
DPP Partai Gerindra, Ondy A. Saputra, yang dihubungi untuk kepentingan
tulisan ini membenarkan bahwa Fauka memang anggota Gerindra dan menjadi
juru kampanye nasional partai itu. Menurut Ondy, Fauka sudah ‘pensiun’
dari dinas militer sejak dua tahun lalu.47</i></div>
<div id="post_message_4646868">
</div>
<div id="post_message_4646868">
Karier, <i>The Aceh Connection</i>, dan <b>Prabowo Subianto</b><br />
<br />
Apa yang bisa kita simpulkan dari perjalanan karir militer para
perwira-perwira ini? Paling tidak, ada empat hal yang bisa ditarik dari
perjalanan karier mereka.</div>
<div id="post_message_4646868">
</div>
<div id="post_message_4646868">
<b><i>1. Hukuman pidana tidak berpengaruh terhadap karier dalam militer</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
Tujuh orang perwira yang dihukum karena penculikan ini ternyata tidak
mengalami gangguan berarti dalam mengembangkan karier militernya.
Beberapa dari mereka memiliki karier militer yang sangat maju dan laju
kenaikan pangkatnya di atas rata-rata kawan-kawan seangkatannya.
Taruhlah, misalnya, karier militer Kol. Inf. Untung Budiharto. Dia
menjalani karier militer yang sangat lengkap: sebagai komandan batalyon,
komandan territorial (Dandim dan sekarang Danrem), menjadi perwira
staff (Asren Kopassus), dan menjadi pengajar di Seskoad serta di
Kopassus. Dalam tradisi militer Indonesia, mutasi dan promosi yang
ditapak oleh Untung Budiharto adalah jalur mutasi dan promosi ke jenjang
jenderal. Tidak mengherankan jika Untung kemudian akan muncul di
jajaran elite TNI-AD.<br />
<br />
Empat perwira yang lulus dari angkatan 1988 (Multhazar, Untung, Yulius,
dan Dadang) semuanya menyandang pangkat kolonel. Bahkan Drs. Nugroho
Sulistyo Budi, yang masuk dari luar jalur Akmil, juga sudah menyandang
pangkat kolonel. Yang lebih penting lagi, mereka adalah kolonel-kolonel
senior yang masih jauh dari usia pensiun.48 Mereka tinggal selangkah
lagi akan memasuki jenjang jenderal.49<br />
<br />
Apakah cepatnya laju karir militer para perwira ini adalah sesuatu yang
wajar di dalam militer Indonesia? Agaknya tidak. Ini adalah sebuah
kekecualian. Perwira-perwira yang pernah dihukum karena melakukan tindak
kriminal biasanya langsung ‘masuk kotak.’ Karirnya tidak akan
berkembang, lalu dia dipindah ke pos-pos yang tidak penting. Namun, ada
perwira-perwira yang sekalipun dijatuhi hukuman kriminal berdasarkan
hukum militer tetap mendapatkan promosi karena dianggap sedang
‘menjalankan tugas negara.’<br />
<br />
Hal ini terjadi tidak dalam kasus penculikan saja. Para perwira yang
dipidana karena terbukti melakukan pembunuhan terhadap tokoh adat Papua
Theys Hiyo Eluay pada 2001, ternyata terus mendapatkan promosi jabatan.
Letkol . Inf. Hartomo (Akmil 1986), yang pada saat itu menjabat sebagai
komandan Satgas Tribuana, sekarang sudah menyandang pangkat brigadir
jenderal dan saat ini menjabat sebagai Komandan Pusat Intel Angkatan
Darat (Danpusintelad). Hartomo adalah salah satu dari dua orang pertama
di angkatannya yang mencapai pangkat Brigjen. Perwira lainnya adalah
Bigjen TNI Hinsa Siburian, lulusan terbaik Akmil 1986, yang sekarang
menjabat sebagai Kasdam Kodam XVII/Cendrawasih. Terdakwa lain, Mayor TNI
Donny Hutabarat (Akmil 1990), sempat menjabat sebagai Komandan Kodim
0201/BS di Medan, dan sekarang menjabat sebagai Waasintel Kasdam Kodam
I/Bukit Barisan. Donny Hutabarat dipromosikan menjadi Waasintel ketika
Mayjen TNI Lodewijk Paulus, mantan Danjen Kopassus, menjabat sebangai
Pangdam I/Bukit Barisan. Sementara, Kapten Inf. Agus Supriyanto (Akmil
1991), yang juga terlibat dalam pembunuhan itu, sempat menduduki jabatan
sebagai komandan Batalion 303/Kostrad. Perwira terakhir yang terlibat
dalam pembunuhan Theys adalah Lettu Inf. Rionardo (Akmil 1994). Sekarang
dia diketahui menjabat sebagai Paban II Srenad di Mabes TNI-AD.<br />
<br />
Semua kecenderungan ini memperlihatkan impunitas para perwira TNI dalam
perkara-perkara kriminal yang melibatkan tugasnya sebagai militer.
Persepsi yang berkembang di dalam TNI, semua kejahatan tersebut
dilakukan sebagai bagian dari ‘tugas negara’ dan penyelewengan dari
tugas tidak dengan serta merta menjadikan perwira-perwira itu tidak
cakap sebagai militer. 50<br />
<br />
Tidak ada yang lebih tepat menggambarkan kecenderungan sikap TNI
terhadap perwira-perwiranya yang secara terang-terangan melanggar HAM,
ketimbang sikap mantan KSAD Jendral Ryamizard Ryacudu. Jendral yang
pernah santer disebut akan menjadi calon wakil presiden untuk Jokowi
ini, ketika menanggapi hukuman terhadap anggota TNI yang membunuh Theys,
dengan gamblang mengatakan bahwa mereka adalah ‘pahlawan.’51<br />
<br />
Penyelidikan secara mendalam terhadap perjalanan karir perwira-perwira
ini juga mengungkapkan bahwa hukuman pidana yang mereka terima adalah
bagian dari karir militer mereka. Dengan mudah mereka mendapat promosi
setelah hukuman itu habis masanya. </div>
<div id="post_message_4646868">
</div>
<div id="post_message_4646868">
<b><i>2. Karir Intelijen</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
Menjadi prajurit Sandi Yudha sama artinya dengan menjadi intelijen.
Kenyataannya adalah semua perwira yang terlibat penculikan ini adalah
perwira-perwira intelijen. Pertanyaannya adalah: layakkah mereka terus
diberi kepercayaan untuk terus berkarya di dunia intelijen, yang dalam
konteks Indonesia, sangat sulit pertanggungjawabannya itu?’ Empat dari
delapan perwira yang terlibat dalam penculikan (Yulius, Nugroho, Dadang,
dan Fauka) terus bergelut dalam dunia intelijen.<br />
<br />
Kasus pembunuhan Munir mengajarkan bahwa dinas intelijen bisa dengan
gampang digunakan untuk kepentingan pribadi. Memang tidak mungkin untuk
mengharapkan transparansi dari dunia intelijen, tetapi bagaimana pun
juga dunia intelijen itu haruslah accountable (bisa
dipertanggungjawabkan). Bisakah diharapkan accountability dari
perwira-perwira yang sudah terbukti dipengadilan melakukan
tindakan-tindakan pidana yang tercela?<br />
<br />
Kalau pun tujuannya adalah memberikan ‘kesempatan kedua’ untuk
perwira-perwira ini, tidakkah lebih baik mereka diberikan tempat pada
institusi-institusi yang transparan untuk publik? </div>
<div id="post_message_4646868">
</div>
<div id="post_message_4646868">
<b><i>3. The Aceh Connection?</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
Hal yang juga menarik untuk diamati, sebagian besar perwira-perwira yang
terkait dengan penculikan ini juga memiliki karier yang terkait dengan
Aceh. Chairawan menangani Aceh saat dia di BAIS, menjadi Danrem di sana,
kemudian menjabat sebagai Kaposwil BIN. Perwira lain yang juga
berkarier di Aceh adalah Djaka Budi Utama, yang mulai sebagai Komandan
Batalion dan terakhir menjabat sebagai Asisten Intelijen Kodam Iskandar
Muda. Fauka Noor Farid juga pernah bertugas di Aceh sebagai komandan
pasukan detasemen pemukul (Denkul). Mengingat gejolak di Aceh sebelum
perjanjian Helsinki, besar kemungkinan perwira-perwira yang lain juga
bertugas di Aceh.<br />
<br />
Bagi tiga orang ini, Aceh tentu bukan medan yang asing. Yang kemudian
menarik untuk diperhatikan adalah bahwa partai lokal yang berkuasa di
Aceh, Partai Aceh, dalam pemilihan umum legislatif 2014 memilih
berkoalisi dengan Gerindra. Chairawan pun aktif berkampanye di Aceh.[53]
Djaka Budi Utama, bekas anak buah Chairawan di Grup-4/Sandi Yudha
bahkan menjabat Asintel Kodam dan hanya diganti sebulan sebelum
pemilihan umum legislatif. Kedua orang ini pastilah sangat mengetahui
situasi sosial politik serta konfigurasi kekuasaan di Aceh. Adakah
orang-orang ini juga membantu terbangunnya koalisi aneh antara Partai
Aceh dan Gerindra? Mungkin sejarah yang akan lebih mampu menjawab
pertanyaan ini.</div>
<div id="post_message_4646868">
</div>
<div id="post_message_4646868">
<span style="font-size: small;"><b></b></span><b><i>4. Patronase Prabowo?</i></b></div>
<div id="post_message_4646868">
<span style="font-size: small;"><b> </b></span>Umumnya, ikatan antara komandan dengan anak buah sangat erat, sekalipun
diikat oleh tali komando yang ketat. Mereka mengalami suka duka bersama
di medan pertempuran. Namun, untuk konteks Indonesia, hubungan komandan
dan anak buah bisa meningkat menjadi hubungan patronase. Komandan
menjadi jalur untuk promosi ke jenjang kepangkatan lebih tinggi atau
mutasi ke tempat-tenpat yang prestisius. Komandan juga menjamin
kehidupan anak buahnya secara ekonomis.<br />
<br />
Prabowo menjadi tipikal seorang komandan yang juga seorang patron.
Sebagai menantu presiden, dia jelas memiliki jalur ke lingkaran paling
elite di negeri ini. Dia juga memiliki akses ke sumber ekonomi yang
nyaris tak terbatas. Yayasan Kobame (Korps Baret Merah) mencapai puncak
kejayaannya ketika Prabowo masih di dalam Kopassus. Yayasan itu boleh
jadi sudah bubar, tetapi beberapa perusahan di bawah Kobame akhirnya
diambilalih oleh Prabowo. Dia ‘menghidupi’ beberapa mantan prajurit dan
perwira Kopassus.<br />
<br />
Kesetiaan bekas anak buah Prabowo juga tidak diragukan. Muchdi <acronym title="Google Page Ranking">Pr</acronym>.
mendirikan Gerindra bersama Prabowo. Meskipun ia keluar, diragukan
bahwa Muchdi sebenarnya berseberangan dengan Prabowo, adik kelas yang
kemudian menjadi patronnya itu. Chairawan langsung bergabung dengan
Prabowo begitu pensiun dari dinas tentara. Demikian juga dengan Bambang
Triono. Dan terakhir, Fauka Noor Farid juga bergabung dengan partai
politik bikinan Prabowo, Gerindra.<br />
<br />
Kita tidak tahu apakah perwira-perwira yang masih berdinas aktif masih
menjaga hubungan dengan Prabowo. Mungkin juga tidak. Namun, melihat
postur Prabowo saat ini dalam politik Indonesia, tidak terlalu
mengherankan juga kalau mereka–dan juga perwira-perwira lain yang pernah
menjadi anak buahnya–masih menjaga hubungan dengan Prabowo, sekalipun
tidak secara formal.</div>
<div id="post_message_4646868">
<span style="font-size: small;"><b> </b></span></div>
<div id="post_message_4646868">
<span style="font-size: small;"><b>Akhirnya …</b></span><br />
Seperti yang dikatakan di atas, semua hal yang kita ketahui dari para
perwira yang pernah melakukan penculikan ini memunculkan lebih banyak
pertanyaan ketimbang jawaban. Namun, ada satu hal yang tegas dan jelas,
yakni para perwira ini masih bisa menikmati karier militer yang sangat
bagus sekalipun telah melakukan perbuatan pidana yang tercela.</div>
<div id="post_message_4646868">
</div>
<div id="post_message_4646868">
<h4>
<span style="font-size: xx-small;">bujanglapuk(forum vivanews)</span></h4>
</div>
<div id="post_message_4646868">
<h4>
<span style="font-weight: normal;"><span style="font-size: xx-small;">penulis adalah peneliti masalah-masalah politik, militer dan jurnalis lepas(freelance). Tulisannya pernah muncul di prisma, jurnal indonesia dan inside indonesia.</span></span></h4>
<span style="color: black;"><a href="https://www.blogger.com/null" name="gender_4646855"></a><br />
<span style="font-size: xx-small;">.</span></span>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-64458527378935373552014-06-08T00:01:00.002-07:002014-06-08T00:01:53.066-07:00Percobaan Pembunuhan Soekarno oleh Pilot Angkatan Udara Indonesia<div id="post_message_4654511">
<b>Pengakuan Daniel Maukar Soal Penembakan Istana Merdeka</b><br />
<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="http://irwan.net/wp-content/uploads/2009/09/MIG-15-AURI-480x307.jpg" /></div>
<br />
<div style="margin-top: 5px; margin: 20px;">
<div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;">
Quote:</div>
<table border="0" cellpadding="10" cellspacing="0" style="width: 100%px;">
<tbody>
<tr>
<td class="alt2" style="border: 1px inset;">
Det…det…det…det…., rentetan suara di siang itu mengagetkan banyak
orang. Roy yang tengah belajar di lantai dua SMP ……. dibuat tersentak.
Tidak hanya di sekolahnya, warga Jakarta yang saat itu berada di sekitar
Istana Merdeka Selatan, berhamburan mencari tahu asal suara dentuman
itu. Bahkan KSAU Marsekal Suryadarma yang tengah rapat di gedung Dewan
Nasional, bergegas keluar. Istana ditembak… istana ditembak….. karuan
saja teriakan itu menyiutkan nyali setiap orang.
</td>
</tr>
</tbody></table>
</div>
Hari itu, tepatnya 9 Maret 1960 sekitar pukul 12 siang, Istana
Merdeka Selatan telah diberondong kanon 23 mm dari sebuah pesawat tempur
Mikoyan-Gurevich MiG-17F Fresco nomor 1112 asal Skadron Udara 11.
Penerbangnya Letnan II Pnb Daniel Alexander Maukar, callsign “Tiger”. <b>Setelah
kurang sukses melaksanakan tugasnya menembak kilang minyak Shell Oil di
Plumpang Tanjung Priuk, Istana Merdeka dan Istana Bogor</b>, Daniel Maukar akhirnya mendarat darurat di sebuah desa di Garut.<br />
<br />
Masih untung dengan Presiden Soekarno. Pemimpin kharismatik ini siang
itu kebetulan sedang memimpin sidang Dewan Nasional di sebuah gedung di
samping Istana Merdeka. Gedung ini berjarak sekitar 20 m dari Istana.
Seperti biasa, daerah di sekitar tempat sidang dijaga Polisi Pengawal
Pribadi Presiden (H. Mangil Martowidjojo, Kesaksian tentang Bung Karno
1945-1967, terbit 1999). Salah satu peserta sidang justru KSAU Suryadi
Suryadarma.<br />
<br />
Nyaris sejak peristiwa itu terjadi hingga hari ini setelah berlalu 47
tahun, sedikit sekali pengetahuan orang soal itu. Tak kurang TNI AU
sendiri, meski potongan-potongan cerita keberanian Maukar menjadi
semacam kebanggaan di kalangan tertentu di TNI AU. Lalu kekuatan apa
sesungguhnya yang membuat seorang perwira muda bernama Maukar nekat
menembak Istana Presiden, bagaimana ia menyiapkan misi itu, bagaimana
pula ia menyiapkan pelariannya ke Kadungoro, Leles, Garut, Jawa Barat;
apa betul insiden itu terkait dengan rumor direbutnya kekasihnya Molly
Mambo oleh Presiden Soekarno serta bagaimana ia bisa lolos dari hukuman
seumur hidup. <br />
<br />
"Tiger, Tiger, from Kemayoran tower, over." Panggilan itu berkali-kali
menyahut di telinga Dani, namun tidak dibalas. "Tiger, Tiger, if you
read me please check your fuel." Dani tetap bungkam, karena sekali ia
membalas posisinya akan diketahui. Radio dimatikan. Pesawat melaju cukup
kencang menuju Bandung. Benak Dani bergalau. Ia membayangkan reaksi
Molly apabila tahu apa yang sudah dilakukannya. Pun membayangkan reaksi
sang ayah. Hingga ia tidak menyadari sudah terbang jauh, tanpa kendali
arah. Ketika tersadar, ia tidak tahu persis berada di mana. Namun Dani
yakin, ia pasti sudah mendekati Garut.<br />
<br />
<div style="margin-top: 5px; margin: 20px;">
<div class="smallfont" style="margin-bottom: 2px;">
Quote:</div>
<table border="0" cellpadding="10" cellspacing="0" style="width: 100%px;">
<tbody>
<tr>
<td class="alt2" style="border: 1px inset;">
" Saya tidak akan meninggalkan negri ini, apapun yang terjadi, ada keluarga saya di sini, sekalipun saya harus mati"
</td>
</tr>
</tbody></table>
</div>
Kata kata itu di ucapkan Dani Maukar, setelah brefing dengan Sam
Karundeng, yang menyarankan setelah aksinya lebih baik Dani ke luar
negri.<br />
<br />
Sesuai rencana, Dani harus menemukan enam titik api unggun, tiga di kiri
tiga di kanan, sebagai tanda landing site. Tapi apa lacur, di bawah ia
melihat begitu banyak api unggun. Sepertinya petani sedang membakar
gabah dan asapnya membumbung di mana-mana. Ketimbang pusing, Dani ambil
langkah tepat ke selatan, berharap jatuh di laut. Ketinggian mulai
diturunkan. Karena buruknya persiapan, memang tidak pernah ada
komunikasi antara Bandung dengan tim penunggu di Garut. Jarak yang jauh
untuk dicapai lewat darat. Tim yang mestinya ke Malambong untuk
berkoordinasi, menurut Dani juga tidak pernah berangkat. <b>Sampai
akhirnya MIG-17 yang diterbangkannya mendarat darurat di persawahan
Kadungoro, Leles, Garut, Jawa Barat, setelah tiga kali overhead untuk
memastikan lokasi pendaratan.<br />
</b><br />
Setelah menurut perhitungan yang pasti bahwa pesawat itu tidak melampaui
batas waktu terbangnya. Maka kepada pangkalan-pangkalan Angkatan Udara
Husein Sastranegara dan Halim Perdanakusumah diperintahkan untuk mencari
pesawat tersebut. Sebelumnya belly landing, Dani sudah menyiapkan
pistolnya. Senjata ini akan digunakannya untuk bunuh diri seandainya
pesawat terbenam lumpur saat pendaratan. Namun, belum sampai bunuh diri,
ia keburu ditangkap tentara yang telah mencarinya dengan melakukan
penyisiran wilayah Garut. Setelah ditangkap, sore harinya Komandan Lanud
Tasikmalaya Kapten Sumantri dan Letnan Subaryono serta seorang perwira
teknik datang mengunjunginya.<br />
<br />
Di Jakarta, kekacauan segera terjadi sesaat setelah aksi Dani. Berita
mulai tersebar, termasuk di lingkungan AURI. Anehnya, tidak satu pun
tuduhan langsung terarah ke Dani. Begitu pun keluarga Maukar di daerah
Menteng, tak ada prasangka apa-apa. Di kepala sang Ayah, itu pasti ulah
Sofyan, anak Padang yang punya sedikit masalah dengan pemerintah. Sampai
ketika dipanggil Provost AURI pun, sang ayah tenang-tenang saja. Ketika
ditanya pendapatnya soal insiden yang terjadi hari ini, sang ayah hanya
menjawab, "Orang itu harus bertanggung jawab!"<br />
<br />
"Itu anak Bapak." Suara provos itu bagai petir di siang bolong di
telinga Karel Herman Maukar. Daniel Alexander Maukar pun ditetapkan
sebagai tersangka dan ditangkap.<br />
<br />
<br />
<br />
<i><b>Di kutip dari berbagai sumber</b></i>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-73381888139095691942014-06-07T09:30:00.000-07:002014-06-07T09:30:09.115-07:00Prabowo Subianto Alias Omar<span class="fbPhotosPhotoCaption" data-ft="{"type":45,"tn":"*G"}" id="fbPhotoPageCaption" tabindex="0"><span class="hasCaption">HM Aru Syeif Assadulah<br /> Pemimpin Redaksi Tabloid Suara Islam<br /> <span class="text_exposed_show"><br />
Kendati hampir dipastikan hari ini, seluruh rakyat Indonesia mengenal
nama Prabowo Subianto, tapi dipastikan pula tidak banyak yang tahu
Prabowo punya nama alias di lingkungan sahabat dekatnya yakni: Omar.
Nama Omar dimaksudkan dan mengacu sebagai Omar bin Khattab, Sahabat
Rasulullah Muhammad Saw yang perkasa. Capres (Calon Presiden) yang
mantan Komandan Jendral (Danjen) Kopassus ini juga menyandang nama
panggilan sandi : 08 (Kosong Delapan) yang melekat pada nama Prabowo.
Tapi yang paling populer di kalangan sahabat Prabowo, nama panggilan
Omar, untuk Prabowo lebih sering digunakan. Nama ini bagai memberi
spirit dan dorongan para sahabatnya agar Prabowo mengikuti keteladanan
Khulafaurassyidin: Omar Ibn Khattab, yang memiliki jiwa kepahlawanan dan
pemberani mendampingi Rasulullah Muhammad Saw saat menegakkan Islam.
Kini ketika ia tampil menjadi Capres pada Pilpres 2014, ia acap
dipanggil Haji Prabowo Subianto.<br /> <br /> Panggilan Prabowo diawali
dengan Haji, dipastikan bukan dimaksudkan untuk “membedaki” dirinya agar
tampak menjadi Islami, dekat dengan Islam dan kalangan/umat Islam.
Prabowo justru mencuat namanya karena kedekatannya dengan kalangan Islam
pada tahun-tahun menjelang dan sesudah keruntuhan Presiden Soeharto
(1998) yang juga mertuanya itu. Bahkan sejak 1988 ketika Presiden
Soeharto mengubah haluan politik dengan merangkul Islam--dengan direstui
berdirinya ICMI dan Bank Muamalat--kalangan minoritas yang merasa
tersingkir mengkritik kebijakan Soeharto itu sebagai melahirkan politik
Islam yang semakin mewarnai DPR-MPR juga kabinet yang disebutnya sinis :
Ijo-Royo-Royo. ABRI pun diseretnya mengikuti trend politik ini dan
dijuluki sebagai ABRI Hijau. Sejumlah jendral yang ikut menyemarakkan
ABRI Hijau antara lain : Jendral Feisal Tandjung dan Jendral R.
Hartono, masing-masing menjabat sebagai Pangab (Panglima ABRI) dan Kasad
(Kepala Staf AD). R. Hartono tanpa segan-segan justru menjawab sindiran
warna Hijau ABRI dengan perintah yang “galak”, “Setiap prajurit ABRI
harus fanatik dengan agamanya,” seraya menjabarkan dengan kefanatikan
itu maka setiap prajurit dengan agama apapun yang dianutnya akan menjadi
taat dengan perintah agamanya dan akan menjadi kekuatan pembela Negara
yang tangguh.<br /> <br /> Di sekitar isu Ijo-Royo-Royo yang minor terhadap
aspirasi umat Islam itu, Prabowo berdiri dan dianggap sebagai salah satu
ABRI Hijau, bersama perwira-perwira muda lainnya, seperti : Fachrurozi
(Jendral TNI), Subagyo HS (Jendral TNI), Sjafrie Sjamsoeddin (Letjen
TNI), Muchdi PR (Mayjen TNI), Kivlan Zen (Mayjen TNI), Ghaffar Rachman
(Mayjen TNI), Amphi Tanoedjiwa (Mayjen TNI), Adityawarman (Brigjen TNI),
dan seterusnya. Tatkala Prabowo semakin dekat dengan citra ABRI Hijau
itu, diam-diam Prabowo sudah berinisiatif “menyambangi” (sowan) menemui
sejumlah tokoh Islam, seperti M. Natsir di kediamannya Jalan Jawa
(kini Jalan HOS Cokroaminoto) No. 46 Menteng Jakarta Pusat. Penulis
melihat pertemuan itu, di mana saat mau masuk ke rumah M. Natsir,
Prabowo sempat melepas cincin emas dan kalung miliknya dititipkan
pembantu M. Natsir, Sdr Aswadi. Saat itu Prabowo menduduki jabatan
sebagai Komandan salah satu Group Kopassus berpangkat mayor.<br /> <br />
Mengapa Prabowo menjadi dekat dengan Islam? Padahal Prabowo Subianto
adalah putra Begawan Ekonomi Soemitro Djojohadikusumo, yang dikenal
sebagai tokoh Partai Sosialis Indonesia. Tidak ada jejak Islam. Riwayat
Prabowo yang kariernya melaju pesat di Kopassus, sebagai Wadanjen,
(Wakil Komandan Jendral), Danjen (Komandan Jendral), dan Pangkostrad,
kiranya bisa menjawab pertanyaan itu.<br /> <br /> Sejatinya yang mendasari
sikap itu, karena Prabowo memiliki jiwa patriot sejati yang diiringi
kejujuran jiwanya yang mendorong ia bersikap membela bahkan pro Islam
yang diperlakukan diskriminatif sebagai mayoritas. Sekitar 1997 tatkala
Prabowo sudah menduduki jabatan sebagai Wadanjen dan bahkan Danjen
Kopassus, Prabowo acapkali mengundang dan hadir dalam diskusi
politik-ekonomi di kalangan cendekiawan. Statemen Prabowo yang sangat
kontroversial ditangkap kalangan minoritas, ketika ia acapkali
menyampaikan pendiriannya bahwa: “Indonesia yang mayoritas hampir 90%
penduduknya beragama Islam, maka sudah sewajarnya jika sistem yang
dipakai adalah sistem yang Islam!” Prabowo kemudian memberikan contoh
ilustrasi seperti yang kini berlaku di Philipina. Sistem yang berlaku di
Philipina adalah sistem yang mengacu kepada tatanan Katolik. Hal itu
menurut Prabowo sebagai sah-sah saja, karena penduduk Philipina
mayoritas, 90%, beragama Katolik. Sikap Prabowo yang jujur ini
sebenarnya hanya meneruskan pernyataan yang disampaikan BJ. Habibie
yang sering menyatakan sikap pemerintah saat itu lebih adil dengan
menganut asas proporsional. Komposisi anggota DPR-MPR juga susunan
kabinet dikoreksi mendekati proporsional, walau belum proporsional
mutlak. <br /> <br /> Prabowo pun dianggap atau dituduh anti minoritas.
Apalagi ketika diskusi sampai ke wilayah ekonomi, sikapnya yang amat
terang-terangan membela ekonomi rakyat kecil seraya mengkritik dominasi
konglomerat yang notabene terdiri 200-an kongkomerat keturunan Cina.
Sejatinya Prabowo hanya membela hak-hak rakyat yang tersingkir di
bidang ekonomi. Penulis, tahu Prabowo sangat bersahabat dengan PM
Malaysia Mahathir Mohamad yang mampu melindungi hak-hak rakyat pribumi
Melayu atas desakan dan dominasi peran ekonomi pendatang Cina dan India
di Negeri Jiran. Mahathir sukses membela rakyat Melayu di Negeri Jiran.
Mengapa tidak bisa diwujudkan di Indonesia, tanpa bermaksud
mendiskriminasi golongan minoritas. Namun stigma sudah terbentuk
seolah-olah Prabowo anti minoritas bahkan anti Cina. Tuduhan ini niscaya
dirasakan berat bagi Prabowo, karena merasa diri tidak bermaksud
mendiskriminasi siapapun, apalagi etnik tertentu Cina. Barangkali
tatkala ia merancang partainya Gerindra dengan mencalonkan Ahok seorang
Cina diusungnya menjadi Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, pada 2012,
mendampingi Jokowi, mudah ditebak sebagai pembuktian untuk mementahkan
tuduhan kepadanya yang diskriminatif bahkan anti Cina. Begitu halnya,
dengan mengangkat beberapa orang yang diketahui sebagai korban
penculikan, seperti Desmon Junaidi Mahesa, Pius Lustrilanang sebagai
anggota penting di Gerindra, termasuk pembuktian yang lain.<br /> <br />
Jiwa terbuka seorang Prabowo mengubah penampilan pasca kegagalan
mencalonkan diri sebagai Cawapres bersama Megawati pada Pilpres 2009
yang lalu. Prabowo yang mewarisi kadar intelektual ayahandanya tidak
ingin bersikap kaku menghadapi kritik-kritik keras yang menghantam
dirinya. Barangkali cara yang ditempuh untuk membuktikan ia mencintai
seluruh anak-anak negeri ini dengan cita-cita Gerakan Indonesia Rayanya
(Gerindara), dan mengakomodasi siapapun anak-anak negeri ini termasuk
mempromot Ahok. Yang terakhir ini, soal Ahok barangkali kembali bisa
disalahpahami banyak pihak, khususnya umat Islam. Karena berpembawaan
jujur, Prabowo sangat pantang berpura-pura.<br /> <br /> Kedekatannya
dengan kalangan Islam menjelang Pilpres Juli 2014 sekarang, seperti
dirinci di muka, seperti kedekatan dengan para kyai niscaya bukan
pura-pura, seperti ditampilkan peserta Pemilu, yang tiba-tiba menjadi
akrab dengan pesantren, atau tiba-tiba mengenakan peci, dan berkalung
sarung dan sorban. Kunjungan Prabowo ke kyai-kyai bukanlah hal baru.
Tatkala ia menerima deraan tuduhan di sekitar lengsernya Presiden
Soeharto, (1998), bahkan berakibat ia dicopot sebagai Letnan Jendral dan
dinas TNI, ia menyingkir dan mendapat perlindungan dari para sahabatnya
di dunia Islam. Prabowo mengungsi ke Jordania dalam perlindungan
Pangeran Abdullah (kini Raja). Penulis berkesempatan menjenguk Prabowo
di Amman Jordania dan mendapati Prabowo yang sangat dihormati para
pemimpin Dunia Islam. Bersama ulama Indonesia KH. Cholil Ridwan (kini
Ketua MUI), Prabowo direkomendasi Raja Jordania mengunjungi Qadafi di
Libya, Pangeran Abdullah Raja Saudi Arabia di Istana Ryad. Karpet merah
selalu dibentangkan menyambut kedatangan Prabowo di Negara-negara Islam
itu. Bukti lain bersama-sama Ketua MPR Amien Rais, Ketua PP Muhammadiyah
Syafii Maarif, Fadli Zon dan Muchdi PR, serta Ahmad Muzani, pada tahun
2000 kembali Prabowo mengunjungi Libya, Jordania, Irak, dan Iran di mana
selalu dibentangkan karpet merah dan setiap kepala pemerintahan
menyambut dengan hormat kedatangan Prabowo dkk dari Indonesia, negeri
dengan jumlah penduduk Islam terbesar di dunia.<br /> <br /> Perhatiannya
yang berlebih kepada Islam dipastikan karena sikap ksatrya sekaligus
logika intelektual dan jiwa keadilannya karena memandang Islam memang
pemilik negeri ini yang terbanyak dan sah. Ia pantas mendapat kue yang
terbesar. Dalam perspektif itulah bisa dibaca pendiriannya berkaitan
Islam menjelang dan menyongsong Pilpres 2014, di mana ia maju menjadi
Capres bersaing dengan Joko Widodo. Bagi umat Islam jika ingin membaca
jatidiri seorang Prabowo dari kacamata inilah bisa dibaca dengan jernih.
Sebagai tambahan sikap persahabatan Prabowo terhadap kalangan Islam,
baik dicatat tatkala ia hampir mengakhiri jabatannya sebagai Danjen
Kopassus dan hendak diangkat sebagai Pangkostrad, Januari 1998, Prabowo
mengundang tokoh-tokoh Islam dan ribuan santri untuk acara Buka Puasa
Bersama di Markas Kopassus Cijantung Jakarta Timur. Di hadapan ribuan
santri dan prajurit serta silih berganti berpidato Prabowo di mimbar,
Prabowo menjanjikan untuk membersihkan para pengkhianat bangsa yang kini
(saat itu 1998) mencengkeram NKRI sehingga terjeremus dalam krisis
ekonomi yang berkepanjangan. Deretan tokoh saling berpidato bergantian,
mulai Ketua MUI. KH. Basri, Ketua Dewan Dakwah Dr. Anwar Haryono, Sekjen
Dewan Dakwah Hussein Umar, Ketua Kisdi Ahmad Sumargono, Cholil Ridwan,
KH. Abdul Rasyid, bahkan Rhoma Irama, Jimly Asshidiqie, Din Syamsuddin,
Said Agil Munawar pun hadir di forum yang mengguncangkan para komprador
itu. Hal ini untuk sekadar mengingat betapa Prabowo pernah sangat dekat
bersama Islam. Karena prakarsa acaranya ini, Prabowo dituduh sektarian,
anti minoritas. Dan kiranya untuk menetralisir tuduhan seperti inilah,
belakangan Prabowo bersikap lebih luwes, dan teduh agar bisa dimengerti
oleh semua kalangan yang beragam di negeri ini.<br /> <br /> Prabowo
bukanlah berlatar keluarga Islam yang puritan. Ia besar di lingkungan
gaya hidup yang cenderung sekuler, dan banyak menghabiskan masa remaja
di luar negeri. Walau demikian, ia tetaplah seorang Muslim, dan titel
haji yang melekat pada dirinya karena ia memang melaksanakan haji
beberapa kali umroh dengan penuh khusuk. Cholil Ridwan dalam sebuah
acara Pengajian Politik Islam pernah menyanggah isu miring menjelang
Pilpres yang menyebutkan Prabowo, bukan Islam, tidak pernah shalat. Kata
Kyai Cholil ia pernah bersama-sama Prabowo dalam perjalanan di Timur
Tengah dalam jangka dua minggu dan tidur di hotel yang sama dan ia
selalu shalat jamaah Subuh bersama Prabowo. Prabowo shalat dan Islam.
Entah karena keberpihakannya yang mendalam kepada Islam, tatkala banyak
tokoh Islam memprakarsai berdirinya Partai Bulan Bintang, pada 1998,
Prabowo bertindak mengulurkan bantuan finansial, sebagai dana awal untuk
sosialisasi Partai Bulan Bintang yang baru berdiri pada 1998, ke
seluruh Indonesia. Prabowo punya misi tertentu? Walllauhualam, catatan
di atas dipastikan menjadi catatan faktual yang menyertai perjalanan
seorang Prabowo Subianto alias Omar atau Kosong Delapan.</span></span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-28465463586659795862014-06-01T04:55:00.000-07:002014-06-01T04:55:06.508-07:00Mengapa Benny Moerdani dan CSIS mau mendeislamisasi Indonesia?Karena CSIS didirikan oleh agen CIA, Pater Beek yang awalnya ditempatkan
di Indonesia untuk melawan komunis, namun setelah komunis kalah dia
membuat analisa bahwa lawan Amerika berikutnya di Indonesia hanya dua,
"Hijau ABRI" dan "Hijau Islam".<br />
<br />
Lalu, Peter Beek menyimpulkan ABRI bisa dimanfaatkan untuk melawan
Islam, maka berdirilah CSIS yang dioperasikan oleh anak didiknya di
Kasebul, Sofjan Wanandi, Jusuf Wanandi, Harry Tjan Silalahi, mewakili
ABRI: Ali Moertopo, dan Hoemardani (baca kesaksian George Junus
Aditjondro, murid Pater Beek).<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
</div>
<br />
Pater Beek yang awalnya ditempatkan di Indonesia untuk melawan komunis
namun setelah komunis kalah dia membuat analisa bahwa lawan Amerika
berikutnya di Indonesia hanya dua, "Hijau ABRI" dan "Hijau Islam"<br />
<br />
Tidak percaya gerakan anti Prabowo di kubu Golkar-PDIP-Hanura-NasDem ada
hubungan dengan kelompok anti Islam santri yang dihancurkan Prabowo?<br />
<br />
Silakan perhatikan satu per satu nama-nama yang mendukung Jokowi-JK, ada
Ryamizard Ryacudu (menantu mantan wapres Try Sutrisno-agen Benny untuk
persiapan bila Presiden Soeharto mangkat).<br />
<br />
Ada Agum Gumelar-Hendropriyono (dua malaikat pelindung/bodyguard
Megawati yang disuruh Benny Moerdani); ada Andi Widjajanto (anak Theo
Syafeii) ada Fahmi Idris (rumahnya adalah lokasi ketika ide Peristiwa 27
Juli 1996 dan Kerusuhan Mei 1998 pertama kali dilontarkan Benny
Moerdani); ada Luhut Panjaitan; ada Sutiyoso; ada Wiranto dan masih
banyak lagi yang lain.<br />
<br />
Lho, Wiranto anak buah Benny Moerdani? Benar sekali, bahkan Salim Said
dan Jusuf Wanandi mencatat bahwa Wiranto menghadap Benny Moerdani
beberapa saat setelah dilantik sebagai KSAD pada Juni 1997. Saat itu
Benny memberi pesan sebagai berikut:<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img src="http://www.indonesiamatters.com/images/wiranto-army.jpg" /></div>
<br />
<br />
"Jadi, kau harus tetap di situ sebab kau satu-satunya orang kita di
situ. Jangan berbuat salah dan jangan dekat dengan saya sebab kau akan
dihabisi Soeharto jika dia tahu."<br />
(Salim Said, halaman 320)<br />
<br />
Tentu saja Wiranto membantah dia memiliki hubungan dekat dengan Benny
Moerdani namun kita memiliki cara membuktikan kebohongannya.<br />
<br />
<br />
Pertama, dalam Memoirnya, Jusuf Wanandi menceritakan bahwa pasca
jatuhnya Soeharto, Wiranto menerima dari Benny Moerdani daftar nama
beberapa perwira yang dinilai sebagai "ABRI Hijau", dan dalam sebulan
semua orang dalam daftar nama tersebut sudah disingkirkan Wiranto.<br />
<br />
Ketika dikonfrontir mengenai hal ini Wiranto mengatakan cerita "daftar nama" adalah bohong.<br />
<br />
<br />
Namun bila kita melihat catatan penting masa setelah Soeharto jatuh maka
kita bisa melihat bahwa memang terjadi banyak perwira "hijau" di masa
Wiranto yang waktu itu dimutasi dan hal ini sempat menuai protes.<br />
<br />
Fakta bahwa Wiranto adalah satu-satunya orang Benny Moerdani yang masih
tersisa di sekitar Soeharto menjawab sekali untuk selamanya mengapa
Wiranto menjatuhkan semua kesalahan terkait Operasi Setan Gundul kepada
Prabowo; mengatakan kepada BJ Habibie bahwa Prabowo mau melakukan kudeta
sehingga Prabowo dicopot; dan menceritakan kepada mertua Prabowo,
Soeharto bahwa Prabowo dan BJ Habibie bekerja sama menjatuhkan Soeharto,
sehingga Prabowo diusir dan dipaksa bercerai dengan Titiek Soeharto.
Hal ini sebab Wiranto adalah eksekutor dari rencana Benny Moerdani
menjatuhkan karir dan menistakan Prabowo.<br />
<br />
Membicarakan "kebejatan" Prabowo tentu tidak lengkap tanpa mengungkit
Kerusuhan Mei 1998 yang ditudingkan pada dirinya padahal saat itu
jelas-jelas Wiranto sebagai Panglima ABRI pergi ke Malang membawa semua
kepala staf angkatan darat, laut dan udara serta menolak permintaan
Prabowo untuk mengerahkan pasukan demi mengusir perusuh.<br />
<br />
Berdasarkan temuan fakta di atas bahwa Benny Moerdani mau menjatuhkan
Soeharto melalui kerusuhan rasial dan Wiranto adalah satu-satunya orang
Benny di lingkar dalam Soeharto maka sangat patut diduga Wiranto memang
sengaja melarang pasukan keluar dari barak menghalangi kerusuhan sampai
marinir berinisiatif keluar kandang.<br />
<br />
sumber:<br />
http://m.voa-islam.com/news/opini/2014/05/25/30575/innalillahjenderal-jenderal-dalang-kerusuhan-mei-1998-mendukung-jokowi/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-31634738707336643362014-05-31T10:15:00.001-07:002014-05-31T10:15:27.909-07:00Sekelumit tentang Letnan Jendral (Purn) Prabowo Subianto<div class="_wk _5rny attachmentUnit">
<div>
<div class="userContentWrapper">
<div>
<span><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a007e42acb2849094698">
<div class="_wk _5rny attachmentUnit">
<div>
<div class="userContentWrapper">
<div>
<span><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00ce55c328494855900">
Pada
Agustus 1983, Benny Murdani, yang telah menjadi Panglima ABRI enam
bulan sebelumnya, dalam sebuah pengarahan umum di Dili ia menyatakan,
bahwa Fretilin telah melanggar perjanjian antara Kolonel Purwanto yang
mengomandani pasukan Indone<span class="text_exposed_show">sia di Timor
Timur, dengan Xanana Gusmao, pimpinan pemberontak Timor Timur. Fretilin
telah dengan sengaja menghianati perjanjian gencatan senjata selama 8
bulan dengan menyerang pasukan Indonesia.<br /> <br /> Beberapa Peleton
telah hilang. Mereka telah dihadang selama melakukan pembangunan jalan
dan telah diserang oleh gerombolan pemberontak. Lusinan prajurit
Indonesia telah ditawan dan dibakar hidup-hidup. Pangab waktu itu
kelihatan sangat marah. Dia memberikan sebuah perintah eksplisit bahwa
setiap orang Timor Timur, laki-laki, perempuan ataupun anak-anak, yang
ditemukan berada jarak lebih dari 5 km dari desa nya dianggap musuh.<br /> <br />
Beberapa saat kemudian, pada saat melakukan operasi, Prabowo bertemu
dengan beberapa orang yang kelihatan sudah tua dan beberapa anak kecil
pada jarak lebih dari 5 km dari Desa Caracas. <br /> <br /> “ Kalian berada
dalam bahaya, kalian dilarang untuk berpergian sejauh ini dari desa
kalian. Silahkan pergi dan melapor ke Kodim “ kata Prabowo.<br /> <br /> Ia
kemudian memberi mereka bendera Merah Putih dan sepucuk surat pribadi
kepada Komandan Kodim yang berada di Vieuqeque. Prabowo kemudian
mengetahui beberapa hari setelah pertemuan itu, kelompok warga desa tadi
tak diketahui lagi keberadaan nya.<br /> <br /> Komandan Kodim, Mayor dari
Secapa (Sekolah Calon Perwira), telah melawan kebijakan dan diancam
untuk mengundurkan diri. Tetapi ia berada dalam paksaan untuk melakukan
hukuman terhadap warga itu. <br /> <br /> Prabowo dan mayor itu telah
berusaha sekuat tenaga untuk melawan perintah itu dan banyak warga Timor
yang terselamatkan tanpa sepengetahuan Komandan Tinggi Militer.<br /> <br />
Menurut informasi yang didapatkan dari berbagai sumber, Prabowo tidak
pernah memerintahkan seorang tawanan untuk disiksa atau sejenisnya.
Tindakan ini akan sangat tidak menghargai sumpah prajurit dan jiwa
patriot. Cukup jauh dari ini, sebuah informasi yang didapatkan dengan
maksud penyiksaan sebagaimana dimaksud dalam pendapat Prabowo, sangat
tidak realistis dan tidak berguna. Terlebih lagi menciptakan tindakan
yang menimbulkan kebencian yang mendalam dari masyarakat Timor. Prabowo
tetap mengharapkan untuk mendapatkan dukungan dari mereka untuk
Indonesia.<br /> <br /> Tak ada satupun bukti kekejaman yang dilakukan oleh
Prabowo di Timtim. Ia menentang setiap penganiayaan terhadap tawanan.
Kesatuan nya selalu diingatkan dengan Konvensi Jenewa.<br /> <br /> “ Saya
menentang penyiksaan. Filosofi kita, tentara rakyat. Kita harus menjaga
supaya rakyat berada dipihak kami. Bagaimana ini terwujud kalau mereka
dianiaya’’ ucap Prabowo.<br /> <br /> Ia juga menginginkan Timtim diselesaikan secepatnya. Ia menolak pengekalan perang di Timor Timur.</span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00ce55c328494855900">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00ce55c328494855900">
<span class="text_exposed_show"> </span><div class="_wk _5rny attachmentUnit">
<div>
<div class="userContentWrapper">
<div>
<span><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00ce5606b6e73415505">
Sebagai seorang perwira muda, <a data-hovercard="/ajax/hovercard/page.php?id=23383061178" href="https://www.facebook.com/PrabowoSubianto">Prabowo Subianto</a>
memandang Timtim dengan relatif jernih. Ia memperkirakan secara cermat
integrasi Timtim. Misalnya, proses integrasi akan semakin kesulitan,
setelah tokoh Fretilin, Jose Ramos Horta mendapatkan <span class="text_exposed_show">hadiah
nobel. Karena itu, pada tahun 1990-an, ia mengusulkan agar Timtim
diberikan status otonomi khusus. Ia memberikan solusi, untuk
menyelesaikan Timtim secara damai. Tapi siapa yang mau mendengar suara
perwira muda.<br /> <br /> Perlahan-lahan setelah 4 kali perjalanan
operasional dan beberapa misi singkat, Prabowo menjadi satu dari
spesialis yang terbaik mengenai masalah Timor Timur. Baginya, kekalahan
Indonesia bukanlah karena keterlambatan kedatangan pasukan Indonesia.
Secara individual pasukan Indonesia cukup kuat, tetapi kebanyakan mereka
sangat tergantung pada kemampuan pemimpin nya.<br /> <br /> Prabowo
merasakan dari awal, bahwa yang vital untuk diperhatikan dalam operasi
Timor-Timur adalah perlunya menghormati hak-hak sipil dan kehormatan
penduduk lokal - tingkah laku mereka, adat istiadat, dan lebih penting
lagi agama yang mereka anut. <br /> <br /> Pendapat Prabowo ini
mengakibatkan teguran dari atasan nya. Dalam beberapa kesempatan, dia
secara terbuka menentang operasi yang membahayakan hidup penduduk lokal,
sejak kepercayaan nya mulai menguat bahwa perang ini tidak akan bisa
dimenangkan, selama masyarakat diasingkan atau diacuhkan.<br /> <br /> Dia teringat bahwa Napoleon telah kalah dalam Perang Spanyol, karena rakyat Spanyol berbalik melawan nya.<br /> <br />
Sikap kritis terhadap para senior nya, membuat Prabowo sering diterpa
isu. Dia menjadi tidak populer di kalangan perwira senior.</span></div>
</span><span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span> </div>
</div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix belowUnitContent">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"10201157246413029"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201157246413029&set=a.1117305192596.16235.1825996501&type=1&relevant_count=1" rel="theater"><div class="letterboxedImage photoWrap" style="height: 296px; width: 504px;">
<div class="uiScaledImageContainer scaledImage" style="height: 296px; width: 503px;">
<img alt="Foto: Sebagai seorang perwira muda, Prabowo Subianto memandang Timtim dengan relatif jernih. Ia memperkirakan secara cermat integrasi Timtim. Misalnya, proses integrasi akan semakin kesulitan, setelah tokoh Fretilin, Jose Ramos Horta mendapatkan hadiah nobel. Karena itu, pada tahun 1990-an, ia mengusulkan agar Timtim diberikan status otonomi khusus. Ia memberikan solusi, untuk menyelesaikan Timtim secara damai. Tapi siapa yang mau mendengar suara perwira muda.
Perlahan-lahan setelah 4 kali perjalanan operasional dan beberapa misi singkat, Prabowo menjadi satu dari spesialis yang terbaik mengenai masalah Timor Timur. Baginya, kekalahan Indonesia bukanlah karena keterlambatan kedatangan pasukan Indonesia. Secara individual pasukan Indonesia cukup kuat, tetapi kebanyakan mereka sangat tergantung pada kemampuan pemimpin nya.
Prabowo merasakan dari awal, bahwa yang vital untuk diperhatikan dalam operasi Timor-Timur adalah perlunya menghormati hak-hak sipil dan kehormatan penduduk lokal - tingkah laku mereka, adat istiadat, dan lebih penting lagi agama yang mereka anut.
Pendapat Prabowo ini mengakibatkan teguran dari atasan nya. Dalam beberapa kesempatan, dia secara terbuka menentang operasi yang membahayakan hidup penduduk lokal, sejak kepercayaan nya mulai menguat bahwa perang ini tidak akan bisa dimenangkan, selama masyarakat diasingkan atau diacuhkan.
Dia teringat bahwa Napoleon telah kalah dalam Perang Spanyol, karena rakyat Spanyol berbalik melawan nya.
Sikap kritis terhadap para senior nya, membuat Prabowo sering diterpa isu. Dia menjadi tidak populer di kalangan perwira senior." class="scaledImageFitWidth img" height="296" src="https://scontent-b-sin.xx.fbcdn.net/hphotos-xap1/t1.0-9/s526x296/10303765_10201157246413029_218011800956719589_n.jpg" width="503" /></div>
</div>
</a></div>
</div>
</span><span class="userContentSecondary fcg"></span> </div>
</div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix belowUnitContent">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"10201154282098923"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201154282098923&set=a.1117305192596.16235.1825996501&type=1&relevant_count=1" rel="theater"><div class="letterboxedImage photoWrap" style="height: 367px; width: 504px;">
<div class="uiScaledImageContainer scaledImage" style="height: 367px; width: 502px;">
<img alt="Foto: Pada Agustus 1983, Benny Murdani, yang telah menjadi Panglima ABRI enam bulan sebelumnya, dalam sebuah pengarahan umum di Dili ia menyatakan, bahwa Fretilin telah melanggar perjanjian antara Kolonel Purwanto yang mengomandani pasukan Indonesia di Timor Timur, dengan Xanana Gusmao, pimpinan pemberontak Timor Timur. Fretilin telah dengan sengaja menghianati perjanjian gencatan senjata selama 8 bulan dengan menyerang pasukan Indonesia.
Beberapa Peleton telah hilang. Mereka telah dihadang selama melakukan pembangunan jalan dan telah diserang oleh gerombolan pemberontak. Lusinan prajurit Indonesia telah ditawan dan dibakar hidup-hidup. Pangab waktu itu kelihatan sangat marah. Dia memberikan sebuah perintah eksplisit bahwa setiap orang Timor Timur, laki-laki, perempuan ataupun anak-anak, yang ditemukan berada jarak lebih dari 5 km dari desa nya dianggap musuh.
Beberapa saat kemudian, pada saat melakukan operasi, Prabowo bertemu dengan beberapa orang yang kelihatan sudah tua dan beberapa anak kecil pada jarak lebih dari 5 km dari Desa Caracas.
“ Kalian berada dalam bahaya, kalian dilarang untuk berpergian sejauh ini dari desa kalian. Silahkan pergi dan melapor ke Kodim “ kata Prabowo.
Ia kemudian memberi mereka bendera Merah Putih dan sepucuk surat pribadi kepada Komandan Kodim yang berada di Vieuqeque. Prabowo kemudian mengetahui beberapa hari setelah pertemuan itu, kelompok warga desa tadi tak diketahui lagi keberadaan nya.
Komandan Kodim, Mayor dari Secapa (Sekolah Calon Perwira), telah melawan kebijakan dan diancam untuk mengundurkan diri. Tetapi ia berada dalam paksaan untuk melakukan hukuman terhadap warga itu.
Prabowo dan mayor itu telah berusaha sekuat tenaga untuk melawan perintah itu dan banyak warga Timor yang terselamatkan tanpa sepengetahuan Komandan Tinggi Militer.
Menurut informasi yang didapatkan dari berbagai sumber, Prabowo tidak pernah memerintahkan seorang tawanan untuk disiksa atau sejenisnya. Tindakan ini akan sangat tidak menghargai sumpah prajurit dan jiwa patriot. Cukup jauh dari ini, sebuah informasi yang didapatkan dengan maksud penyiksaan sebagaimana dimaksud dalam pendapat Prabowo, sangat tidak realistis dan tidak berguna. Terlebih lagi menciptakan tindakan yang menimbulkan kebencian yang mendalam dari masyarakat Timor. Prabowo tetap mengharapkan untuk mendapatkan dukungan dari mereka untuk Indonesia.
Tak ada satupun bukti kekejaman yang dilakukan oleh Prabowo di Timtim. Ia menentang setiap penganiayaan terhadap tawanan. Kesatuan nya selalu diingatkan dengan Konvensi Jenewa.
“ Saya menentang penyiksaan. Filosofi kita, tentara rakyat. Kita harus menjaga supaya rakyat berada dipihak kami. Bagaimana ini terwujud kalau mereka dianiaya’’ ucap Prabowo.
Ia juga menginginkan Timtim diselesaikan secepatnya. Ia menolak pengekalan perang di Timor Timur" class="img" height="367" src="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpf1/t1.0-9/p526x296/10259804_10201154282098923_2958814320083107567_n.jpg" style="left: 0px;" width="503" /></div>
</div>
</a></div>
<div class="_wk _5rny attachmentUnit">
<div>
<div class="userContentWrapper">
<div>
<span><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00ce553718d01326923">
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00ce553718d01326923">
Berdasarkan fakta, dalam bertugas di Timor-timur, pasukan <a data-hovercard="/ajax/hovercard/page.php?id=23383061178" href="https://www.facebook.com/PrabowoSubianto" id="js_191">Prabowo Subianto</a>
selalu menghargai status tahanan perang dan tidak pernah berlindung
dengan menyiksa sesama. Pasukan Prabowo pun banyak dibantu penduduk
lokal, Adanya dukungan pendud<span class="text_exposed_show">uk lokal
ini, membuat pasukan dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyak nya.
Pendekatan Kopassus adalah merekrut dan melatih milisi lokal dan
memperlakukan penduduk lokal dengan manusiawi, inilah yang ditakuti oleh
Fretilin.<br /> <br /> Ini tidak bisa di lepaskan dari sikap Prabowo yang sering menggunakan pendekatan manusiawi dengan musuhnya.<br /> <br />
Dikisahkan oleh Sugeng Rahardjo, ketika ia dengan pasukan nya, Batalyon
328, berhasil mendapatkan tawanan Fretilin. Ia mendapat perintah agar
tawanan harus selamat sampai ke markas Prabowo di Babiliu komplek,
padahal tawanan itu sudah tertembak kaki nya. Tapi perintah Prabowo
sudah jelas: <br /> <br /> " Selamatkan tawanan."<br /> <br /> Perintah ini
membuat pasukan Sugeng sengsara harus memikul tawanan dengan kayu yang
diikatkan pada kain sarung selama 4 hari 4 malam. Mungkin karena terlalu
berat dan capek, ada anggota pasukan Sugeng nyeletuk: <br /> <br /> " Bunuh saja pak ".<br /> <br /> Tetapi dari radio, Prabowo terus memonitor nasib tawanan nya, sehingga anak buahnya tidak bisa berbuat nakal.</span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00ce553718d01326923">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00ce553718d01326923">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
</span><span class="userContentSecondary fcg"></span> </div>
</div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix belowUnitContent">
<a href="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpf1/t1.0-9/p526x296/10250140_10201152985786516_4215888541310279880_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Foto: Berdasarkan fakta, dalam bertugas di Timor-timur, pasukan Prabowo Subianto selalu menghargai status tahanan perang dan tidak pernah berlindung dengan menyiksa sesama. Pasukan Prabowo pun banyak dibantu penduduk lokal, Adanya dukungan penduduk lokal ini, membuat pasukan dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyak nya. Pendekatan Kopassus adalah merekrut dan melatih milisi lokal dan memperlakukan penduduk lokal dengan manusiawi, inilah yang ditakuti oleh Fretilin.
Ini tidak bisa di lepaskan dari sikap Prabowo yang sering menggunakan pendekatan manusiawi dengan musuhnya.
Dikisahkan oleh Sugeng Rahardjo, ketika ia dengan pasukan nya, Batalyon 328, berhasil mendapatkan tawanan Fretilin. Ia mendapat perintah agar tawanan harus selamat sampai ke markas Prabowo di Babiliu komplek, padahal tawanan itu sudah tertembak kaki nya. Tapi perintah Prabowo sudah jelas:
" Selamatkan tawanan."
Perintah ini membuat pasukan Sugeng sengsara harus memikul tawanan dengan kayu yang diikatkan pada kain sarung selama 4 hari 4 malam. Mungkin karena terlalu berat dan capek, ada anggota pasukan Sugeng nyeletuk:
" Bunuh saja pak ".
Tetapi dari radio, Prabowo terus memonitor nasib tawanan nya, sehingga anak buahnya tidak bisa berbuat nakal." border="0" class="scaledImageFitWidth img" height="279" src="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpf1/t1.0-9/p526x296/10250140_10201152985786516_4215888541310279880_n.jpg" style="top: 0px;" width="400" /></a><a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"10201152985786516"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201152985786516&set=a.1117305192596.16235.1825996501&type=1&relevant_count=1" rel="theater"><div class="letterboxedImage photoWrap verticallyCentered" style="height: 352px; width: 504px;">
<br /></div>
</a></div>
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a007e42acb2849094698">
<div class="_wk _5rny attachmentUnit">
<div>
<div class="userContentWrapper">
<div>
<span><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00ce557ef9091705099">
Dalam suatu kesempatan, ketika <a data-hovercard="/ajax/hovercard/page.php?id=23383061178" href="https://www.facebook.com/PrabowoSubianto">Prabowo Subianto</a>
menjadi komandan di Timor-timur, ia telah menangkap beberapa tawanan
Fretilin. Namun, mereka tidak merasa sakit hati, bahkan menunjukkan
penyesalan telah memberikan dukungan atas hal yang sala<span class="text_exposed_show">h.
Prabowo berusaha untuk untuk mempengaruhi mereka untuk bergabung
menjadi prajurit Indonesia. Banyak yang menerima dan membantu pasukan
untuk mengangkat air, kayu bakar, mempersiapkan makanan atau membantu
dengan cara lain.<br /> <br /> Tidak ada yang ditahan tetapi dibiarkan pergi
meninggalkan perkemahan. Setelah beberapa minggu, orang-orang yang
ditangkap menjadi lebih bersahabat. Salah satu tahanan Fretilin telah
menjadi pimpinan lokal.<br /> <br /> Suatu hari, pimpinan Prabowo datang ke
pos komando. Dia memerintahkan bahwa tahanan ini harus di eksekusi.
Prabowo bagaimanapun berusaha menyembunyikan keterkejutan nya dan segera
menjawab: " Siap Pak ".<br /> <br /> Setelah pimpinan nya meninggalkan
tempat, ia berkonsultasi dengan komandan peleton pertamanya, Tono
Suratman, " apa yang harus dilakukan dengan amasalah ini?"<br /> <br />
Mereka akhirnya memutuskan menyembunyikan tawanan ini dan mengatur cara
menjaga penolakan nya terhadap perintah, untuk beberapa minggu.<br /> <br />
Ketika saatnya tiba bagi pasukan kembali ke Jakarta, Prabowo merasa
yakin bahwa pimpinan nya telah melupakan perintah yang diberikan sebelum
nya. Ia membebaskan tawanan itu, yang memutuskan untuk kembali ke desa
nya. Sang tawanan yang telah dibebaskan memerlukan waktu 7 hari untuk
berjalan kembali ke desanya dan di perjalanan ia terlihat oleh warga
desa lain nya.<br /> <br /> Mereka melaporkan kejadian ini kepada Komandan Militer setempat. Orang tersebut kembali ditangkap dan di eksekusi.<br /> <br />
Ketika Prabowo mengetahui hal ini, ia muak dan geram. Dia kemudian
dituduh melawan perintah. Ini adalah pertama kali nya ia melakukan
konfrontasi terbuka terhadap pimpinan nya, tapi itu bukan yang terakhir.<br /> <br /> Kemudian, sebagai seorang Kapten, ia semakin sering berselisih paham dan semakin serius dengan hirarki militer. <br /> <br />
Dia mendapat perintah membunuh semua tawanan. Bagi Prabowo, ini sangat
tidak bisa diterima dan ia melakukan oposisi secara terang-terangan.<br /> <br /> Protesnya telah terbukti menyelamatkan banyak nyawa tawanan.</span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00ce557ef9091705099">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00ce557ef9091705099">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
</span><span class="userContentSecondary fcg"></span> </div>
</div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix belowUnitContent">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"10201153763685963"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201153763685963&set=a.1117305192596.16235.1825996501&type=1&relevant_count=1" rel="theater"><div class="letterboxedImage photoWrap" style="height: 504px; width: 504px;">
<div class="uiScaledImageContainer scaledImage" style="height: 504px; width: 348px;">
<img alt="Foto: Dalam suatu kesempatan, ketika Prabowo Subianto menjadi komandan di Timor-timur, ia telah menangkap beberapa tawanan Fretilin. Namun, mereka tidak merasa sakit hati, bahkan menunjukkan penyesalan telah memberikan dukungan atas hal yang salah. Prabowo berusaha untuk untuk mempengaruhi mereka untuk bergabung menjadi prajurit Indonesia. Banyak yang menerima dan membantu pasukan untuk mengangkat air, kayu bakar, mempersiapkan makanan atau membantu dengan cara lain.
Tidak ada yang ditahan tetapi dibiarkan pergi meninggalkan perkemahan. Setelah beberapa minggu, orang-orang yang ditangkap menjadi lebih bersahabat. Salah satu tahanan Fretilin telah menjadi pimpinan lokal.
Suatu hari, pimpinan Prabowo datang ke pos komando. Dia memerintahkan bahwa tahanan ini harus di eksekusi. Prabowo bagaimanapun berusaha menyembunyikan keterkejutan nya dan segera menjawab: " Siap Pak ".
Setelah pimpinan nya meninggalkan tempat, ia berkonsultasi dengan komandan peleton pertamanya, Tono Suratman, " apa yang harus dilakukan dengan amasalah ini?"
Mereka akhirnya memutuskan menyembunyikan tawanan ini dan mengatur cara menjaga penolakan nya terhadap perintah, untuk beberapa minggu.
Ketika saatnya tiba bagi pasukan kembali ke Jakarta, Prabowo merasa yakin bahwa pimpinan nya telah melupakan perintah yang diberikan sebelum nya. Ia membebaskan tawanan itu, yang memutuskan untuk kembali ke desa nya. Sang tawanan yang telah dibebaskan memerlukan waktu 7 hari untuk berjalan kembali ke desanya dan di perjalanan ia terlihat oleh warga desa lain nya.
Mereka melaporkan kejadian ini kepada Komandan Militer setempat. Orang tersebut kembali ditangkap dan di eksekusi.
Ketika Prabowo mengetahui hal ini, ia muak dan geram. Dia kemudian dituduh melawan perintah. Ini adalah pertama kali nya ia melakukan konfrontasi terbuka terhadap pimpinan nya, tapi itu bukan yang terakhir.
Kemudian, sebagai seorang Kapten, ia semakin sering berselisih paham dan semakin serius dengan hirarki militer.
Dia mendapat perintah membunuh semua tawanan. Bagi Prabowo, ini sangat tidak bisa diterima dan ia melakukan oposisi secara terang-terangan.
Protesnya telah terbukti menyelamatkan banyak nyawa tawanan." class="img" height="504" src="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xaf1/t1.0-9/p180x540/10171027_10201153763685963_5613136091340424955_n.jpg" style="left: 0px;" width="349" /></div>
</div>
</a></div>
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a007e42acb2849094698">
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a007e42acb2849094698">
<div class="_wk _5rny attachmentUnit">
<div>
<div class="userContentWrapper">
<div>
<span><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a042e926928524248060">
Pada tanggal 18 Mei 1998, <a data-hovercard="/ajax/hovercard/page.php?id=23383061178" href="https://www.facebook.com/PrabowoSubianto">Prabowo Subianto</a>
bertemu dengan tokoh oposisi, Amien Rais. Amien figur yang paling
getol, meminta Soeharto segera turun. Meski bersebrangan, mereka setiap
bulan sekali mengadakan pertemuan. Amien Rais ditemani oleh<span class="text_exposed_show"> Adi Sasono. <br /> <br />
Mereka memberikan saran kepada Prabowo, sebaiknya Soeharto segera
mengundurkan diri. Prabowo menjawab, apapun yang terjadi sebaiknya
berlangsung secara konstitusional. Kalaupun terjadi transfer kekuasaan,
sebaiknya dilakukan dengan damai.<br /> <br /> Amien menyampaikan, bahwa ia
akan mengadakan demonstrasi di Monas. Dalam pertemuan itu Prabowo
mencoba membujuk Amien agar membatalkan demonstrasi. Pertemuan itu tidak
membawa hasil yang memuaskan, justru malah Prabowo diminta oleh Amien
Rais agar meyakinkan Soeharto mundur dari jabatan nya. Sesuatu yang tak
mungkin ia lakukan. Amien Rais juga memberitahukan, bahwa ia akan tetap
melakukan aksi besar-besaran pada tanggal 20 Mei di lapangan Monas.<br /> <br />
Prabowo kembali ke rumahnya. dan secara kebetulan ia bertemu dengan
Wiranto. Wiranto menyampaikan bahwa anak-anak Soeharto ingin melawan.
Mereka tidak terima orang tua nya terus dipaksa mundur. <br /> <br /> Kalau
itu benar, berapa ribu korban akan mati. '' Apa bisa, " ujar Prabowo.
Situasi bertambah panas, kemudian Prabowo datang ke Tutut, meminta
nasihat apa yang harus dilakukan.<br /> <br /> Mbak Tutut, memberikan saran
agar Prabowo mengganti posisi Wiranto dan membuat dekrit darurat. Karena
Tutut berfikir Wiranto kurang sekali melakukan aksi atau tindakan.
Sebenarnya Pangab dapat menguasai keadaan, tapi tidak dilakukan,
Soeharto tidak mau melakukan kedua hal itu. Lalu ia kembali lagi ke
Tutut yang bertanya kepada Prabowo:<br /> <br /> " Kalau seandainya bapak turun, apa yang akan terjadi" ujarnya.<br /> <br /> Prabowo menjawab berdasarkan konstitusi maka, " Habibie yang akan naik " jelas Prabowo.<br /> <br />
Aksi mahasiswa satu hari sebelum nya terus berlangsung di depan Gedung
DPR/MPR. Aparat keamanan tidak melakukan tindakan apapun. Malah, KSAD,
Jenderal Soebagyo HS memanggil Pangdam Jaya, Syafrie Sjamsoeddin dan
Pangkostrad, Prabowo Subianto. Kedua nya diperintahkan agar berhati-hati
menangani aksi mahasiswa. Jangan sampai terjadi kesalahan prosedur. <br /> Jenderal Soebagyo HS berjanji akan memberikan tindakan tegas bagi para prajurit yang salah di lapangan.<br /> <br />
Rencana Amien Rais mengadakan aksi sejuta umat di Monas terus berjalan.
Mabes ABRI serius menanggapi aksi ini. Malam hari nya, Pangab Wiranto
mengumpulkan seluruh perwira senior. Wiranto mengatakan bahwa
demonstrasi bagaimanapun juga harus dicegah. Bagaimana cara mencegah
nya, Wiranto tidak memberikan perintah secara jelas, pokok nya dicegah.<br /> <br />
Prabowo berpartisipasi secara penuh menggagalkan aksi demo ini. Seluruh
pasukan Kostrad di BKO -kan ke Pangdam sebagai Komandan Operasional.
Jalan yang menuju ke arah Monas ditutup rapat. Bahkan jalan protokol,
Sudirman-Thamrin ditutup, mulai dari depan Bundaran HI untuk mencegah
masukknya massa ke arah Monas.<br /> <br /> Amien Rais sendiri dibujuk
supaya menggagalkan aksi demo ini. Melihat ketatnya penjagaan dan
suasana yang sangat mencekam, maka Amien Rais memutuskan membatalkan
aksi demonstrasi. Akhirnya semua pihak lega, demo yang dikhawatirkan tak
terjadi.<br /> <br /> Malam hari nya, Prabowo berkunjung ke Habibie. Ia
memberitahu Habibie kemungkinan Soeharto akan turun. Percakapan diantara
kedua nya berjalan singkat.<br /> <br /> " Jika ada kemungkinan orangtua akan turun, apakah anda siap untuk ambil alih? " tanya Prabowo.<br /> <br /> " Ya, saya siap." jawab Habibie yang terlihat sangat santai.<br /> <br /> Lalu Prabowo berkata lagi, " Ya....anda harus siap." tegas Prabowo.</span></div>
</span><span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span> </div>
</div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix belowUnitContent">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"10201158413322201"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201158413322201&set=a.1117305192596.16235.1825996501&type=1&relevant_count=1" rel="theater"><div class="letterboxedImage photoWrap" style="height: 504px; width: 504px;">
<div class="uiScaledImageContainer scaledImage" style="height: 504px; width: 331px;">
<img alt="Foto: Pada tanggal 18 Mei 1998, Prabowo Subianto bertemu dengan tokoh oposisi, Amien Rais. Amien figur yang paling getol, meminta Soeharto segera turun. Meski bersebrangan, mereka setiap bulan sekali mengadakan pertemuan. Amien Rais ditemani oleh Adi Sasono.
Mereka memberikan saran kepada Prabowo, sebaiknya Soeharto segera mengundurkan diri. Prabowo menjawab, apapun yang terjadi sebaiknya berlangsung secara konstitusional. Kalaupun terjadi transfer kekuasaan, sebaiknya dilakukan dengan damai.
Amien menyampaikan, bahwa ia akan mengadakan demonstrasi di Monas. Dalam pertemuan itu Prabowo mencoba membujuk Amien agar membatalkan demonstrasi. Pertemuan itu tidak membawa hasil yang memuaskan, justru malah Prabowo diminta oleh Amien Rais agar meyakinkan Soeharto mundur dari jabatan nya. Sesuatu yang tak mungkin ia lakukan. Amien Rais juga memberitahukan, bahwa ia akan tetap melakukan aksi besar-besaran pada tanggal 20 Mei di lapangan Monas.
Prabowo kembali ke rumahnya. dan secara kebetulan ia bertemu dengan Wiranto. Wiranto menyampaikan bahwa anak-anak Soeharto ingin melawan. Mereka tidak terima orang tua nya terus dipaksa mundur.
Kalau itu benar, berapa ribu korban akan mati. '' Apa bisa, " ujar Prabowo. Situasi bertambah panas, kemudian Prabowo datang ke Tutut, meminta nasihat apa yang harus dilakukan.
Mbak Tutut, memberikan saran agar Prabowo mengganti posisi Wiranto dan membuat dekrit darurat. Karena Tutut berfikir Wiranto kurang sekali melakukan aksi atau tindakan. Sebenarnya Pangab dapat menguasai keadaan, tapi tidak dilakukan, Soeharto tidak mau melakukan kedua hal itu. Lalu ia kembali lagi ke Tutut yang bertanya kepada Prabowo:
" Kalau seandainya bapak turun, apa yang akan terjadi" ujarnya.
Prabowo menjawab berdasarkan konstitusi maka, " Habibie yang akan naik " jelas Prabowo.
Aksi mahasiswa satu hari sebelum nya terus berlangsung di depan Gedung DPR/MPR. Aparat keamanan tidak melakukan tindakan apapun. Malah, KSAD, Jenderal Soebagyo HS memanggil Pangdam Jaya, Syafrie Sjamsoeddin dan Pangkostrad, Prabowo Subianto. Kedua nya diperintahkan agar berhati-hati menangani aksi mahasiswa. Jangan sampai terjadi kesalahan prosedur.
Jenderal Soebagyo HS berjanji akan memberikan tindakan tegas bagi para prajurit yang salah di lapangan.
Rencana Amien Rais mengadakan aksi sejuta umat di Monas terus berjalan. Mabes ABRI serius menanggapi aksi ini. Malam hari nya, Pangab Wiranto mengumpulkan seluruh perwira senior. Wiranto mengatakan bahwa demonstrasi bagaimanapun juga harus dicegah. Bagaimana cara mencegah nya, Wiranto tidak memberikan perintah secara jelas, pokok nya dicegah.
Prabowo berpartisipasi secara penuh menggagalkan aksi demo ini. Seluruh pasukan Kostrad di BKO -kan ke Pangdam sebagai Komandan Operasional. Jalan yang menuju ke arah Monas ditutup rapat. Bahkan jalan protokol, Sudirman-Thamrin ditutup, mulai dari depan Bundaran HI untuk mencegah masukknya massa ke arah Monas.
Amien Rais sendiri dibujuk supaya menggagalkan aksi demo ini. Melihat ketatnya penjagaan dan suasana yang sangat mencekam, maka Amien Rais memutuskan membatalkan aksi demonstrasi. Akhirnya semua pihak lega, demo yang dikhawatirkan tak terjadi.
Malam hari nya, Prabowo berkunjung ke Habibie. Ia memberitahu Habibie kemungkinan Soeharto akan turun. Percakapan diantara kedua nya berjalan singkat.
" Jika ada kemungkinan orangtua akan turun, apakah anda siap untuk ambil alih? " tanya Prabowo.
" Ya, saya siap." jawab Habibie yang terlihat sangat santai.
Lalu Prabowo berkata lagi, " Ya....anda harus siap." tegas Prabowo." class="img" height="504" src="https://fbcdn-sphotos-b-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xap1/t1.0-9/p180x540/10253791_10201158413322201_7194654228332061892_n.jpg" style="left: 0px;" width="332" /></div>
</div>
</a></div>
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a007e42acb2849094698">
<div class="_wk _5rny attachmentUnit">
<div>
<div class="userContentWrapper">
<div>
<span><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<div class="_wk _5rny attachmentUnit">
<div>
<div class="userContentWrapper">
<div>
<span><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a042e92a639e79549813">
<a data-hovercard="/ajax/hovercard/page.php?id=23383061178" href="https://www.facebook.com/PrabowoSubianto" id="js_193">Prabowo Subianto</a>
kembali ke Cendana menjelang malam. Begitu sampai dirumah Soeharto,
didalam ternyata masih ada Wiranto yang dikelilingi oleh putra-putri
presiden. Nampak juga Soeharto bersama mereka. Prabowo masuk rumah
dengan penuh percay<span class="text_exposed_show">a diri. Ia pikir akan mendapat pujian karena telah berhasil mencegah demonstrasi.<br /> <br />
Namun apa yang kemudian terjadi, keluarga presiden memandang Prabowo
dengan aneh. Mamiek, putri bungsu presiden berteriak keras, sambil
menudingkan telunjuknya didepan hidung Prabowo:<br /> <br /> " Pengkhianat....! Jangan injakkan kakimu lagi dirumah saya lagi. " teriak Mamik.<br /> <br />
Teriakan Mamik membuat semua yang hadir dalam ruangan itu terdiam,
situasi sangat menegangkan. Prabowo seperti disambar geledek, dengan
cepat ia segera bergegas keluar. Ketika sedang berada di teras, ia
melihat Wiranto meninggalkan ruangan.<br /> <br /> Mbak Tutut berdiri di pintu. Prabowo mendekatinya.<br /> <br /> " Mengapa saya dituduh pengkhianat ? " tanya Prabowo. <br /> <br /> Tutut terdiam dan beberapa menit kemudian berkata: " Tidak, kamu tidak."<br /> <br /> Tutut lalu melanjutkan lagi : " Tuhan akan menunjukkan siapa yang benar dan siapa yang salah. " ujarnya.<br /> <br /> Prabowo tak mengerti apa yang sedang difikirkan oleh Tutut, nampak nya opini keluarga mengatakan kalau dirinya pengkhianat.<br /> <br />
Soeharto lalu masuk ruangan TV dan duduk di depan TV. Sigit, putera
tertua dan Bambang berjalan dibelakangnya. Demikian pula Tutut dan
Titiek duduk didekatnya. Prabowo lalu masuk dan menyalami mertua nya. Ia
bertanya:<br /> <br /> " Apa yang terjadi pak? ". <br /> <br /> Soeharto menjawab:<br /> <br />
" Saya memutuskan mengundurkan diri. Fraksi ABRI dan Golkar di MPR
pendukung terkuat saya, meminta saya mengundurkan diri. Tanpa backing
mereka, saya tidak punya hak konstitusional untuk melanjutkan tugas,
sehingga saya bermaksud mengundurkan diri besok. " jelas Soeharto.<br /> <br /> Prabowo bertanya lagi kepada Soeharto:<br /> <br /> " Apakah hal ini berarti Habibie akan menjadi Presiden ?''<br /> <br /> Soeharto tidak menjawab. Dan kembali Prabowo bertanya:<br /> <br /> " Apa perintah anda, pak ? "<br /> <br /> Pak Harto menjawab: " Kamu harus melanjutkan apapun perintah atasan mu." ujar nya.<br /> <br /> " Baiklah pak. " kata Prabowo. <br /> <br /> Titiek, istri Prabowo menangis tersedu-sedu. Prabowo memberikan salam dan pamit meninggalkan ruangan.<br /> <br />
Prabowo sering mengingat kejadian malam itu dengan getir. Ia dengar
dari salah satu anak presiden, pada malam menjelang Soeharto turun,
Wiranto datang ditengah-tengah keluarga dan mengambil selembar kertas
ketikan dari sakunya. Dan kemudian ia membaca pernyataan dimana ia akan
berjanji untuk mengumumkan ini kepada publik. <br /> <br /> Jadi sebelum
kedatangan ke Cendana, ia sudah menyiapkan sebuah pernyataan. Rupanya
pengunduran diri Soeharto sedang dipersiapkan.</span></div>
</span><span class="userContentSecondary fcg"> </span> </div>
</div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix belowUnitContent">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"10201159283543956"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201159283543956&set=a.1117305192596.16235.1825996501&type=1&relevant_count=1" rel="theater"><div class="letterboxedImage photoWrap" style="height: 504px; width: 504px;">
<div class="uiScaledImageContainer scaledImage" style="height: 504px; width: 333px;">
<img alt="Foto: Prabowo Subianto kembali ke Cendana menjelang malam. Begitu sampai dirumah Soeharto, didalam ternyata masih ada Wiranto yang dikelilingi oleh putra-putri presiden. Nampak juga Soeharto bersama mereka. Prabowo masuk rumah dengan penuh percaya diri. Ia pikir akan mendapat pujian karena telah berhasil mencegah demonstrasi.
Namun apa yang kemudian terjadi, keluarga presiden memandang Prabowo dengan aneh. Mamiek, putri bungsu presiden berteriak keras, sambil menudingkan telunjuknya didepan hidung Prabowo:
" Pengkhianat....! Jangan injakkan kakimu lagi dirumah saya lagi. " teriak Mamik.
Teriakan Mamik membuat semua yang hadir dalam ruangan itu terdiam, situasi sangat menegangkan. Prabowo seperti disambar geledek, dengan cepat ia segera bergegas keluar. Ketika sedang berada di teras, ia melihat Wiranto meninggalkan ruangan.
Mbak Tutut berdiri di pintu. Prabowo mendekatinya.
" Mengapa saya dituduh pengkhianat ? " tanya Prabowo.
Tutut terdiam dan beberapa menit kemudian berkata: " Tidak, kamu tidak."
Tutut lalu melanjutkan lagi : " Tuhan akan menunjukkan siapa yang benar dan siapa yang salah. " ujarnya.
Prabowo tak mengerti apa yang sedang difikirkan oleh Tutut, nampak nya opini keluarga mengatakan kalau dirinya pengkhianat.
Soeharto lalu masuk ruangan TV dan duduk di depan TV. Sigit, putera tertua dan Bambang berjalan dibelakangnya. Demikian pula Tutut dan Titiek duduk didekatnya. Prabowo lalu masuk dan menyalami mertua nya. Ia bertanya:
" Apa yang terjadi pak? ".
Soeharto menjawab:
" Saya memutuskan mengundurkan diri. Fraksi ABRI dan Golkar di MPR pendukung terkuat saya, meminta saya mengundurkan diri. Tanpa backing mereka, saya tidak punya hak konstitusional untuk melanjutkan tugas, sehingga saya bermaksud mengundurkan diri besok. " jelas Soeharto.
Prabowo bertanya lagi kepada Soeharto:
" Apakah hal ini berarti Habibie akan menjadi Presiden ?''
Soeharto tidak menjawab. Dan kembali Prabowo bertanya:
" Apa perintah anda, pak ? "
Pak Harto menjawab: " Kamu harus melanjutkan apapun perintah atasan mu." ujar nya.
" Baiklah pak. " kata Prabowo.
Titiek, istri Prabowo menangis tersedu-sedu. Prabowo memberikan salam dan pamit meninggalkan ruangan.
Prabowo sering mengingat kejadian malam itu dengan getir. Ia dengar dari salah satu anak presiden, pada malam menjelang Soeharto turun, Wiranto datang ditengah-tengah keluarga dan mengambil selembar kertas ketikan dari sakunya. Dan kemudian ia membaca pernyataan dimana ia akan berjanji untuk mengumumkan ini kepada publik.
Jadi sebelum kedatangan ke Cendana, ia sudah menyiapkan sebuah pernyataan. Rupanya pengunduran diri Soeharto sedang dipersiapkan." class="img" height="504" src="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpa1/v/t1.0-9/p180x540/1620415_10201159283543956_5816078281505778572_n.jpg?oh=a65c16f0e5ecbd08dbb573655bee7a0e&oe=53F3A921&__gda__=1409723364_9ff622b994322678d749ed159afebb2f" style="left: 0px;" width="334" /></div>
</div>
</a></div>
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<div class="_wk _5rny attachmentUnit">
<div>
<div class="userContentWrapper">
<div>
<span><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a042e92d946921904924">
Soeharto malam itu mengadakan pertemuan dengan beberapa orang untuk mengundurkan diri. Suasana masih mencekam. <a data-hovercard="/ajax/hovercard/page.php?id=23383061178" href="https://www.facebook.com/PrabowoSubianto">Prabowo Subianto</a> tak habis fikir , kenapa ia diperlakukan seperti itu. Semalaman ia memikirkan peristiwa-peristiwa yang terjadi p<span class="text_exposed_show">ada
siang hari nya. Ia fikir kejadian ini biasa saja, meski ia merasa
terhina. Prabowo tidak mau berpikiran lebih lanjut. Pagi hari nya ia
mendengar persiapan upacara pengunduran diri presiden, yang akan
dilakukan di Istana Negara.<br /> <br /> Maka Prabowo bergegas ke istana, ia
tetap memberikan dukungan moril kepada Presiden Soeharto. Ia ikut
mendampingi presiden kembali ke kediamannya di Jalan Cendana. Namun ia
tidak bisa lama-lama mendampingi Soeharto. Situasinya masih belum enak.
Hubungan ia dengan putra-putri Presiden terlanjur memburuk. <br /> <br />
Istrinya Titiek menyampaikan laporan bahwa ada laporan-laporan yang
menyebutkan ia menjalin hubungan dengan kalangan lain. Seperti bertemu
di rumah Habibie tiap malam. Lalu bertemu dengan berbagai tokoh seperti
Amien Rais, Gus Dur dan Adnan Buyung Nasution.<br /> <br /> Laporan-laporan inilah yang membuat Prabowo dianggap bersekongkol dalam menjatuhkan Presiden Soeharto.</span></div>
</span><span class="userContentSecondary fcg"> </span> </div>
</div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix belowUnitContent">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"10201162953555704"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201162953555704&set=a.1117305192596.16235.1825996501&type=1&relevant_count=1" rel="theater"><div class="letterboxedImage photoWrap" style="height: 504px; width: 504px;">
<div class="uiScaledImageContainer scaledImage" style="height: 504px; width: 294px;">
<img alt="Foto: Soeharto malam itu mengadakan pertemuan dengan beberapa orang untuk mengundurkan diri. Suasana masih mencekam. Prabowo Subianto tak habis fikir , kenapa ia diperlakukan seperti itu. Semalaman ia memikirkan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada siang hari nya. Ia fikir kejadian ini biasa saja, meski ia merasa terhina. Prabowo tidak mau berpikiran lebih lanjut. Pagi hari nya ia mendengar persiapan upacara pengunduran diri presiden, yang akan dilakukan di Istana Negara.
Maka Prabowo bergegas ke istana, ia tetap memberikan dukungan moril kepada Presiden Soeharto. Ia ikut mendampingi presiden kembali ke kediamannya di Jalan Cendana. Namun ia tidak bisa lama-lama mendampingi Soeharto. Situasinya masih belum enak. Hubungan ia dengan putra-putri Presiden terlanjur memburuk.
Istrinya Titiek menyampaikan laporan bahwa ada laporan-laporan yang menyebutkan ia menjalin hubungan dengan kalangan lain. Seperti bertemu di rumah Habibie tiap malam. Lalu bertemu dengan berbagai tokoh seperti Amien Rais, Gus Dur dan Adnan Buyung Nasution.
Laporan-laporan inilah yang membuat Prabowo dianggap bersekongkol dalam menjatuhkan Presiden Soeharto." class="img" height="504" src="https://fbcdn-sphotos-a-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xap1/t1.0-9/p180x540/10320566_10201162953555704_6320580884184023740_n.jpg" style="left: 0px;" width="295" /></div>
</div>
</a></div>
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<div class="_wk _5rny attachmentUnit">
<div>
<div class="userContentWrapper">
<div>
<span><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a042e930b08794795751">
Pada tanggal 22 Mei 1998, terjadilah suatu peristiwa yang tak disangka oleh <a data-hovercard="/ajax/hovercard/page.php?id=23383061178" href="https://www.facebook.com/PrabowoSubianto">Prabowo Subianto</a>.
Markas Besar Angkatan Darat meminta bendera Kostrad. Itu artinya ia
segera akan diganti. Arah angin berubah dengan sangat cepat. Prabowo
ingat bah<span class="text_exposed_show">wa Habibie pernah bilang kepada
nya, jika terjadi keraguan datang saja kepada diri nya, dan tak usah
berfikir aturan protokoler. Maka ia segera pergi kerumah Habibie. Dengan
diiringi 3 Land Rover yang terdiri dari pasa staf dan pengawal.<br /> <br />
Begitu sampai di kediaman Habibie, ia disambut pengawal Habibie.
Keadaan menjadi sangat menegangkan, lantaran para pengawal memandang
dengan aneh pada Prabowo. Kepada ajudan Habibie, Prabowo menyampaikan
bahwa ingin bertemu dengan Habibie.<br /> <br /> " Saya hanya perlu 10 menit. saya ingin mengajukan pertanyaan, dan ini sangat penting buat saya." ujarnya. <br /> <br />
Sebelum sampai ke ruangan Habibie, Prabowo melepaskan senjatanya. Ini
sebuah kelaziman bila menjumpai pangkat yang lebih tinggi. " Jadi bukan
dilucuti " jelasnya.<br /> <br /> Lalu Prabowo masuk ke ruangan Habibie.
Sebagaimana biasa, Habibie lalu mencium kedua pipi Prabowo. Dan Prabowo
bertanya kepada Habibie.<br /> <br /> " Pak,, apakah Bapak sudah tahu kalau saya mau diganti hari ini. " tanya Prabowo.<br /> <br /> " Ya...ya.." kata Habibie. <br /> <br />
" Mertua mu minta saya menggantimu. Kalau mau berhenti dari Angkatan
Darat, maka saya akan mengangkatmu menjadi Duta Besar Amerika Serikat."
jelas Habibie.<br /> <br /> Prabowo terdiam mendengar jawaban Habibie. Ia
tak habis fikir dengan pernyataan Habibie, ia sangat yakin Habibie masih
suka kepada nya. Namun tak bisa berbuat lain.<br /> <br /> Prabowo lalu
bergegas menuju ke kantor KSAD menjumpai Jenderal Subagyo. Ketika sampai
ditempat Subagyo, Prabowo berpapasan dengan beberapa Jenderal
pendukungnya. Mereka berteriak begitu bertemu Prabowo.<br /> <br /> " Ayo bikin konfrontasi, " teriak mereka.<br /> <br /> " Tenang " ujar Prabowo. Ia tidak mau menyusahkan teman-teman nya, hanya untuk membela pangkat dan jabatan nya.<br /> <br /> Lalu bersama Muchdi, Prabowo menjumpai Subagyo.<br /> <br /> " Saya rela diganti, tapi mohon waktu, agar pergantian ini kelihatan normal. " ujar Prabowo.<br /> <br />
Begitulah, hanya selang satu hari setelah Soeharto lengser,
Pangkostrad, LetJend Prabowo Subianto dicopot. Pengganti nya MayJen
Johny Lumintang, yang saat itu menjabat Assisten Operasi Kasum ABRI.<br /> <br />
Prabowo diberi tugas baru menjadi Komandan Sesko ABRI (Dansesko), di
Bandung. Dari komando tempur, Prabowo ditugaskan sebagai komandan di
bidang pendidikan di lingkungan kemiliteran. Jabatan ini memutus mata
rantai komando yang selama ini dipegang oleh Prabowo. <br /> <br /> Rupanya jabatan Dansesko ini jabatan terakhir yang dipegang Prabowo dilingkungan kemiliteran.</span></div>
</span><span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"><a data-ft="{"tn":";"}" data-hovercard="/ajax/hovercard/user.php?id=1507182648&extragetparams=%7B%22directed_target_id%22%3Anull%7D" href="https://www.facebook.com/dadang.hidayat.1029"> </a>.</span> </div>
</div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix belowUnitContent">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"10201163634652731"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201163634652731&set=a.1117305192596.16235.1825996501&type=1&relevant_count=1" rel="theater"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="uiScaledImageContainer scaledImage" style="clear: left; float: left; height: 323px; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; margin-top: -161px; width: 504px;">
<img alt="Foto: Pada tanggal 22 Mei 1998, terjadilah suatu peristiwa yang tak disangka oleh Prabowo Subianto. Markas Besar Angkatan Darat meminta bendera Kostrad. Itu artinya ia segera akan diganti. Arah angin berubah dengan sangat cepat. Prabowo ingat bahwa Habibie pernah bilang kepada nya, jika terjadi keraguan datang saja kepada diri nya, dan tak usah berfikir aturan protokoler. Maka ia segera pergi kerumah Habibie. Dengan diiringi 3 Land Rover yang terdiri dari pasa staf dan pengawal.
Begitu sampai di kediaman Habibie, ia disambut pengawal Habibie. Keadaan menjadi sangat menegangkan, lantaran para pengawal memandang dengan aneh pada Prabowo. Kepada ajudan Habibie, Prabowo menyampaikan bahwa ingin bertemu dengan Habibie.
" Saya hanya perlu 10 menit. saya ingin mengajukan pertanyaan, dan ini sangat penting buat saya." ujarnya.
Sebelum sampai ke ruangan Habibie, Prabowo melepaskan senjatanya. Ini sebuah kelaziman bila menjumpai pangkat yang lebih tinggi. " Jadi bukan dilucuti " jelasnya.
Lalu Prabowo masuk ke ruangan Habibie. Sebagaimana biasa, Habibie lalu mencium kedua pipi Prabowo. Dan Prabowo bertanya kepada Habibie.
" Pak,, apakah Bapak sudah tahu kalau saya mau diganti hari ini. " tanya Prabowo.
" Ya...ya.." kata Habibie.
" Mertua mu minta saya menggantimu. Kalau mau berhenti dari Angkatan Darat, maka saya akan mengangkatmu menjadi Duta Besar Amerika Serikat." jelas Habibie.
Prabowo terdiam mendengar jawaban Habibie. Ia tak habis fikir dengan pernyataan Habibie, ia sangat yakin Habibie masih suka kepada nya. Namun tak bisa berbuat lain.
Prabowo lalu bergegas menuju ke kantor KSAD menjumpai Jenderal Subagyo. Ketika sampai ditempat Subagyo, Prabowo berpapasan dengan beberapa Jenderal pendukungnya. Mereka berteriak begitu bertemu Prabowo.
" Ayo bikin konfrontasi, " teriak mereka.
" Tenang " ujar Prabowo. Ia tidak mau menyusahkan teman-teman nya, hanya untuk membela pangkat dan jabatan nya.
Lalu bersama Muchdi, Prabowo menjumpai Subagyo.
" Saya rela diganti, tapi mohon waktu, agar pergantian ini kelihatan normal. " ujar Prabowo.
Begitulah, hanya selang satu hari setelah Soeharto lengser, Pangkostrad, LetJend Prabowo Subianto dicopot. Pengganti nya MayJen Johny Lumintang, yang saat itu menjabat Assisten Operasi Kasum ABRI.
Prabowo diberi tugas baru menjadi Komandan Sesko ABRI (Dansesko), di Bandung. Dari komando tempur, Prabowo ditugaskan sebagai komandan di bidang pendidikan di lingkungan kemiliteran. Jabatan ini memutus mata rantai komando yang selama ini dipegang oleh Prabowo.
Rupanya jabatan Dansesko ini jabatan terakhir yang dipegang Prabowo dilingkungan kemiliteran." class="scaledImageFitWidth img" height="411" src="https://fbcdn-sphotos-f-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xap1/t1.0-9/p526x296/1505344_10201163634652731_1512465141556262237_n.jpg" style="top: 0px;" width="640" /></div>
<br />
<div class="letterboxedImage photoWrap verticallyCentered" style="height: 324px; width: 504px;">
</div>
</a></div>
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
Saya Dikhianati Habibie<br /> <br />
Fakta sebenarnya.com - Wawancara dari Bangkok, Thailand, Letjen TNI
(Purn.) Prabowo Subianto bicara soal penculikan aktivis, dugaan
keterlibatannya dalam kerusuhan 13-14 Mei 1998, serta hubungannya dengan
Soeharto, H<span class="text_exposed_show">abibie, dan Wiranto.<br /> <br /> Dari siaran berita di radio, Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto<br />
mendengar berita rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira (DKP) bentukan
Mabes ABRI. Ia diberhentikan dari karier militernya. Hari itu, Selasa,
25 Agustus 1998. “Saya tidak kaget,” kata Prabowo. Sebelum DKP mulai
bekerja, mantan pangkostrad ini sudah tahu hasilnya. Ia harus menepi.
Adalah mertuanya sendiri, mantan presiden Soeharto, yang mengisyaratkan
agar ia keluar saja dari militer. “Itu lebih baik bagi ABRI,” kata Pak
Harto, sekitar dua bulan sebelum keputusan itu. Sejak lengser dari
posisi presiden, 21 Mei 1998, hubungan antara Prabowo dan mertuanya
merenggang. Dia dianggap berkoalisi dengan Habibie untuk menekan
Soeharto agar lengser, menilik situasi yang makin panas di masyarakat.<br /> <br />
Keyakinan Prabowo makin kuat saat bertemu dengan mantan pangab Jenderal
TNI (Purn.) L.B. Moerdani, pada satu acara, tak lama sebelum DKP
mengakhiri pemeriksaannya. Di situ, Benny memberi sinyal yang sama.
Karier Prabowo di militer sudah tamat. “Jadi, keputusan untuk
menyingkirkan saya sudah jatuh sebelum DKP dibentuk,” tutur mantan
danjen Kopassus ini. DKP dibentuk untuk mengusut dugaan keterlibatan
sejumlah perwira tinggi ABRI dalam kasus penculikan sembilan aktivis.<br />
Sanksi diberhentikan dari karier militer, bahasa halus untuk dipecat,
cuma milik Prabowo. Mantan danjen Kopassus Mayjen TNI Muchdi P.R.,
penerus posisi Prabowo yang diangkat jadi pangkostrad, pada 20 Maret
1998, cuma dicopot dari jabatannya. Status militer tetap. Begitu juga
Kolonel Chairawan, mantan komandan grup IV Kopassus.<br /> <br /> Prabowo
pasrah. “Ini risiko jabatan sebagai komandan,” katanya. Penangkapan
aktivis terjadi kala ia masih menjabat danjen Kopassus. Dalam
pemeriksaan terbukti, Tim Mawar yang beranggotakan 11 prajurit Kopassus
pimpinan Sersan Mayor Bambang Kristiono mengaku “mengamankan”<br />
sembilan aktivis itu, untuk melempangkan jalan bagi SU MPR 1998. Yang
dia sesalkan, keputusan DKP justru tak pernah diterimanya langsung.
Keesokan harinya, Prabowo menghadap ke Mabes ABRI, menanyakan ihwal
keputusan itu. Dia bertemu Kasum ABRI Letjen TNI Fahroel Rozi, salah
seorang anggota DKP, yang lantas menganjurkan Prabowo bertemu Panglima<br /> ABRI Jenderal TNI Wiranto.<br /> <br />
Kesempatan diberikan keesokan hari, Kamis, 27 Agustus 1998. Pertemuan
itu cuma berlangsung 10 menit. Mengenang pertemuan tersebut, Prabowo
mencatat reaksi Wiranto membingungkan. Panglima ABRI ini bersikap<br />
seolah-olah tak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Prabowo. “Kamu kan
tahu kondisinya,” begitu ucapan Wiranto kepada Prabowo. Prabowo pun tak
mau berbasa-basi. “I don’t like it,” katanya. Seraya menatap mata
Wiranto, Prabowo minta maaf atas kesalahan yang dibuatnya selaku
prajurit ABRI. Prabowo juga pamit untuk ke luar negeri, melaksanakan
umrah dan berobat. “Saya sering mengalami kecelakaan dalam bertugas.
Karena itu, saya akan menggunakan kesempatan ke luar negeri untuk
berobat di Jerman,” kata Bowo, panggilan akrabnya. Dia juga minta tolong
agar surat pensiunnya dari ABRI segera dikeluarkan agar dirinya bisa
membantu adiknya, Hashim Djojohadikusumo berbisnis di Timur Tengah.
“Saya kan perlu mencari nafkah,” ujar Bowo. Surat pensiun itu akhirnya
diteken pada 20 November 1998, sementara TGPF menyampaikan laporannya
pada 3 November 1998 Itulah pertemuan terakhir dengan Wiranto. Setelah
itu, sambil mengantar anak dan istrinya, yang hendak ke AS, Prabowo
berpamitan ke Pak Harto di Cendana.<br /> <br /> Kini, setahun lebih berlalu. Langkah Prabowo jadi pebisnis makin<br />
mantap. Penampilannya tampak lebih santai dan terbuka. Prabowo yang
kini memakai kacamata baca itu kelihatan lebih gemuk. “Pakai kacamata
biar tampak lebih intelek,” kata Bowo sambil terbahak. Perjalanan
bisnisnya membuat ia sering mampir ke negara tetangga, bertemu relasi
setempat, pun kawan-kawan dari Indonesia.<br /> <br /> Kamis (14 Oktober) lalu, ia mampir sehari ke Bangkok dalam<br />
perjalanannya ke Boston, AS, untuk acara keluarga. Di Bangkok, Prabowo
sempat berbincang-bincang dengan empat wartawan dari Indonesia, termasuk
dari Panji. Penulis berkesempatan ngobrol blak-blakan dengan Prabowo
Rabu malam, dilanjutkan Kamis pagi hingga malam harinya. Ia didampingi
Fadli Zon. Sejumlah pertanyaan Panji dijawabnya dengan terbuka meski
pada beberapa poin ia minta nirwarta (off the record). “Saya tak ingin
menimbulkan perpecahan dan perasaan tidak enak pada siapa pun,” kata
Bowo.<br /> <br /> Soal surat Muladi kepada Komnas HAM. Anda sebenarnya diberhentikan karena kasus penculikan atau kerusuhan 13-14 Mei 1998?<br /> <br />
Itulah yang saya bingung. Saya diperiksa oleh DKP beberapa kali.
Mungkin tiga atau empat kali. Dan semua pertanyaan saya jawab. DKP itu
kan khusus menyelidiki soal penculikan sembilan aktivis. Saya pribadi
tidak suka menggunakan istilah penculikan karena itu kan kesalahan
teknis di lapangan. Niat sebenarnya adalah mengamankan aktivis radikal
agar tidak mengganggu rencana pelaksanaan SU MPR 1998. Bahwa kemudian
anak buah saya menyekap lebih lama sehingga dikatakan menculik, itu saya
anggap kesalahan teknis. Tanggung jawabnya saya ambil alih.<br /> <br /> Di DKP apakah ditanyai soal pemberi perintah penculikan?<br /> <br />
Tentu. Tapi perintah menculik tidak ada. Yang ada operasi intelijen
untuk mengamankan aktivis radikal itu. Sebab saat itu kan sudah terjadi
ancaman peledakan bom di mana-mana. Dalam DKP saya kemukakan bahwa
perintah pengamanan itu tidak rahasia. Mereka, para jenderal yang
memeriksa saya pun tahu. Itu dari atasan dan sejumlah instansi, termasuk
Kodam dilibatkan.<br /> <br /> Benarkah Anda mendapat daftar 28 orang yang harus `diamankan’ dalam konteks SU MPR?<br /> <br /> Wah, dari mana Anda tahu? Tapi saya memang terima satu daftar untuk diselidiki. Jadi, untuk diselidiki. Bukan untuk diculik.<br /> <br /> Dari siapa Anda terima daftar itu?<br /> <br />
Saya tidak bisa katakan. Semua sudah saya katakan di DKP. Kita ini kan
harus menjaga kehormatan institusi ABRI. Keterangan saya di DKP ada
rekamannya.<br /> <br /> Benarkah daftar itu Anda terima langsung dari RI 1, yakni presiden saat itu, Soeharto?<br /> <br />
Saya sulit menjawab. Kepada Pak Harto saya sangat hormat. Beliau
panglima saya. Kepala negara saya. Bahkan, lebih jauh lagi, beliau
mertua saya, kakek dari anak saya. Bayangkan sulitnya posisi saya. Tapi
semua itu sudah saya sampaikan ke DKP.<br /> <br /> Anda tidak tanya pada Pak Harto daftar itu didapat dari mana?<br /> <br /> Tentu saya tanya.<br /> <br /> Pak Harto ngomong apa pada Anda waktu memberikan daftar itu?<br /> <br /> Ha…ha…ha…. Pertanyaan bagus, tetapi sulit dijawab.<br /> <br /> Kapan Anda terima daftar itu dari Pak Harto?<br /> <br /> Beberapa hari setelah ledakan bom di rumah susun Tanah Tinggi.<br /> <br /> Apakah nama 14 aktivis yang sampai kini belum ketahuan rimbanya ada di situ?<br /> <br /> Saya lupa. Mungkin tidak. Itu daftar kan kalau saya tidak salah<br />
didapat dari rumah susun Tanah Tinggi. Jadi macam-macam nama orang ada
di situ. Akan halnya enam aktivis, Andi Arief dkk., itu ada dalam daftar
pencarian orang (DPO), yang diberikan polisi. Yang tiga, Pius
Lustrilanang, Desmond J. Mahesa, dan Haryanto Taslam, itu kecelakaan.
Saya tak pernah perintahkan untuk menangkap mereka. Semua mencari mereka
yang ada dalam DPO itu. Kita dapat brifing terus dari Mabes ABRI. Kita
selalu ditanyai. Sudah dapat belum Andi Arief. Tiap hari ditanya. Sudah
dapat belum si ini… begitu. Kejar-kejaran semua. Itu pun, maaf ya, meski
saya tanggung jawab, saya tanya anak-anak. Eh, kalian saya perintahkan
nggak? BKO sampai nyebrang ke Lampung segala. Mereka ini namanya mau
mencari prestasi. Tapi saya puji waktu mereka dapat. Mereka kan membantu
polisi yang terus mencari-cari anak-anak itu. Soalnya Andi Arief kan
dikejar-kejar.<br /> <br /> Selain Anda, siapa lagi yang menerima daftar itu
dari Pak Harto? Apakah betul Kasad Jenderal Wiranto dan pangab saat
itu, Jenderal Feisal Tanjung menerima daftar serupa?<br /> <br /> Yang bisa
saya pastikan, saya bukan satu-satunya panglima yang menerima daftar
itu. Pimpinan ABRI lainnya juga menerima. Dan daftar itu memang sifatnya
untuk diselidiki. Perintahnya begitu. Seingat saya, Pak Harto sendiri
sudah mengakui kepada sejumlah menteri bahwa itu adalah operasi
intelijen. Di kalangan ABRI, sudah jadi pengetahuan umum. Tapi,
sudahlah, kalau bicara Pak Harto saya sulit. Apalagi saya tak mau
memecah-belah lembaga yang saya cintai, yakni ABRI, khususnya TNI.<br /> <br /> Bukankah hubungan Anda dan Pak Harto belakangan retak?<br /> <br />
Itu benar dan sangat saya sesalkan. Mungkin ada yang memberikan masukan
kepada Pak Harto, seolah-olah saya sudah tidak loyal kepada beliau.
Saya dikatakan sudah main mata dengan Pak Habibie dan karena itu
menyarakan agar Pak Harto lengser pada pertengahan Mei. Mungkin itu yang
membuat Pak Harto marah kepada saya. Ironis, bukan? Oleh masyarakat
saya dianggap sebagai status quo karena menjadi bagian dari<br /> Pak
Harto. Saya tidak menyesal. Memang saya menikah dengan putrinya. Tapi
Pak Harto sendiri, dan keluarganya, justru marah kepada saya.<br /> <br /> Benarkah Anda mengusulkan agar Pak Harto lengser?<br /> <br /> Ya. Malah sebelum Pak Harto mundur, setelah terjadi peristiwa<br /> Trisakti, saya pernah mengatakan kepada seorang diplomat asing.<br />
Tampaknya Pak Harto akan mundur. Eskalasi situasi dan peta geopolitik
saat itu menghendaki demikian. Saya juga kemukakan ini sehari setelah
Pak Harto kembali dari Kairo (15 Mei 1998, Red.). Aaplagi Pak Harto di
Kairo memang mengisyaratkan kesediaan untuk lengser. Mungkin ada yang
tidak suka saya bicara terbuka. Tapi saya biasa bicara apa adanya dan
terus terang. Saya tidak suka basa-basi. Mungkin di situ masalahnya.<br /> <br /> Kenapa akhirnya Anda mengambil tanggung jawab penculikan sembilan aktivis?<br /> <br /> Di situ saya merasa agak dicurangi dan diperlakukan tidak adil.<br />
Mengamankan enam orang ini kan suatu keberhasilan. Wong orang mau
melakukan aksi pengeboman, kita mencegahnya. Mereka merakit 40 bom. Kita
mendapatkan 18, ada 22 bom yang masih beredar di masyarakat. Katanya
yang 22 itu sudah dibawa ke Banyuwangi. Bom yang meledak di rusun Tanah
Tinggi dan di Demak, Jawa Tengah itu kan karena anak-anak itu, para
aktivis, nggak begitu ahli merakit bom. Jadi, kurang hati-hati, salah
sentuh, meledak. Di Kopassus pun tidak sembarang orang bisa merakit bom.
Tidak semua orang bisa. Ini ada spesialisasinya. Saya tidak bisa bikin
bom. Jadi kita ini mencegah peledakan bom di tempat-tempat strategis dan
pembakaran terminal. Kita harusnya dapat ucapan terima kasih karena
melindungi hak asasi masyarakat yang terancam peledakan itu. Soal tiga
orang, memang kesalahan. Saya minta maaf pada Haryanto Taslam dan yang
lain. Tapi dia juga akhirnya terima kasih. Untung yang menangkap saya.
Kan hidup semua. Saya mau bertemu mereka.<br /> <br /> Anda pernah berpikir tidak bahwa dokumen atau daftar yang berasal dari rusun Tanah Tinggi itu buatan pihak yang berniat jahat?<br /> <br /> Belakangan saya berpikir juga. Jangan-jangan dokumen itu bikinan.<br />
Dalam dokumen itu, seolah-olah ada rapat di rumah Megawati. Saya nggak
bisa dan tidak mau menyalahkan anak buah. Saya katakan kepada mereka,
you di pengadilan mau ngomong apa aja deh, saya akan ikuti. Saya diadili
juga siap. Saya bilang, Haryanto Taslam saya perintahkan nggak untuk
ditangkap? Tidak ada. Tapi saya ambil alih tanggung jawab. Di DKP pun
saya katakan bahwa anak-anak itu tidak bersalah. Mereka adalah
perwira-perwira yang terbaik. Saya tahu persis karena saya komandan
mereka. Cek saja rekamannya di DKP. Tapi bahwa mungkin mereka salah
menafsirkan, terlalu antusias, sehingga menjabarkan<br /> perintah saya begitu, ya bisa saja. Atau ada titipan perintah dari<br /> yang lain, saya tidak tahu. Intinya, saya mengaku bertanggung jawab.<br /> <br /> Apa memang ada pihak yang ikut nimbrung saat itu memberikan perintah?<br /> <br />
Bisa saja. Saya tidak tahu. Tapi tetap apa yang sudah terjadi adalah
tanggung jawab saya. Tetap itu anak buah saya. Saya kan mesti percaya
sama anak buah. Makanya saya nggak apa-apa diberhentikan. Saya nggak
heran. Ini risiko saya. Iya kan?<br /> <br /> Tapi kalau kemudian saya sudah berhenti, masih diisukan ini, itu,<br /> dibuat begini, begitu. Ah…, saya merasa dikecewakan oleh Pak<br /> Wiranto. Saya merasa harusnya dia tahu situasinya saat itu<br /> bagaimana. Dia tahu kok ada perintah penyelidikan itu. Begitu dia<br />
jadi pangab, saya juga laporkan, sedang ada operasi intelijen, sandi
yudha, begini, begitu. Kepada beberapa menteri Pak Harto ngomong bahwa
itu operasi intelijen. Tapi begitu Pak Harto tidak berkuasa, situasinya
dimanfaatkan oleh perwira yang ingin menyingkirkan saya.<br /> <br /> Apa betul AS berkepentingan agar Anda dipecat?<br /> <br /> Tidak tahu. Tapi Cohen (Menhan AS William Cohen, Red.) kan ketemu saya juga.<br /> <br /> Perintahnya menyelidiki kok bisa kepeleset menculik. Bagaimana itu?<br /> <br /> Ya. Tapi dalam operasi intelijen itu kan biasanya kita ambil,<br /> ditanyai, dan kalau bisa terus dia berkerja untuk kita. Kan begitu<br /> prosedurnya. Sudahlah, itu kesalahan teknis, yang kemudian<br />
dipolitisasi. Dan memang waktu itu saya harus dihabisi. Dulu Jenderal
Soemitro dituduh terlibat Malari, mau menyaingi Pak Harto. Pak H.R.
Dharsono dituduh terlibat kasus Tanjung Priok. Itu politik. Yang
kemudian naik orang yang nggak bisa apa-apa, nggak pernah bikin
inisiatif dan karenanya tidak pernah bikin salah. Lihat Prancis, itu kan
negara yang menjunjung tinggi hak sasai manusia. Tapi, dia ledakkan
kapal Greenpeace yang mau masuk ke perairan nasionalnya. Kalau sudah
kepentingan nasional dia ledakkan itu.<br /> <br /> Anda kan lama di luar negeri, besar di negara yang liberal, dan<br />
menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kok Anda tetap mentolerir gaya
penangkapan atau penculikan itu? Bukankah itu menjadi sorotan dunia
internasional terhadap penegakan HAM di Indonesia?<br /> <br /> Benar.
Begini, secara moral, saya tidak salah karena orang-orang itu berniat
berbuat kejahatan yang bertentangan dengan hak-hak asasi manusia.
Menurut saya membuat aksi pengeboman, membakar terminal, untuk
mengorbankan orang-orang tidak berdosa. Mereka justru membahayakan hak
asasi manusia orang lain. Tidak bisa dong. Kalau you berbeda dalam
politik, you bertempur lewat partai politik. Jangan bikin aksi teror.<br /> <br />
Informasi soal rencana pengeboman itu didapat dari interogasi, bukan
kita ngarang. Dapat keterangan dari mereka. Anda dengar ancaman bom tiap
minggu. Seluruh bank tutup, BI tutup. Korban kepada bangsa bagaimana.
Itu aksi destabilisasi. Jadi, jangan salah, untuk menegakkan demokrasi,
kita justru harus menjaga keamanan. Tidak bisa demokrasi tanpa keamanan.
Itu duty kita, panggilan kita. Tapi, lawan-lawan saya lebih kuat. Punya
media massa, punya kemampuan untuk perang psikologi massa.<br /> <br /> Kok Anda dulu tidak segera membantah kalau memang merasa tidak bersalah?<br /> <br />
Hashim memang menyuruh saya. Kamu harus jawab dong. Saya malas juga.
Saya kan tidak berbuat. Saya percaya kebenaran akan muncul. Hashim
bilang, “Tidak bisa dong kalau kamu diam berarti kamu mengakui itu
benar.” Memang ada teori itu. Teori pengulangan kebohongan. Kalau
diulang-ulang terus, orang jadi percaya. Itu teori yang digunakan Hitler
kepada rakyat Jerman.<br /> <br /> Anda tidak mau nuntut soal pemecatan itu karena tidak ingin<br /> mempermalukan Pak Harto?<br /> <br /> Benar, terutama itu. Juga tak ingin mencemari institusi ABRI,<br />
khususnya TNI AD. Bagaimanapun juga Pak Harto jenderal bintang lima.
Ini kan tidak baik dalam iklim dan budaya bangsa Indonesia. Apa pun yang
terjadi. Ada masalah dilematis, bagaimanapun dia kakek dari anak saya.
Itu yang dilematis. Walaupun dia kemudian membenci saya.<br /> <br /> Sebelumnya, Prabowo merasa diperlakukan tidak adil kala dipaksa<br />
menyerahkan jabatan sebagai pangkostrad pada 22 Mei 1998. “Saya tak
sempat membuat memorandum serah terima jabatan. Istri saya, ketua Persit
pun, tak sempat serah terima. Setahu saya, dalam sejarah ABRI, belum
pernah ada perwira tinggi dipermalukan oleh institusinya, seperti yang
saya alami,” kata Bowo. Dia memang digeser saat situasi politik
gojang-ganjing dan Soeharto baru lengser pada 21 Mei 1998. Dugaan yang
beredar saat itu, Bowo diganti karena dianggap hendak melancarkan kudeta
kepada Habibie. Malam itu, sesudah pergantian presiden pagi harinya,
situasi Jakarta memang genting. Sejumlah pasukan berseragam loreng
tampak di seputar wilayah Istana Negara, Monas, Jakarta.<br /> <br /> Dugaan
terjadi pengepungan Istana sempat dibantah habis-habisan oleh Mabes
ABRI. Padahal, sejumlah media massa memberitakannya. Kemudian, pada 22
Februari 1999, di depan sejumlah eksekutif pers dalam forum Asia-German
Editors, di Istana Merdeka, Presiden Habibie bercerita soal pengepungan
itu. Habibie mengaku keluarganya terancam malam itu, dan nyaris
diungsikan. “Tidak usah ditutup-tutupi, kita tahulah yang<br /> memimpin
konsentrasi pasukan itu, orangnya Prabowo Subianto,” kata Habibie
berapi-api. Dia mengaku diberi tahu Wiranto. Pers geger. Prabowo saat
itu sudah di luar negeri. Lewat kawan dekatnya, ia membantah.<br /> <br /> Dan, dua hari kemudian, dalam sidang di Komisi I DPR RI, Jenderal<br />
Wiranto membantah ucapan Habibie. Menurutnya, itu bukan konsentrasi
pasukan, melainkan konsolidasi. Tak ada yang berniat kudeta saat itu.
Anehnya, Habibie tak bereaksi atas bantahan Wiranto itu. Sehingga publik
makin bingung, mana yang benar, ucapan Habibie atau Wiranto. Benarkah
Habibie dapat masukan dari Wiranto? Sebab dalam satu pertemuannya dengan
tokoh Dewan Dakwah Islamiyah, 30 Juni 1998, Habibie mengaku diberi tahu
soal konsentrasi pasukan itu oleh Letjen TNI Sintong Panjaitan, orang
dekat Habibie yang kini menjabat<br /> sesdalopbang.<br /> <br /> Setelah berkelana di luar negeri, ketenangan Prabowo terusik oleh<br /> ucapan Habibie itu, yang dikutip oleh pers luar negeri pula. Tapi,<br />
bantahan Wiranto cukup menenangkannya. “Pak Wiranto harus membantah
karena memang apa yang diucapkan Habibie tidak benar,” kata Bowo.
Menurutnya, semua panglima saat itu menerima perintah dari Mabes ABRI.
Saat situasi genting, ada pembagian tugas, bahwa Kopassus dipasrahi
mengawal presiden dan wakil presiden, sedangkan Kostrad diminta menjaga
objek vital dan strategis. Kata Prabowo, untuk melaksanakan perintah
Mabes ABRI itulah sejumlah pasukan berada di sekitar kawasan Istana dan
Monas. “Pak Wiranto tahu persis bahwa perintah itu ada. Saksinya banyak,
para panglima komando,” kata Bowo<br /> <br /> Dalam pemeriksaan di TGPF,
ada kesan kegiatan Anda pada 13 Mei 1998 tidak diketahui. Muncul
kecurigaan, Anda sedang apa saat itu? Apa sih yang Anda lakukan hari
itu?<br /> <br /> Saya mulai dari 12 Mei 1998. Malam itu, pukul 20.00 wib, ketika di<br />
rumah Jl. Cendana No. 7, saya ditelepon Sjafrie (pangdam Jaya saat itu,
Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin). Kata dia, “Gawat nih Wo, ada mahasiswa
yang tewas tertembak.” Saya lalu bergegas ke Makostrad. Saya sudah
antisipasi, besok pasti ramai. Maka pasukan saya konsolidasi. Kalau
perlu tambahan pasukan kan mesti disiapkan tempatnya. Mau ditaruh di
mana mereka. Malam itu saya terus memantau situasi. Lalu, terpikir oleh
saya, kelanjutan rencana acara Kostrad di Malang pada 14 Mei 1998.
Rencananya inspektur upacara adalah Pangab Wiranto.<br /> Pangkostrad juga harus hadir. Kalau ibu kota genting, apa kita masih pergi juga?<br /> <br />
Keesokan harinya, sejak pukul 08.00 wib, saya mengontak Kol. Nur Muis
dan menyampaikan usulan agar acara di Malang ditunda. Atau, kehadiran
pangab dibatalkan saja karena situasi ibu kota genting. Biar saya saja
yang berangkat. Jawaban dari Pak Wiranto yang disampaikan lewat Kol. Nur
Muis, acara tetap berlangsung sesuai rencana. Irup tetap Pak Wiranto
dan saya selaku pangkostrad tetap hadir. Beberapa opsi usulan saya
tawarkan kepada Pak Wiranto, yang intinya agar tidak meninggalkan ibu
kota, karena keadaan sedang gawat. Posisi terpenting yang harus
diamankan adalah ibu kota. Tapi, sampai sekitar delapan kali saya
telepon, keputusan tetap sama. Itu terjadi sampai malam hari.<br /> <br />
Jadi, pada 14 Mei, pukul 06.00 wib kita sudah berada di lapangan Halim
Perdanakusumah. Saya kaget juga. Panglima utama ada di sana. Danjen
Kopassus segala ikut. Saya membatin, sedang genting begini kok seluruh
panglima, termasuk panglima ABRI malah pergi ke Malang. Padahal,
komandan batalion sekalipun sudah diminta membuat perkiraan cepat,
perkiraan operasi, begini, lantas bagaimana setelahnya. Tapi, ya sudah,
saya patuh saja pada perintah. Saya ikut ke Malang.<br /> <br /> Kembali ke
Jakarta sekitar pukul 11.00 wib. Ketika hendak mendarat di Halim, ibu
kota terlihat diselimuti asap hitam. Selanjutnya, seperti telah ditulis
di berbagai media massa, saya membantu mengingatkan Sjafrie perlunya
mengamankan ibu kota lewat patroli dengan panser di sepanjang Jl.
Thamrin. Malam harinya, saya bertemu dengan sejumlah<br /> orang di
Makostrad. Itu yang kemudian dituduh mau merencanakan kerusuhan.
Padahal, di tengah jalan sore itu saya ditelepon, karena Setiawan Djodi
dan Bang Buyung Nasution ingin bertemu. Ternyata sudah ada beberapa
orang di kantor saya, ada Fahmi Idris, Bambang Widjojanto, dan beberapa
orang lain. Itu pertemuan terbuka, membicarakan situasi yang terakhir.
Bang Buyung dominan sekali malam itu. Dia banyak bicara. Acara ditutup
makan malam dan kemudian kami ada rapat staf di Mabes.<br /> <br /> Kalau
kemudian surat Muladi mengatakan saya bersalah karena gagal menjaga
keselamatan negara sehingga menimbulkan kerusuhan 13-14 Mei, bagaimana
ceritanya.<br /> <br /> Pangkoops, selaku penanggung jawab keamanan ibu kota adalah Pangdam Sjafrie?<br /> <br /> Mestinya iya. Penanggung jawab yang lebih tinggi ya panglima ABRI.<br /> <br /> Dalam pemeriksaan di TGPF, mantan Ka BIA Zacky Makarim, konon<br />
mengatakan bahwa sebulan sebelum peristiwa Trisakti, ada perkiraan
situasi intelijen versi Anda, yang mengatakan, eskalasi meningkat dan
dikhawatirkan akan ada martir di kalangan mahasiswa. Bagaimana Anda
sampai pada kesimpulan itu?<br /> <br /> Situasinya memang demikian. Aksi
mahasiswa kan bukan cuma di Jakarta, melainkan meluas ke daerah. Di
Yogyakarta, aksi mahasiswa malah sempat bentrok. Berdasarkan analisis
situasi, saya mengingatkan kemungkinan adanya eskalasi yang memanas dan
kalau aksi mahasiswa meluas, bukan tidak mungkin jatuh korban atau ada
pihak-pihak yang ingin ada korban di pihak mahasiswa. Itu saya ingatkan.<br /> <br /> Tapi, justru Anda dituduh bertanggung jawab atas penembakan mahasiswa Trisakti?<br /> <br /> Iyalah. Saya ini selalu dituduh. Apa untungnya bagi saya membuat<br />
jatuh korban? Saat itu kan presidennya Pak Harto. Mertua saya. Saya
bagian dari status quo itu. Kan begitu tuduhannya. Masak saya membuat
situasi agar Pak Harto jatuh. Pak Harto jatuh kan saya jatuh juga.
Sejarah kan begitu kejadiannya.<br /> <br /> Mungkin Anda ingin menunjukkan bahwa Wiranto tidak kapabel mengamankan<br /> Jakarta?<br /> <br /> Tidak ada alasan juga. Motifnya tidak ada.<br /> <br /> Bukankah Anda pernah disebut-sebut minta jabatan pangab dan katanya dijanjikan Habibie untuk jadi pangab?<br /> <br /> Lebih dari tiga kali Habibie mengatakan kepada saya. “Bowo, kalau<br /> saya jadi presiden, you pangab.” Itu faktanya. Habibie bahkan<br />
mengatakan saya ini sudah dianggap anak ketiganya. Saya memang dekat
dengan Habibie, karena saya mengagumi kepandaiannya, visinya. Meskipun
sekarang saya kecewa karena dia menuduh saya berbuat sesuatu yang
bohong. Saya merasa dikhianati. Bahwa saya ingin jadi pangab, apakah itu
salah. Setiap prajurit, tentara, tentu bercita-cita menjadi pangab. Why
not? Saya tidak pernah menyembunyikan itu. Bahwa kemudian dipolitisasi,
seolah-olah pada saat genting, saat pergantian kepemimpinan 21 Mei 1998
itu, saya minta jadi pangab, silakan saja. Tapi, saya tak pernah minta
jadi pangab kepada Habibie.<br /> <br /> Benar tidak Anda pernah didesak jadi pangab sekitar 19-20 Mei itu?<br /> <br />
Ada yang mendesak. Bahkan ada yang mengusulkan agar saya mengambil alih
situasi. Saya tolak. Saya orang yang konstitusional. Wapres masih ada
dan sehat. Menhankam/Pangab masih ada. Tidak ada alasan untuk mengambil
alih. Kalau saya melakukan kudeta, setelah itu mau apa?
Inkonstitusional, tidak demokratis, dan lebih berat lagi, secara
psikologis saya ini kan terkait dengan keluarga Pak Harto. Kalau Pak
Harto sudah menyerahkan ke Habibie, masak saya mau kudeta? Di luar itu
semua, yang terpenting, saya berasal dari keturunan keluarga pejuang.
Anda tahu paman saya gugur sebagai pahlawan muda. Kakek saya pejuang.
Moyang saya, selalu berjuang melawan penjajah kolonial Belanda.<br /> Bagaimana mungkin saya menodai garis keturunan yang begitu saya banggakan, dengan berpikir mengambil alih kekuasaan secara<br /> inkonstitusional.<br /> <br />
Ketika Habibie mengatakan Anda datang menemui Habibie pada 22 Mei 1998,
benarkah Anda membawa senjata dan pasukan sehingga Habibie merasa
terancam?<br /> <br /> Senjata saya tanggalkan di depan pintu. Jangankan
menghadap presiden, wong menghadap komandan kompi saja senjata harus
dicopot. Bohong besar berita yang mengatakan saya hendak mengancam
Habibie.<br /> <br /> Jujur saja, kalau memang saya ingin, bisa saja. Jangan
meremehkan pasukan Kopassus, tempat saya dibesarkan. Ingat, Pak Sarwo
Edhi (almarhum) hanya butuh dua kompi untuk mengatasi situasi saat
G-30-S/PKI. Dan anak buah saya memang ada yang sakit hati saya
diberhentikan seperti itu. Pataka komando hendak diambil begitu saja
tanpa sepengetahuan saya. Saya datang ke Habibie karena sebelumnya dia
selalu berkata. “Bowo, kalau ada keragu-raguan, jangan segan-segan
menemui saya.” Itulah yang saya lakukan. Menemui Habibie untuk bertanya
apakah betul dia ingin mengganti saya dari jabatan pangkostrad. Habibie
bilang turuti saja perintah atasan. Ini kemauan ayah mertua kamu juga.
Jadi, Pak Harto memang minta saya diganti.<br /> <br /> Soal anggapan bahwa
para jenderal ingin menyingkirkan Anda, apakah ini disebabkan oleh sikap
Anda sebelumnya yang disebut arogan, karena dekat dengan pusat
kekuasaan?<br /> <br /> Saya akui, itu ciri khas. Dan itu jadi senjata buat yang ingin<br /> menjatuhkan. Tapi kita lihat kepemimpinan itu dari output. Bisa<br /> tidak meraih prestasi kalau prajuritnya tak semangat. Semangat itu<br />
tidak bisa dibeli dengan uang. Kadang-kadang mereka mau mati karena
bendera. Kain itu harganya berapa? Tentara Romawi mati-matian demi
bendera. Itu kan kebanggaan. Bagaimana? Saya ciptakan teriakan, berapa
harganya? Saya dapatkan dari gaya suku dayak. Teriakan panjang itu bisa
membangkitkan semangat, mengurangi ketakutan, dan menakutkan musuh.
Pakai duit berapa? Tapi hal-hal ini tidak populer di mata the salon
officer. Apa nih Prabowo pakai nyanyi-nyanyi segala. Pakai bendera,
pakai teriakan. Kenapa orang fanatik membela sepakbola, sampai membakar,
ini psikologi massa. Masa kita mau mati karena uang? Buat apa uangnya
kalau kita harus mati.<br /> <br /> Sebagai menantu presiden saat itu, tentu Anda lebih mudah naik pangkat dibanding yang lain. Ini bikin cemburu juga kan?<br /> <br /> Ya, tapi akses kepada penguasa politik. Itu wajar. Jenderal Colin<br /> Powell, peringkat ke berapa dia bisa jadi pangab AS. Dia bekas<br /> sekretaris militer Bush waktu jadi wakil presiden. Jadi, waktu Bush<br />
jadi presiden, dia jadi pangab. Bahwa saya punya akses kepada penguasa
politik, saya sependapat. Tapi kan bukan hanya saya. Pak Wiranto kan
dari ajudan presiden. Langsung kasdam, langsung pangdam, langsung
pangkostrad. Itu kan tuduhan saja kepada saya. Coba dilihat berapa kali
saya VC (kontak senjata langsung di medan operasi), berapa kali bertugas
di daerah operasi, berapa kali tim saya di Kopassus merebut kejuaraan,
berapa kali operasi militer saya selesaikan, apa yang saya buat di Mount
Everest itu kan mengangkat bangsa. Berapa saya melatih prajurit komando
dari beberapa negara. Itu kan tidak dilihat. Yang<br /> dicari cuma
daftar dosa saya. Ya memang kalau you dalam keadaan kalah politik,
segala dosa bisa ditemukan. Dia keluar negeri nggak izin, dia ini, dia
itu. Semua bisa ketemu. Kalau menang? Itu kan politik.<br /> <br />
Jordania, seolah menjadi negara ibu yang kedua bagi Letjen TNI (Purn.)
Prabowo Subianto. Di Amman, ibu kota Yordania yang terletak di<br />
jazirah Arab, mantan pangkostrad ini tinggal di apartemen. Prabowo, yang
dicopot dari jabatan dan kariernya di ABRI, mengaku jatuh cinta pada
Jordania tanpa sengaja. “Saat saya disingkirkan oleh ABRI, oleh elite
politik di Indonesia, negeri ini menerima saya dengan baik,”<br /> kata dia.</span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"></span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"></span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"><br /> <br />
Persahabatannya dengan Raja Abdullah dimulai kala sang raja masih
pangeran dan menjadi komandan tentara Jordania. Mereka bertemu di AS,
tak lama setelah Prabowo selesai berobat di Jerman, setelah pensiun dari
militer tahun lalu. Pangeran Abdullah menyatakan simpati dan
mengundangnya mampir ke Amman.<br /> <br /> Undangan itu dipenuhi Bowo. Pada
hari dan jam yang ditentukan (sekitar pukul satu siang), Prabowo
berkunjung ke markas tentara pimpinan Pangeran Abdullah. Terkejut dia
karena untuk menyambut kehadirannya telah disiapkan upacara penyambutan
tamu secara militer. Padahal Prabowo datang mengenakan busana kasual.
Oleh anak buah Pangeran Abdullah, Prabowo “dipaksa” menginspeksi
pasukan. Di ujung barisan, Pangeran Abdullah tampak tersenyum-senyum dan
memeluk Bowo. “Di sini, Anda tetap jenderal,” bisik Abdullah. Tak lama
kemudian, menjelang ayahnya, Raja Hussein mangkat, Abdullah dinobatkan
sebagai putra mahkota dan kemudian menjadi Raja Jordania.</span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a00afcd2765a68357239">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
</span> </div>
</div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix belowUnitContent">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"779668568712384"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=779668568712384&set=a.665563990122843.1073741825.391098077569437&type=1&relevant_count=1" rel="theater"></a><div class="letterboxedImage photoWrap verticallyCentered" style="height: 504px; width: 504px;">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"779668568712384"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=779668568712384&set=a.665563990122843.1073741825.391098077569437&type=1&relevant_count=1" rel="theater"></a><div class="uiScaledImageContainer scaledImage" style="clear: left; float: left; height: 504px; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; margin-top: -252px; width: 504px;">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"779668568712384"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=779668568712384&set=a.665563990122843.1073741825.391098077569437&type=1&relevant_count=1" rel="theater"></a><a href="https://fbcdn-sphotos-b-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xfp1/t1.0-9/p526x296/10168089_779668568712384_7080226955223420138_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Foto: Saya Dikhianati Habibie
Faktasebenarnya.com - Wawancara dari Bangkok, Thailand, Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto bicara soal penculikan aktivis, dugaan keterlibatannya dalam kerusuhan 13-14 Mei 1998, serta hubungannya dengan Soeharto, Habibie, dan Wiranto.
Dari siaran berita di radio, Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto
mendengar berita rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira (DKP) bentukan Mabes ABRI. Ia diberhentikan dari karier militernya. Hari itu, Selasa, 25 Agustus 1998. “Saya tidak kaget,” kata Prabowo. Sebelum DKP mulai bekerja, mantan pangkostrad ini sudah tahu hasilnya. Ia harus menepi. Adalah mertuanya sendiri, mantan presiden Soeharto, yang mengisyaratkan agar ia keluar saja dari militer. “Itu lebih baik bagi ABRI,” kata Pak Harto, sekitar dua bulan sebelum keputusan itu. Sejak lengser dari posisi presiden, 21 Mei 1998, hubungan antara Prabowo dan mertuanya merenggang. Dia dianggap berkoalisi dengan Habibie untuk menekan Soeharto agar lengser, menilik situasi yang makin panas di masyarakat.
Keyakinan Prabowo makin kuat saat bertemu dengan mantan pangab Jenderal TNI (Purn.) L.B. Moerdani, pada satu acara, tak lama sebelum DKP mengakhiri pemeriksaannya. Di situ, Benny memberi sinyal yang sama. Karier Prabowo di militer sudah tamat. “Jadi, keputusan untuk menyingkirkan saya sudah jatuh sebelum DKP dibentuk,” tutur mantan danjen Kopassus ini. DKP dibentuk untuk mengusut dugaan keterlibatan sejumlah perwira tinggi ABRI dalam kasus penculikan sembilan aktivis.
Sanksi diberhentikan dari karier militer, bahasa halus untuk dipecat, cuma milik Prabowo. Mantan danjen Kopassus Mayjen TNI Muchdi P.R., penerus posisi Prabowo yang diangkat jadi pangkostrad, pada 20 Maret 1998, cuma dicopot dari jabatannya. Status militer tetap. Begitu juga Kolonel Chairawan, mantan komandan grup IV Kopassus.
Prabowo pasrah. “Ini risiko jabatan sebagai komandan,” katanya. Penangkapan aktivis terjadi kala ia masih menjabat danjen Kopassus. Dalam pemeriksaan terbukti, Tim Mawar yang beranggotakan 11 prajurit Kopassus pimpinan Sersan Mayor Bambang Kristiono mengaku “mengamankan”
sembilan aktivis itu, untuk melempangkan jalan bagi SU MPR 1998. Yang dia sesalkan, keputusan DKP justru tak pernah diterimanya langsung. Keesokan harinya, Prabowo menghadap ke Mabes ABRI, menanyakan ihwal keputusan itu. Dia bertemu Kasum ABRI Letjen TNI Fahroel Rozi, salah seorang anggota DKP, yang lantas menganjurkan Prabowo bertemu Panglima
ABRI Jenderal TNI Wiranto.
Kesempatan diberikan keesokan hari, Kamis, 27 Agustus 1998. Pertemuan itu cuma berlangsung 10 menit. Mengenang pertemuan tersebut, Prabowo mencatat reaksi Wiranto membingungkan. Panglima ABRI ini bersikap
seolah-olah tak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Prabowo. “Kamu kan tahu kondisinya,” begitu ucapan Wiranto kepada Prabowo. Prabowo pun tak mau berbasa-basi. “I don’t like it,” katanya. Seraya menatap mata Wiranto, Prabowo minta maaf atas kesalahan yang dibuatnya selaku prajurit ABRI. Prabowo juga pamit untuk ke luar negeri, melaksanakan umrah dan berobat. “Saya sering mengalami kecelakaan dalam bertugas. Karena itu, saya akan menggunakan kesempatan ke luar negeri untuk berobat di Jerman,” kata Bowo, panggilan akrabnya. Dia juga minta tolong agar surat pensiunnya dari ABRI segera dikeluarkan agar dirinya bisa membantu adiknya, Hashim Djojohadikusumo berbisnis di Timur Tengah. “Saya kan perlu mencari nafkah,” ujar Bowo. Surat pensiun itu akhirnya diteken pada 20 November 1998, sementara TGPF menyampaikan laporannya pada 3 November 1998 Itulah pertemuan terakhir dengan Wiranto. Setelah itu, sambil mengantar anak dan istrinya, yang hendak ke AS, Prabowo berpamitan ke Pak Harto di Cendana.
Kini, setahun lebih berlalu. Langkah Prabowo jadi pebisnis makin
mantap. Penampilannya tampak lebih santai dan terbuka. Prabowo yang kini memakai kacamata baca itu kelihatan lebih gemuk. “Pakai kacamata biar tampak lebih intelek,” kata Bowo sambil terbahak. Perjalanan bisnisnya membuat ia sering mampir ke negara tetangga, bertemu relasi setempat, pun kawan-kawan dari Indonesia.
Kamis (14 Oktober) lalu, ia mampir sehari ke Bangkok dalam
perjalanannya ke Boston, AS, untuk acara keluarga. Di Bangkok, Prabowo sempat berbincang-bincang dengan empat wartawan dari Indonesia, termasuk dari Panji. Penulis berkesempatan ngobrol blak-blakan dengan Prabowo Rabu malam, dilanjutkan Kamis pagi hingga malam harinya. Ia didampingi Fadli Zon. Sejumlah pertanyaan Panji dijawabnya dengan terbuka meski pada beberapa poin ia minta nirwarta (off the record). “Saya tak ingin menimbulkan perpecahan dan perasaan tidak enak pada siapa pun,” kata Bowo.
Soal surat Muladi kepada Komnas HAM. Anda sebenarnya diberhentikan karena kasus penculikan atau kerusuhan 13-14 Mei 1998?
Itulah yang saya bingung. Saya diperiksa oleh DKP beberapa kali. Mungkin tiga atau empat kali. Dan semua pertanyaan saya jawab. DKP itu kan khusus menyelidiki soal penculikan sembilan aktivis. Saya pribadi tidak suka menggunakan istilah penculikan karena itu kan kesalahan teknis di lapangan. Niat sebenarnya adalah mengamankan aktivis radikal agar tidak mengganggu rencana pelaksanaan SU MPR 1998. Bahwa kemudian anak buah saya menyekap lebih lama sehingga dikatakan menculik, itu saya anggap kesalahan teknis. Tanggung jawabnya saya ambil alih.
Di DKP apakah ditanyai soal pemberi perintah penculikan?
Tentu. Tapi perintah menculik tidak ada. Yang ada operasi intelijen untuk mengamankan aktivis radikal itu. Sebab saat itu kan sudah terjadi ancaman peledakan bom di mana-mana. Dalam DKP saya kemukakan bahwa perintah pengamanan itu tidak rahasia. Mereka, para jenderal yang memeriksa saya pun tahu. Itu dari atasan dan sejumlah instansi, termasuk Kodam dilibatkan.
Benarkah Anda mendapat daftar 28 orang yang harus `diamankan’ dalam konteks SU MPR?
Wah, dari mana Anda tahu? Tapi saya memang terima satu daftar untuk diselidiki. Jadi, untuk diselidiki. Bukan untuk diculik.
Dari siapa Anda terima daftar itu?
Saya tidak bisa katakan. Semua sudah saya katakan di DKP. Kita ini kan harus menjaga kehormatan institusi ABRI. Keterangan saya di DKP ada rekamannya.
Benarkah daftar itu Anda terima langsung dari RI 1, yakni presiden saat itu, Soeharto?
Saya sulit menjawab. Kepada Pak Harto saya sangat hormat. Beliau panglima saya. Kepala negara saya. Bahkan, lebih jauh lagi, beliau mertua saya, kakek dari anak saya. Bayangkan sulitnya posisi saya. Tapi semua itu sudah saya sampaikan ke DKP.
Anda tidak tanya pada Pak Harto daftar itu didapat dari mana?
Tentu saya tanya.
Pak Harto ngomong apa pada Anda waktu memberikan daftar itu?
Ha…ha…ha…. Pertanyaan bagus, tetapi sulit dijawab.
Kapan Anda terima daftar itu dari Pak Harto?
Beberapa hari setelah ledakan bom di rumah susun Tanah Tinggi.
Apakah nama 14 aktivis yang sampai kini belum ketahuan rimbanya ada di situ?
Saya lupa. Mungkin tidak. Itu daftar kan kalau saya tidak salah
didapat dari rumah susun Tanah Tinggi. Jadi macam-macam nama orang ada di situ. Akan halnya enam aktivis, Andi Arief dkk., itu ada dalam daftar pencarian orang (DPO), yang diberikan polisi. Yang tiga, Pius Lustrilanang, Desmond J. Mahesa, dan Haryanto Taslam, itu kecelakaan. Saya tak pernah perintahkan untuk menangkap mereka. Semua mencari mereka yang ada dalam DPO itu. Kita dapat brifing terus dari Mabes ABRI. Kita selalu ditanyai. Sudah dapat belum Andi Arief. Tiap hari ditanya. Sudah dapat belum si ini… begitu. Kejar-kejaran semua. Itu pun, maaf ya, meski saya tanggung jawab, saya tanya anak-anak. Eh, kalian saya perintahkan nggak? BKO sampai nyebrang ke Lampung segala. Mereka ini namanya mau mencari prestasi. Tapi saya puji waktu mereka dapat. Mereka kan membantu polisi yang terus mencari-cari anak-anak itu. Soalnya Andi Arief kan dikejar-kejar.
Selain Anda, siapa lagi yang menerima daftar itu dari Pak Harto? Apakah betul Kasad Jenderal Wiranto dan pangab saat itu, Jenderal Feisal Tanjung menerima daftar serupa?
Yang bisa saya pastikan, saya bukan satu-satunya panglima yang menerima daftar itu. Pimpinan ABRI lainnya juga menerima. Dan daftar itu memang sifatnya untuk diselidiki. Perintahnya begitu. Seingat saya, Pak Harto sendiri sudah mengakui kepada sejumlah menteri bahwa itu adalah operasi intelijen. Di kalangan ABRI, sudah jadi pengetahuan umum. Tapi, sudahlah, kalau bicara Pak Harto saya sulit. Apalagi saya tak mau memecah-belah lembaga yang saya cintai, yakni ABRI, khususnya TNI.
Bukankah hubungan Anda dan Pak Harto belakangan retak?
Itu benar dan sangat saya sesalkan. Mungkin ada yang memberikan masukan kepada Pak Harto, seolah-olah saya sudah tidak loyal kepada beliau. Saya dikatakan sudah main mata dengan Pak Habibie dan karena itu menyarakan agar Pak Harto lengser pada pertengahan Mei. Mungkin itu yang membuat Pak Harto marah kepada saya. Ironis, bukan? Oleh masyarakat saya dianggap sebagai status quo karena menjadi bagian dari
Pak Harto. Saya tidak menyesal. Memang saya menikah dengan putrinya. Tapi Pak Harto sendiri, dan keluarganya, justru marah kepada saya.
Benarkah Anda mengusulkan agar Pak Harto lengser?
Ya. Malah sebelum Pak Harto mundur, setelah terjadi peristiwa
Trisakti, saya pernah mengatakan kepada seorang diplomat asing.
Tampaknya Pak Harto akan mundur. Eskalasi situasi dan peta geopolitik saat itu menghendaki demikian. Saya juga kemukakan ini sehari setelah Pak Harto kembali dari Kairo (15 Mei 1998, Red.). Aaplagi Pak Harto di Kairo memang mengisyaratkan kesediaan untuk lengser. Mungkin ada yang tidak suka saya bicara terbuka. Tapi saya biasa bicara apa adanya dan terus terang. Saya tidak suka basa-basi. Mungkin di situ masalahnya.
Kenapa akhirnya Anda mengambil tanggung jawab penculikan sembilan aktivis?
Di situ saya merasa agak dicurangi dan diperlakukan tidak adil.
Mengamankan enam orang ini kan suatu keberhasilan. Wong orang mau melakukan aksi pengeboman, kita mencegahnya. Mereka merakit 40 bom. Kita mendapatkan 18, ada 22 bom yang masih beredar di masyarakat. Katanya yang 22 itu sudah dibawa ke Banyuwangi. Bom yang meledak di rusun Tanah Tinggi dan di Demak, Jawa Tengah itu kan karena anak-anak itu, para aktivis, nggak begitu ahli merakit bom. Jadi, kurang hati-hati, salah sentuh, meledak. Di Kopassus pun tidak sembarang orang bisa merakit bom. Tidak semua orang bisa. Ini ada spesialisasinya. Saya tidak bisa bikin bom. Jadi kita ini mencegah peledakan bom di tempat-tempat strategis dan pembakaran terminal. Kita harusnya dapat ucapan terima kasih karena melindungi hak asasi masyarakat yang terancam peledakan itu. Soal tiga orang, memang kesalahan. Saya minta maaf pada Haryanto Taslam dan yang lain. Tapi dia juga akhirnya terima kasih. Untung yang menangkap saya. Kan hidup semua. Saya mau bertemu mereka.
Anda pernah berpikir tidak bahwa dokumen atau daftar yang berasal dari rusun Tanah Tinggi itu buatan pihak yang berniat jahat?
Belakangan saya berpikir juga. Jangan-jangan dokumen itu bikinan.
Dalam dokumen itu, seolah-olah ada rapat di rumah Megawati. Saya nggak bisa dan tidak mau menyalahkan anak buah. Saya katakan kepada mereka, you di pengadilan mau ngomong apa aja deh, saya akan ikuti. Saya diadili juga siap. Saya bilang, Haryanto Taslam saya perintahkan nggak untuk ditangkap? Tidak ada. Tapi saya ambil alih tanggung jawab. Di DKP pun saya katakan bahwa anak-anak itu tidak bersalah. Mereka adalah perwira-perwira yang terbaik. Saya tahu persis karena saya komandan mereka. Cek saja rekamannya di DKP. Tapi bahwa mungkin mereka salah menafsirkan, terlalu antusias, sehingga menjabarkan
perintah saya begitu, ya bisa saja. Atau ada titipan perintah dari
yang lain, saya tidak tahu. Intinya, saya mengaku bertanggung jawab.
Apa memang ada pihak yang ikut nimbrung saat itu memberikan perintah?
Bisa saja. Saya tidak tahu. Tapi tetap apa yang sudah terjadi adalah tanggung jawab saya. Tetap itu anak buah saya. Saya kan mesti percaya sama anak buah. Makanya saya nggak apa-apa diberhentikan. Saya nggak heran. Ini risiko saya. Iya kan?
Tapi kalau kemudian saya sudah berhenti, masih diisukan ini, itu,
dibuat begini, begitu. Ah…, saya merasa dikecewakan oleh Pak
Wiranto. Saya merasa harusnya dia tahu situasinya saat itu
bagaimana. Dia tahu kok ada perintah penyelidikan itu. Begitu dia
jadi pangab, saya juga laporkan, sedang ada operasi intelijen, sandi yudha, begini, begitu. Kepada beberapa menteri Pak Harto ngomong bahwa itu operasi intelijen. Tapi begitu Pak Harto tidak berkuasa, situasinya dimanfaatkan oleh perwira yang ingin menyingkirkan saya.
Apa betul AS berkepentingan agar Anda dipecat?
Tidak tahu. Tapi Cohen (Menhan AS William Cohen, Red.) kan ketemu saya juga.
Perintahnya menyelidiki kok bisa kepeleset menculik. Bagaimana itu?
Ya. Tapi dalam operasi intelijen itu kan biasanya kita ambil,
ditanyai, dan kalau bisa terus dia berkerja untuk kita. Kan begitu
prosedurnya. Sudahlah, itu kesalahan teknis, yang kemudian
dipolitisasi. Dan memang waktu itu saya harus dihabisi. Dulu Jenderal Soemitro dituduh terlibat Malari, mau menyaingi Pak Harto. Pak H.R. Dharsono dituduh terlibat kasus Tanjung Priok. Itu politik. Yang kemudian naik orang yang nggak bisa apa-apa, nggak pernah bikin inisiatif dan karenanya tidak pernah bikin salah. Lihat Prancis, itu kan negara yang menjunjung tinggi hak sasai manusia. Tapi, dia ledakkan kapal Greenpeace yang mau masuk ke perairan nasionalnya. Kalau sudah kepentingan nasional dia ledakkan itu.
Anda kan lama di luar negeri, besar di negara yang liberal, dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia. Kok Anda tetap mentolerir gaya penangkapan atau penculikan itu? Bukankah itu menjadi sorotan dunia internasional terhadap penegakan HAM di Indonesia?
Benar. Begini, secara moral, saya tidak salah karena orang-orang itu berniat berbuat kejahatan yang bertentangan dengan hak-hak asasi manusia. Menurut saya membuat aksi pengeboman, membakar terminal, untuk mengorbankan orang-orang tidak berdosa. Mereka justru membahayakan hak asasi manusia orang lain. Tidak bisa dong. Kalau you berbeda dalam politik, you bertempur lewat partai politik. Jangan bikin aksi teror.
Informasi soal rencana pengeboman itu didapat dari interogasi, bukan kita ngarang. Dapat keterangan dari mereka. Anda dengar ancaman bom tiap minggu. Seluruh bank tutup, BI tutup. Korban kepada bangsa bagaimana. Itu aksi destabilisasi. Jadi, jangan salah, untuk menegakkan demokrasi, kita justru harus menjaga keamanan. Tidak bisa demokrasi tanpa keamanan. Itu duty kita, panggilan kita. Tapi, lawan-lawan saya lebih kuat. Punya media massa, punya kemampuan untuk perang psikologi massa.
Kok Anda dulu tidak segera membantah kalau memang merasa tidak bersalah?
Hashim memang menyuruh saya. Kamu harus jawab dong. Saya malas juga. Saya kan tidak berbuat. Saya percaya kebenaran akan muncul. Hashim bilang, “Tidak bisa dong kalau kamu diam berarti kamu mengakui itu benar.” Memang ada teori itu. Teori pengulangan kebohongan. Kalau diulang-ulang terus, orang jadi percaya. Itu teori yang digunakan Hitler kepada rakyat Jerman.
Anda tidak mau nuntut soal pemecatan itu karena tidak ingin
mempermalukan Pak Harto?
Benar, terutama itu. Juga tak ingin mencemari institusi ABRI,
khususnya TNI AD. Bagaimanapun juga Pak Harto jenderal bintang lima. Ini kan tidak baik dalam iklim dan budaya bangsa Indonesia. Apa pun yang terjadi. Ada masalah dilematis, bagaimanapun dia kakek dari anak saya. Itu yang dilematis. Walaupun dia kemudian membenci saya.
Sebelumnya, Prabowo merasa diperlakukan tidak adil kala dipaksa
menyerahkan jabatan sebagai pangkostrad pada 22 Mei 1998. “Saya tak sempat membuat memorandum serah terima jabatan. Istri saya, ketua Persit pun, tak sempat serah terima. Setahu saya, dalam sejarah ABRI, belum pernah ada perwira tinggi dipermalukan oleh institusinya, seperti yang saya alami,” kata Bowo. Dia memang digeser saat situasi politik gojang-ganjing dan Soeharto baru lengser pada 21 Mei 1998. Dugaan yang beredar saat itu, Bowo diganti karena dianggap hendak melancarkan kudeta kepada Habibie. Malam itu, sesudah pergantian presiden pagi harinya, situasi Jakarta memang genting. Sejumlah pasukan berseragam loreng tampak di seputar wilayah Istana Negara, Monas, Jakarta.
Dugaan terjadi pengepungan Istana sempat dibantah habis-habisan oleh Mabes ABRI. Padahal, sejumlah media massa memberitakannya. Kemudian, pada 22 Februari 1999, di depan sejumlah eksekutif pers dalam forum Asia-German Editors, di Istana Merdeka, Presiden Habibie bercerita soal pengepungan itu. Habibie mengaku keluarganya terancam malam itu, dan nyaris diungsikan. “Tidak usah ditutup-tutupi, kita tahulah yang
memimpin konsentrasi pasukan itu, orangnya Prabowo Subianto,” kata Habibie berapi-api. Dia mengaku diberi tahu Wiranto. Pers geger. Prabowo saat itu sudah di luar negeri. Lewat kawan dekatnya, ia membantah.
Dan, dua hari kemudian, dalam sidang di Komisi I DPR RI, Jenderal
Wiranto membantah ucapan Habibie. Menurutnya, itu bukan konsentrasi pasukan, melainkan konsolidasi. Tak ada yang berniat kudeta saat itu. Anehnya, Habibie tak bereaksi atas bantahan Wiranto itu. Sehingga publik makin bingung, mana yang benar, ucapan Habibie atau Wiranto. Benarkah Habibie dapat masukan dari Wiranto? Sebab dalam satu pertemuannya dengan tokoh Dewan Dakwah Islamiyah, 30 Juni 1998, Habibie mengaku diberi tahu soal konsentrasi pasukan itu oleh Letjen TNI Sintong Panjaitan, orang dekat Habibie yang kini menjabat
sesdalopbang.
Setelah berkelana di luar negeri, ketenangan Prabowo terusik oleh
ucapan Habibie itu, yang dikutip oleh pers luar negeri pula. Tapi,
bantahan Wiranto cukup menenangkannya. “Pak Wiranto harus membantah karena memang apa yang diucapkan Habibie tidak benar,” kata Bowo. Menurutnya, semua panglima saat itu menerima perintah dari Mabes ABRI. Saat situasi genting, ada pembagian tugas, bahwa Kopassus dipasrahi mengawal presiden dan wakil presiden, sedangkan Kostrad diminta menjaga objek vital dan strategis. Kata Prabowo, untuk melaksanakan perintah Mabes ABRI itulah sejumlah pasukan berada di sekitar kawasan Istana dan Monas. “Pak Wiranto tahu persis bahwa perintah itu ada. Saksinya banyak, para panglima komando,” kata Bowo
Dalam pemeriksaan di TGPF, ada kesan kegiatan Anda pada 13 Mei 1998 tidak diketahui. Muncul kecurigaan, Anda sedang apa saat itu? Apa sih yang Anda lakukan hari itu?
Saya mulai dari 12 Mei 1998. Malam itu, pukul 20.00 wib, ketika di
rumah Jl. Cendana No. 7, saya ditelepon Sjafrie (pangdam Jaya saat itu, Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin). Kata dia, “Gawat nih Wo, ada mahasiswa yang tewas tertembak.” Saya lalu bergegas ke Makostrad. Saya sudah antisipasi, besok pasti ramai. Maka pasukan saya konsolidasi. Kalau perlu tambahan pasukan kan mesti disiapkan tempatnya. Mau ditaruh di mana mereka. Malam itu saya terus memantau situasi. Lalu, terpikir oleh saya, kelanjutan rencana acara Kostrad di Malang pada 14 Mei 1998. Rencananya inspektur upacara adalah Pangab Wiranto.
Pangkostrad juga harus hadir. Kalau ibu kota genting, apa kita masih pergi juga?
Keesokan harinya, sejak pukul 08.00 wib, saya mengontak Kol. Nur Muis dan menyampaikan usulan agar acara di Malang ditunda. Atau, kehadiran pangab dibatalkan saja karena situasi ibu kota genting. Biar saya saja yang berangkat. Jawaban dari Pak Wiranto yang disampaikan lewat Kol. Nur Muis, acara tetap berlangsung sesuai rencana. Irup tetap Pak Wiranto dan saya selaku pangkostrad tetap hadir. Beberapa opsi usulan saya tawarkan kepada Pak Wiranto, yang intinya agar tidak meninggalkan ibu kota, karena keadaan sedang gawat. Posisi terpenting yang harus diamankan adalah ibu kota. Tapi, sampai sekitar delapan kali saya telepon, keputusan tetap sama. Itu terjadi sampai malam hari.
Jadi, pada 14 Mei, pukul 06.00 wib kita sudah berada di lapangan Halim Perdanakusumah. Saya kaget juga. Panglima utama ada di sana. Danjen Kopassus segala ikut. Saya membatin, sedang genting begini kok seluruh panglima, termasuk panglima ABRI malah pergi ke Malang. Padahal, komandan batalion sekalipun sudah diminta membuat perkiraan cepat, perkiraan operasi, begini, lantas bagaimana setelahnya. Tapi, ya sudah, saya patuh saja pada perintah. Saya ikut ke Malang.
Kembali ke Jakarta sekitar pukul 11.00 wib. Ketika hendak mendarat di Halim, ibu kota terlihat diselimuti asap hitam. Selanjutnya, seperti telah ditulis di berbagai media massa, saya membantu mengingatkan Sjafrie perlunya mengamankan ibu kota lewat patroli dengan panser di sepanjang Jl. Thamrin. Malam harinya, saya bertemu dengan sejumlah
orang di Makostrad. Itu yang kemudian dituduh mau merencanakan kerusuhan. Padahal, di tengah jalan sore itu saya ditelepon, karena Setiawan Djodi dan Bang Buyung Nasution ingin bertemu. Ternyata sudah ada beberapa orang di kantor saya, ada Fahmi Idris, Bambang Widjojanto, dan beberapa orang lain. Itu pertemuan terbuka, membicarakan situasi yang terakhir. Bang Buyung dominan sekali malam itu. Dia banyak bicara. Acara ditutup makan malam dan kemudian kami ada rapat staf di Mabes.
Kalau kemudian surat Muladi mengatakan saya bersalah karena gagal menjaga keselamatan negara sehingga menimbulkan kerusuhan 13-14 Mei, bagaimana ceritanya.
Pangkoops, selaku penanggung jawab keamanan ibu kota adalah Pangdam Sjafrie?
Mestinya iya. Penanggung jawab yang lebih tinggi ya panglima ABRI.
Dalam pemeriksaan di TGPF, mantan Ka BIA Zacky Makarim, konon
mengatakan bahwa sebulan sebelum peristiwa Trisakti, ada perkiraan situasi intelijen versi Anda, yang mengatakan, eskalasi meningkat dan dikhawatirkan akan ada martir di kalangan mahasiswa. Bagaimana Anda sampai pada kesimpulan itu?
Situasinya memang demikian. Aksi mahasiswa kan bukan cuma di Jakarta, melainkan meluas ke daerah. Di Yogyakarta, aksi mahasiswa malah sempat bentrok. Berdasarkan analisis situasi, saya mengingatkan kemungkinan adanya eskalasi yang memanas dan kalau aksi mahasiswa meluas, bukan tidak mungkin jatuh korban atau ada pihak-pihak yang ingin ada korban di pihak mahasiswa. Itu saya ingatkan.
Tapi, justru Anda dituduh bertanggung jawab atas penembakan mahasiswa Trisakti?
Iyalah. Saya ini selalu dituduh. Apa untungnya bagi saya membuat
jatuh korban? Saat itu kan presidennya Pak Harto. Mertua saya. Saya bagian dari status quo itu. Kan begitu tuduhannya. Masak saya membuat situasi agar Pak Harto jatuh. Pak Harto jatuh kan saya jatuh juga. Sejarah kan begitu kejadiannya.
Mungkin Anda ingin menunjukkan bahwa Wiranto tidak kapabel mengamankan
Jakarta?
Tidak ada alasan juga. Motifnya tidak ada.
Bukankah Anda pernah disebut-sebut minta jabatan pangab dan katanya dijanjikan Habibie untuk jadi pangab?
Lebih dari tiga kali Habibie mengatakan kepada saya. “Bowo, kalau
saya jadi presiden, you pangab.” Itu faktanya. Habibie bahkan
mengatakan saya ini sudah dianggap anak ketiganya. Saya memang dekat dengan Habibie, karena saya mengagumi kepandaiannya, visinya. Meskipun sekarang saya kecewa karena dia menuduh saya berbuat sesuatu yang bohong. Saya merasa dikhianati. Bahwa saya ingin jadi pangab, apakah itu salah. Setiap prajurit, tentara, tentu bercita-cita menjadi pangab. Why not? Saya tidak pernah menyembunyikan itu. Bahwa kemudian dipolitisasi, seolah-olah pada saat genting, saat pergantian kepemimpinan 21 Mei 1998 itu, saya minta jadi pangab, silakan saja. Tapi, saya tak pernah minta jadi pangab kepada Habibie.
Benar tidak Anda pernah didesak jadi pangab sekitar 19-20 Mei itu?
Ada yang mendesak. Bahkan ada yang mengusulkan agar saya mengambil alih situasi. Saya tolak. Saya orang yang konstitusional. Wapres masih ada dan sehat. Menhankam/Pangab masih ada. Tidak ada alasan untuk mengambil alih. Kalau saya melakukan kudeta, setelah itu mau apa? Inkonstitusional, tidak demokratis, dan lebih berat lagi, secara psikologis saya ini kan terkait dengan keluarga Pak Harto. Kalau Pak Harto sudah menyerahkan ke Habibie, masak saya mau kudeta? Di luar itu semua, yang terpenting, saya berasal dari keturunan keluarga pejuang. Anda tahu paman saya gugur sebagai pahlawan muda. Kakek saya pejuang. Moyang saya, selalu berjuang melawan penjajah kolonial Belanda.
Bagaimana mungkin saya menodai garis keturunan yang begitu saya banggakan, dengan berpikir mengambil alih kekuasaan secara
inkonstitusional.
Ketika Habibie mengatakan Anda datang menemui Habibie pada 22 Mei 1998, benarkah Anda membawa senjata dan pasukan sehingga Habibie merasa terancam?
Senjata saya tanggalkan di depan pintu. Jangankan menghadap presiden, wong menghadap komandan kompi saja senjata harus dicopot. Bohong besar berita yang mengatakan saya hendak mengancam Habibie.
Jujur saja, kalau memang saya ingin, bisa saja. Jangan meremehkan pasukan Kopassus, tempat saya dibesarkan. Ingat, Pak Sarwo Edhi (almarhum) hanya butuh dua kompi untuk mengatasi situasi saat G-30-S/PKI. Dan anak buah saya memang ada yang sakit hati saya diberhentikan seperti itu. Pataka komando hendak diambil begitu saja tanpa sepengetahuan saya. Saya datang ke Habibie karena sebelumnya dia selalu berkata. “Bowo, kalau ada keragu-raguan, jangan segan-segan menemui saya.” Itulah yang saya lakukan. Menemui Habibie untuk bertanya apakah betul dia ingin mengganti saya dari jabatan pangkostrad. Habibie bilang turuti saja perintah atasan. Ini kemauan ayah mertua kamu juga. Jadi, Pak Harto memang minta saya diganti.
Soal anggapan bahwa para jenderal ingin menyingkirkan Anda, apakah ini disebabkan oleh sikap Anda sebelumnya yang disebut arogan, karena dekat dengan pusat kekuasaan?
Saya akui, itu ciri khas. Dan itu jadi senjata buat yang ingin
menjatuhkan. Tapi kita lihat kepemimpinan itu dari output. Bisa
tidak meraih prestasi kalau prajuritnya tak semangat. Semangat itu
tidak bisa dibeli dengan uang. Kadang-kadang mereka mau mati karena bendera. Kain itu harganya berapa? Tentara Romawi mati-matian demi bendera. Itu kan kebanggaan. Bagaimana? Saya ciptakan teriakan, berapa harganya? Saya dapatkan dari gaya suku dayak. Teriakan panjang itu bisa membangkitkan semangat, mengurangi ketakutan, dan menakutkan musuh. Pakai duit berapa? Tapi hal-hal ini tidak populer di mata the salon officer. Apa nih Prabowo pakai nyanyi-nyanyi segala. Pakai bendera, pakai teriakan. Kenapa orang fanatik membela sepakbola, sampai membakar, ini psikologi massa. Masa kita mau mati karena uang? Buat apa uangnya kalau kita harus mati.
Sebagai menantu presiden saat itu, tentu Anda lebih mudah naik pangkat dibanding yang lain. Ini bikin cemburu juga kan?
Ya, tapi akses kepada penguasa politik. Itu wajar. Jenderal Colin
Powell, peringkat ke berapa dia bisa jadi pangab AS. Dia bekas
sekretaris militer Bush waktu jadi wakil presiden. Jadi, waktu Bush
jadi presiden, dia jadi pangab. Bahwa saya punya akses kepada penguasa politik, saya sependapat. Tapi kan bukan hanya saya. Pak Wiranto kan dari ajudan presiden. Langsung kasdam, langsung pangdam, langsung pangkostrad. Itu kan tuduhan saja kepada saya. Coba dilihat berapa kali saya VC (kontak senjata langsung di medan operasi), berapa kali bertugas di daerah operasi, berapa kali tim saya di Kopassus merebut kejuaraan, berapa kali operasi militer saya selesaikan, apa yang saya buat di Mount Everest itu kan mengangkat bangsa. Berapa saya melatih prajurit komando dari beberapa negara. Itu kan tidak dilihat. Yang
dicari cuma daftar dosa saya. Ya memang kalau you dalam keadaan kalah politik, segala dosa bisa ditemukan. Dia keluar negeri nggak izin, dia ini, dia itu. Semua bisa ketemu. Kalau menang? Itu kan politik.
Jordania, seolah menjadi negara ibu yang kedua bagi Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto. Di Amman, ibu kota Yordania yang terletak di
jazirah Arab, mantan pangkostrad ini tinggal di apartemen. Prabowo, yang dicopot dari jabatan dan kariernya di ABRI, mengaku jatuh cinta pada Jordania tanpa sengaja. “Saat saya disingkirkan oleh ABRI, oleh elite politik di Indonesia, negeri ini menerima saya dengan baik,”
kata dia.
Persahabatannya dengan Raja Abdullah dimulai kala sang raja masih pangeran dan menjadi komandan tentara Jordania. Mereka bertemu di AS, tak lama setelah Prabowo selesai berobat di Jerman, setelah pensiun dari militer tahun lalu. Pangeran Abdullah menyatakan simpati dan mengundangnya mampir ke Amman.
Undangan itu dipenuhi Bowo. Pada hari dan jam yang ditentukan (sekitar pukul satu siang), Prabowo berkunjung ke markas tentara pimpinan Pangeran Abdullah. Terkejut dia karena untuk menyambut kehadirannya telah disiapkan upacara penyambutan tamu secara militer. Padahal Prabowo datang mengenakan busana kasual. Oleh anak buah Pangeran Abdullah, Prabowo “dipaksa” menginspeksi pasukan. Di ujung barisan, Pangeran Abdullah tampak tersenyum-senyum dan memeluk Bowo. “Di sini, Anda tetap jenderal,” bisik Abdullah. Tak lama kemudian, menjelang ayahnya, Raja Hussein mangkat, Abdullah dinobatkan sebagai putra mahkota dan kemudian menjadi Raja Jordania." border="0" class="scaledImageFitWidth img" height="640" src="https://fbcdn-sphotos-b-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xfp1/t1.0-9/p526x296/10168089_779668568712384_7080226955223420138_n.jpg" width="640" /></a></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a007e42acb2849094698">
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a007e42acb2849094698">
<div class="_wk _5rny attachmentUnit">
<div>
<div class="userContentWrapper">
<div>
<span><div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a09f287b854687272511">
Character assasination terhadap <a data-hovercard="/ajax/hovercard/page.php?id=23383061178" href="https://www.facebook.com/PrabowoSubianto">Prabowo Subianto</a>
memang sangat luar biasa. Tak ada hari tanpa cemooh di media massa.
Serangan bertubi-tubi oleh lawan-lawan politiknya, tidak membuat Prabowo
kehilangan kendali. Ia merenung, melihat masa depa<span class="text_exposed_show">n
diri nya. Tak ada tempat buat dirinya lagi di TNI, institusi yang
sangat ia cintai. Tempat ia ,menghabiskan sebagiab besar hidup nya.
Untuk menenangkan diri nya, Prabowo teringat pada sahabat karib nya,
Pangeran Abdullah dari Yordania. Ia memutuskan untuk mengunjungi
sahabat nya itu, meninggalkan Jakarta yang oenuh intrik dan tipu
muslihat.<br /> <br /> Rupa nya sahabat karib nya semasa pendidikan militer
di Amerika, mencermati perkembangan politik di Jakarta. Pangeran
Abdullah melihat Prabowo sedang dijadikan sasaran politik oleh
lawan-lawan nya. dalam sebuah persekongkolan yang sangat sistematis.
Ketika mendengar Prabowo dicopot dari jabatan nya, Raja Abdullah
menawarkan pesawat sewaktu-waktu diperlukan.<br /> <br /> Bagaimanapun
Prabowo yakin bahwa sejka lama musuh-musuh nya telah memutuskan untuk
mengeluarkan ia dari TNI. Persiapan untuk ini tampak nya sudah matang.
Mereka mungkin akan begitu mudah untuk membuat keputusan terhadap hidup
nya. Mereka tahu Prabowo secara psikologis telah berhasil dilemahkan.
Dalam pandangan publik dialah yang bertanggung jawab atas kejahatan yang
baru-baru terjadi.<br /> <br /> Jadi kalau ia korban dari "kejadian"
meracuni secara instan, akankah seseorang mempermasalahkan untuk
kemudian protes? Daripada menghabiskan waktu untuk memikirkan nasib nya
di Jakarta, Prabowo memutuskan ke Yordania. Selanjutnya ia membutuhkan
waktu untuk berfikir untuk meninggalkan ini semua.<br /> <br /> Ketika
Prabowo meninggalkan Indonesia, pada September 1998, ia langsung
berangkat ke Amerika Serikat. Ia ingin mengunjungi putra nya yang sedang
bersekolah di Boston. Ia telah ,mendengar juga bahwa Pangeran Abdullah
sedang berada di Washington DC. Ayahnya, Raja Husein, sedang dirawat di
rumah sakit di ibu kota negara itu. Setelah beberapa kali menelpon,
mereka mengatur pertemuan dan Pangeran Abdullah mengatakan pada Prabowo
bahwa ia akan disambut di Amman kapanpun.<br /> <br /> Suatu hari kemudian
Prabowo terbang menuju Yordania, kota persinggahan yang baru. Ia telah
memberitahukan bahwa diri nya sedang dalam proses menjelang pensiun dari
militer. Ia telah memikirkan diri nya sebagai seorang sipil walaupun
secara resmi Markas Besar AD belum menerbitkan surat pensiun nya waktu
itu. Dia memutuskan untuk melewati pintu gerbang resmi di bandara.<br /> <br />
Suatu hari, ketika sedang berada di hotel nya di Amman, Prabowo
mendapatkan pesan resmi yang menyatakan bahwa ia diundang ke Markas
Angkatan Bersenjata Yordania. Pangeran Abdullah akan menerima nya sore
hari dan sebuah mobil akan menjemputnya di hotel. Prabowo menggunakan
pakaian sipil. Ia pernah mengunjungi markas tentara Yordania tetapi kini
ia merasa bukan lagi seorang perwira.<br /> <br /> Prabowo datang sedikit
terlambat, dan saat sampai di gerbang, ia melihat barisan ganda pasukan
yang membntuk penjagaan khusus kehormatan. Prabowo yakin bahwa
pengunjung lain akan datang di waktu yang sama.<br /> <br /> Ia keluar dari mobil dan segera berjalan menuju pintu samping. Segera satu-dua perwira berseragam mendatangi nya.<br /> <br /> " Tidak Jenderal, tidak. anda harus lewat jalan ini untuk inspeksi Pengawal. "<br /> <br />
Terkejut dan merasa terhormat, memeriksa barisan mengesankan Pasukan
Bedouin. Pangeran Abdullah datang dan berkata pada nya sambil tertawa
ringan:<br /> <br /> " Bagi kami, anda tetap seorang Jendral ".</span></div>
</span><span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span></div>
<div>
<span class="userContentSecondary fcg"> </span> </div>
</div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix belowUnitContent">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"10201179630012605"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201179630012605&set=a.1117305192596.16235.1825996501&type=1&relevant_count=1" rel="theater"><div class="letterboxedImage photoWrap verticallyCentered" style="height: 283px; width: 504px;">
<div class="uiScaledImageContainer scaledImage" style="clear: left; float: left; height: 282px; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; margin-top: -141px; width: 504px;">
<img alt="Foto: Character assasination terhadap Prabowo Subianto memang sangat luar biasa. Tak ada hari tanpa cemooh di media massa. Serangan bertubi-tubi oleh lawan-lawan politiknya, tidak membuat Prabowo kehilangan kendali. Ia merenung, melihat masa depan diri nya. Tak ada tempat buat dirinya lagi di TNI, institusi yang sangat ia cintai. Tempat ia ,menghabiskan sebagiab besar hidup nya. Untuk menenangkan diri nya, Prabowo teringat pada sahabat karib nya, Pangeran Abdullah dari Yordania. Ia memutuskan untuk mengunjungi sahabat nya itu, meninggalkan Jakarta yang oenuh intrik dan tipu muslihat.
Rupa nya sahabat karib nya semasa pendidikan militer di Amerika, mencermati perkembangan politik di Jakarta. Pangeran Abdullah melihat Prabowo sedang dijadikan sasaran politik oleh lawan-lawan nya. dalam sebuah persekongkolan yang sangat sistematis. Ketika mendengar Prabowo dicopot dari jabatan nya, Raja Abdullah menawarkan pesawat sewaktu-waktu diperlukan.
Bagaimanapun Prabowo yakin bahwa sejka lama musuh-musuh nya telah memutuskan untuk mengeluarkan ia dari TNI. Persiapan untuk ini tampak nya sudah matang. Mereka mungkin akan begitu mudah untuk membuat keputusan terhadap hidup nya. Mereka tahu Prabowo secara psikologis telah berhasil dilemahkan. Dalam pandangan publik dialah yang bertanggung jawab atas kejahatan yang baru-baru terjadi.
Jadi kalau ia korban dari "kejadian" meracuni secara instan, akankah seseorang mempermasalahkan untuk kemudian protes? Daripada menghabiskan waktu untuk memikirkan nasib nya di Jakarta, Prabowo memutuskan ke Yordania. Selanjutnya ia membutuhkan waktu untuk berfikir untuk meninggalkan ini semua.
Ketika Prabowo meninggalkan Indonesia, pada September 1998, ia langsung berangkat ke Amerika Serikat. Ia ingin mengunjungi putra nya yang sedang bersekolah di Boston. Ia telah ,mendengar juga bahwa Pangeran Abdullah sedang berada di Washington DC. Ayahnya, Raja Husein, sedang dirawat di rumah sakit di ibu kota negara itu. Setelah beberapa kali menelpon, mereka mengatur pertemuan dan Pangeran Abdullah mengatakan pada Prabowo bahwa ia akan disambut di Amman kapanpun.
Suatu hari kemudian Prabowo terbang menuju Yordania, kota persinggahan yang baru. Ia telah memberitahukan bahwa diri nya sedang dalam proses menjelang pensiun dari militer. Ia telah memikirkan diri nya sebagai seorang sipil walaupun secara resmi Markas Besar AD belum menerbitkan surat pensiun nya waktu itu. Dia memutuskan untuk melewati pintu gerbang resmi di bandara.
Suatu hari, ketika sedang berada di hotel nya di Amman, Prabowo mendapatkan pesan resmi yang menyatakan bahwa ia diundang ke Markas Angkatan Bersenjata Yordania. Pangeran Abdullah akan menerima nya sore hari dan sebuah mobil akan menjemputnya di hotel. Prabowo menggunakan pakaian sipil. Ia pernah mengunjungi markas tentara Yordania tetapi kini ia merasa bukan lagi seorang perwira.
Prabowo datang sedikit terlambat, dan saat sampai di gerbang, ia melihat barisan ganda pasukan yang membntuk penjagaan khusus kehormatan. Prabowo yakin bahwa pengunjung lain akan datang di waktu yang sama.
Ia keluar dari mobil dan segera berjalan menuju pintu samping. Segera satu-dua perwira berseragam mendatangi nya.
" Tidak Jenderal, tidak. anda harus lewat jalan ini untuk inspeksi Pengawal. "
Terkejut dan merasa terhormat, memeriksa barisan mengesankan Pasukan Bedouin. Pangeran Abdullah datang dan berkata pada nya sambil tertawa ringan:
" Bagi kami, anda tetap seorang Jendral "." class="scaledImageFitWidth img" height="356" src="https://scontent-a-sin.xx.fbcdn.net/hphotos-xfp1/t1.0-9/s526x296/10255611_10201179630012605_7435511171295459815_n.jpg" style="top: 0px;" width="640" /></div>
</div>
</a></div>
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a007e42acb2849094698">
</div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a007e42acb2849094698">
Pemberhentian dengan hormat Letnan Jenderal TNI Prabowo Subianto.<br /> <br />
Isu Prabowo dipecat dari TNI merebak luas seiring pencalonan Prabowo
Subianto menjadi Presiden 2014-2019. Masyarakat perlu mengetahui, apa
yang sebenarnya terjadi agar semu<span class="text_exposed_show">a
menjadi terang benderang. Pentingnya klarifikasi ini agar rakyat
Indonesia bisa memilih presiden 9 Juli nanti dengan hati dingin dan
jernih, tidak dikotori oleh kampanye hitam.<br /> <br /> Dalam PP no 39
tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit TNI, UU no. 34 tahun 2004
tentang TNI pasal 54, pemberhentian itu bisa berupa pemberhentian dengan
hormat dan pemberhentian dengan tidak hormat.<br /> <br /> Kronologi Pemberhentian Prabowo Subianto<br /> Panglima ABRI Jendral TNI Wiranto membentuk Dewan Kehormatan Perwira (DKP) pada tanggal 3 Agustus 1998.<br /> <br /> Ketua Jenderal TNI Subagyo HS (selaku KSAD),<br /> Wakil ketua:<br /> - Letjen TNI Fachrul Razi (Kasum ABRI)<br /> - Letjen TNI Yusuf Kartanegara (Irjen Dephankam).<br /> <br /> Anggota<br /> - Letjen TNI Soesilo Bambang Yudhoyono (Kassospol ABRI),<br /> - Letjen TNI Agum Gumelar (Gubernur Lemhanas),<br /> - Letjen TNI Djamiri Chaniago (Pangkostrad)<br /> - Laksdya TNI Achmad Sutjipto (DanjenAkabri).<br /> <br />
Hasil sidang DKP ini memberikan rekomendasi kepada presiden (BJ
Habibie) untuk memberhentikan Letjend Prabowo Subianto dari dinas aktif
militer yang di umumkan pada tanggal 24 Agustus 1998.<br /> <br /> Sidang
Keputusan Dewan kehormatan Perwira dilakukan tertutup, sehingga publik
tidak punya akses terhadap dokumen keputusan DKP ini, namun pada tanggal
20 November 1998 Presiden BJ. Habibie menandatangani Surat Pensiun
untuk Prabowo.<br /> <br /> Pemberhentian dengan Pensiun = Pemberhentian dengan Hormat<br /> Dari proses ini pemberhentian Prabowo ini adalah pemberhentian dengan hormat/ pensiun.<br /> <br /> Karena Jika Seorang Prajurit TNI diberhentikan tidak dengan hormat maka otomatis dia akan kehilangan hak pensiunnya.<br /> <br /> Seperti dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pertahanan no. 32 tahun 2013 pasal 28 berbunyi:<br /> <br />
“Hak yang diperoleh Prajurit TNI yang Diberhentikan Tidak Dengan Hormat
tidak diberikan rawatan purnadinas kecuali Santunan Nilai Tunai
Asuransi dari PT. ASABRI dan pengembalian Tabungan Wajib Perumahan
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku“. <br /> <br /> Rawatan Purnadinas di sini adalah salah satunya menyangkut pensiun.<br /> <br /> Hak Prajurit yang Diberhentikan Dengan Hormat<br />
Menurut UU no.34 tahun 2004 tentang TNI pasal 51 ayat (1) Prajurit yang
diberhentikan dengan hormat memperoleh rawatan dan layanan purnadinas.
dilanjutkan dengan ayat (2) Rawatan dan layanan purnadinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi pensiun, tunjangan bersifat pensiun,
tunjangan atau pesangon dan rawatan kesehatan.<br /> <br /> Menurut PP no.
39 Tahun 2010 pasal 59 berbunyi: “Prajurit yang diberhentikan dengan
hormat dari Dinas Keprajuritan, berkewajiban:<br /> a. memelihara dan
tidak menyalahgunakan perlengkapan perorangan yang diperolehnya“.
Kemudian dilanjutkan dengan Pasal 61 ayat (1) Prajurit yang
diberhentikan dengan hormat dari Dinas Keprajuritan, pada acara tertentu
dapat menggunakan sebutan pangkatnya yang terakhir, mengenakan pakaian
seragam TNI, dan mendapat perlakuan protokoler.<br /> <br /> Fakta Prabowo Diberhentikan dengan Hormat/ Pensiun<br />
Fakta-fakta yang dapat ditemui yang mendukung bahwa Prabowo Subianto
diberhentikan secara hormat oleh Presiden BJ Habibie, bukan dipecat
tidak hormat (Lihat foto)<br /> <br /> 1. PRABOWO MENGGUNAKAN PANGKAT TERAKHIR LETJEN (PURN)<br />
Dalam berbagai kesempatan nama Letnan Jenderal TNI (pur) Prabowo
Subianto, selalu dipergunakan. hal ini berarti bahwa Prabowo berhak
menggunakan pangkat terakhirnya dengan tambahan purnawiran yang dapat
diartikan sebagai Purnawirawan (pensiunan) TNI berpangkat terakhir
Letnan Jendral.<br /> <br /> 2. MENDAPATKAN UANG PENSIUN<br /> <br /> Prabowo-menyebut-jumlah-uang-pensiunnya<br /> <br />
Dalam beberapa kesempatan, prabowo menceritakan mengenai uang pensiun
bulanannya. Seperti saat menjadi pembicara di forum Indonesian Young
Leaders Forum 2013 yang digelar HIPMI di Ballroom Pasific Place,
Jakarta, Prabowo dengan santai menyebut jumlah gaji pensiun yang ia
peroleh setiap bulannya. “Pensiunan seorang letnan jenderal seperti saya
itu Rp 3,7 juta sebulan,” demikian prabowo mengungkapkan. (tempo.co).<br /> <br /> 3. ATRIBUT BENDERA PERWIRA TINGGI (RAPATI)<br />
Di ruang kerjanya prabowo memajang dua bender yang satu bendera merah
putih disampingnya ada bendera merah dengan bintang emas tiga buah?
Bendera negara manakah itu? itu adalah bender perwira tinggi, karena
pangkat terakhir Prabowo adalah letnan jenderal, sehingga berhak
mendapatkan atribut bendera perwira tinggi (Rapati).<br /> <br /> 4. MENGGUNAKAN ATRIBUT PANGKAT DALAM ACARA RESMI<br />
Sebagai bukti lagi bahwa prabowo dianggap pensiun atau diberhentikan
dengan hormat adalah, prabowo diundang dalam acara-acara tertentu di
kesatuan tempat dia berkarir dahulu dan menggunakan atribut panglima
tingginya sebagai mana layaknya purnawirawan yang lain. Misalnya pada
acara HUT Kopassus ke-61 di markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur,
Selasa 16 April 2013. Dalam acara ini Prabowo menggunakan baret merah
dengan lambang kopassus dan bintang tiga yang menandakan sebagai perwira
tinggi berpangkat Letnan Jendral (purn).</span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a007e42acb2849094698">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
<div class="text_exposed_root text_exposed" id="id_538a007e42acb2849094698">
<span class="text_exposed_show"> </span></div>
</span><span class="userContentSecondary fcg"></span> </div>
</div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix belowUnitContent">
<a class="photo photoWidth1" data-ft="{"tn":"E"}" data-gt="{"fbid":"10201278118114746"}" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10201278118114746&set=a.1117305192596.16235.1825996501&type=1&relevant_count=1" rel="theater"><div class="letterboxedImage photoWrap" style="height: 390px; width: 504px;">
<div class="uiScaledImageContainer scaledImage" style="clear: left; float: left; height: 390px; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; width: 503px;">
<img alt="Foto: Pemberhentian dengan hormat Letnan Jenderal TNI Prabowo Subianto.
Isu Prabowo dipecat dari TNI merebak luas seiring pencalonan Prabowo Subianto menjadi Presiden 2014-2019. Masyarakat perlu mengetahui, apa yang sebenarnya terjadi agar semua menjadi terang benderang. Pentingnya klarifikasi ini agar rakyat Indonesia bisa memilih presiden 9 Juli nanti dengan hati dingin dan jernih, tidak dikotori oleh kampanye hitam.
Dalam PP no 39 tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit TNI, UU no. 34 tahun 2004 tentang TNI pasal 54, pemberhentian itu bisa berupa pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian dengan tidak hormat.
Kronologi Pemberhentian Prabowo Subianto
Panglima ABRI Jendral TNI Wiranto membentuk Dewan Kehormatan Perwira (DKP) pada tanggal 3 Agustus 1998.
Ketua Jenderal TNI Subagyo HS (selaku KSAD),
Wakil ketua:
- Letjen TNI Fachrul Razi (Kasum ABRI)
- Letjen TNI Yusuf Kartanegara (Irjen Dephankam).
Anggota
- Letjen TNI Soesilo Bambang Yudhoyono (Kassospol ABRI),
- Letjen TNI Agum Gumelar (Gubernur Lemhanas),
- Letjen TNI Djamiri Chaniago (Pangkostrad)
- Laksdya TNI Achmad Sutjipto (DanjenAkabri).
Hasil sidang DKP ini memberikan rekomendasi kepada presiden (BJ Habibie) untuk memberhentikan Letjend Prabowo Subianto dari dinas aktif militer yang di umumkan pada tanggal 24 Agustus 1998.
Sidang Keputusan Dewan kehormatan Perwira dilakukan tertutup, sehingga publik tidak punya akses terhadap dokumen keputusan DKP ini, namun pada tanggal 20 November 1998 Presiden BJ. Habibie menandatangani Surat Pensiun untuk Prabowo.
Pemberhentian dengan Pensiun = Pemberhentian dengan Hormat
Dari proses ini pemberhentian Prabowo ini adalah pemberhentian dengan hormat/ pensiun.
Karena Jika Seorang Prajurit TNI diberhentikan tidak dengan hormat maka otomatis dia akan kehilangan hak pensiunnya.
Seperti dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pertahanan no. 32 tahun 2013 pasal 28 berbunyi:
“Hak yang diperoleh Prajurit TNI yang Diberhentikan Tidak Dengan Hormat tidak diberikan rawatan purnadinas kecuali Santunan Nilai Tunai Asuransi dari PT. ASABRI dan pengembalian Tabungan Wajib Perumahan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku“.
Rawatan Purnadinas di sini adalah salah satunya menyangkut pensiun.
Hak Prajurit yang Diberhentikan Dengan Hormat
Menurut UU no.34 tahun 2004 tentang TNI pasal 51 ayat (1) Prajurit yang diberhentikan dengan hormat memperoleh rawatan dan layanan purnadinas. dilanjutkan dengan ayat (2) Rawatan dan layanan purnadinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi pensiun, tunjangan bersifat pensiun, tunjangan atau pesangon dan rawatan kesehatan.
Menurut PP no. 39 Tahun 2010 pasal 59 berbunyi: “Prajurit yang diberhentikan dengan hormat dari Dinas Keprajuritan, berkewajiban:
a. memelihara dan tidak menyalahgunakan perlengkapan perorangan yang diperolehnya“. Kemudian dilanjutkan dengan Pasal 61 ayat (1) Prajurit yang diberhentikan dengan hormat dari Dinas Keprajuritan, pada acara tertentu dapat menggunakan sebutan pangkatnya yang terakhir, mengenakan pakaian seragam TNI, dan mendapat perlakuan protokoler.
Fakta Prabowo Diberhentikan dengan Hormat/ Pensiun
Fakta-fakta yang dapat ditemui yang mendukung bahwa Prabowo Subianto diberhentikan secara hormat oleh Presiden BJ Habibie, bukan dipecat tidak hormat (Lihat foto)
1. PRABOWO MENGGUNAKAN PANGKAT TERAKHIR LETJEN (PURN)
Dalam berbagai kesempatan nama Letnan Jenderal TNI (pur) Prabowo Subianto, selalu dipergunakan. hal ini berarti bahwa Prabowo berhak menggunakan pangkat terakhirnya dengan tambahan purnawiran yang dapat diartikan sebagai Purnawirawan (pensiunan) TNI berpangkat terakhir Letnan Jendral.
2. MENDAPATKAN UANG PENSIUN
Prabowo-menyebut-jumlah-uang-pensiunnya
Dalam beberapa kesempatan, prabowo menceritakan mengenai uang pensiun bulanannya. Seperti saat menjadi pembicara di forum Indonesian Young Leaders Forum 2013 yang digelar HIPMI di Ballroom Pasific Place, Jakarta, Prabowo dengan santai menyebut jumlah gaji pensiun yang ia peroleh setiap bulannya. “Pensiunan seorang letnan jenderal seperti saya itu Rp 3,7 juta sebulan,” demikian prabowo mengungkapkan. (tempo.co).
3. ATRIBUT BENDERA PERWIRA TINGGI (RAPATI)
Di ruang kerjanya prabowo memajang dua bender yang satu bendera merah putih disampingnya ada bendera merah dengan bintang emas tiga buah? Bendera negara manakah itu? itu adalah bender perwira tinggi, karena pangkat terakhir Prabowo adalah letnan jenderal, sehingga berhak mendapatkan atribut bendera perwira tinggi (Rapati).
4. MENGGUNAKAN ATRIBUT PANGKAT DALAM ACARA RESMI
Sebagai bukti lagi bahwa prabowo dianggap pensiun atau diberhentikan dengan hormat adalah, prabowo diundang dalam acara-acara tertentu di kesatuan tempat dia berkarir dahulu dan menggunakan atribut panglima tingginya sebagai mana layaknya purnawirawan yang lain. Misalnya pada acara HUT Kopassus ke-61 di markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Selasa 16 April 2013. Dalam acara ini Prabowo menggunakan baret merah dengan lambang kopassus dan bintang tiga yang menandakan sebagai perwira tinggi berpangkat Letnan Jendral (purn)." class="img" height="390" src="https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xfp1/t1.0-9/s526x395/10358891_10201278118114746_8616132706411559584_n.jpg" style="left: 0px;" width="504" /></div>
</div>
</a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-27799719899073986022014-05-27T10:29:00.000-07:002014-05-27T10:32:47.936-07:00Pelanggaran HAM Tanjungpriok: Hakim Vonis Butar Butar 10 TahunMajelis hakim memvonis vonis 10 tahun penjara bagi mantan Komandan Kodim
0502 Jakarta Utara, Mayjen (Purn) Rudolf Adolf Butar Butar. Ini kasus
pelanggaran HAM Tanjungpriok pertama yang diputus.<br />
<span class="subtitle">(Hukum Online.com - Sabtu, 01 Mei 2004)</span><br />
<br />
Putusan pertama dari rangkaian kasus
pelanggaran HAM Tanjungpriok dibacakan di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat (30/04). Terdakwa kasus pelanggaran berat HAM, Mayjen (Purn)
Rudolf Adolf Butar Butar yang bertindak sebagai Dandim 0502 tahun 1984
terbukti bersalah.
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Untuk itu, Majelis Hakim yang diketuai Cicut Sutiarso memvonis Butar Butar dengan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>10 tahun penjara. Dalam pertimbangannya, Majelis Hakim menjelaskan bahwa dakwaan pertama dan kedua dari JPU <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ad hoc</i> Muhammad Yusuf terbukti. Dalam dakwaan pertama JPU tersebut menyebutkan tentang adanya pembunuhan yang mengakibatkan 23 orang meninggal dunia.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Butar Butar terbukti
melanggar pasal 42 (2) a dan b Undang-undang No.26 tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM. Menurut majelis, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap
selama persidangan, jelas menunjukkan adanya pembunuhan terhadap warga
negara sipil. Saat itu, terdakwa mengetahui benar pasukan regu III
Arhanudse melakukan penembakan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Kejadian malam hari 12 September 20 tahun lalu itu sebenarnya juga menimbulkan
korban di pihak militer. Namun, kalau warga sipil yang tewas sampai 23
orang, di pihak militer hanya dua orang anggota regu III Arhanudse
mengalami luka-luka. Luka yang diderita pun hanya sebatas luka bekas lemparan batu dan luka gigitan. Tidak ada luka bacokan atau ditombak.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Namun, Majelis berpendapat dakwaan JPU tentang adanya perampasan kemerdekaan tidak terbukti. Mereka yang ditahan di Makodim 0502 bukanlah perampasan kemerdekaan tetapi bagian dari proses, ujar Cicut. Untuk itu dakwaan ketiga JPU tidak terbukti. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Butar Butar yang dianggap
telah berbakti dan berjasa kepada negara menjadi salah satu
pertimbangan hakim untuk meringankan hukuman. Selain itu beberapa
keluarga korban telah memaafkan terdakwa, khususnya setelah adanya islah
antar kedua belah pihak.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Setelah mendengar
putusan hakim, kuasa hukum Butar Butar langsung mengajukan
banding.Tidak ada pelanggaran HAM berat disini, tidak ada unsur-unsur
meluas maupun direncanakan, ujar Yan Juanda Saputra salah satu kuasa
hukum mayor jendral purnawirawan ini.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Butar Butar sendiri<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>enggan
mengomentari vonis terhadap dirinya. Kendatipun demikian, ia menyatakan
kekecewaannya. Ya saya kecewa, karena fakta sesungguhnya saya yang ada
di lapangan ujarnya. Ia menyerahkan semua keputusannya pada hakim tanpa
mencurigai adanya muatan politis tertentu di balik vonis terhadap
dirinya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;">Beri kompensasi</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Selain menghukum Butar
Butar dengan hukuman 10 tahun, dalam amar putusannya majelis
mengharuskannya membayar kompensasi kepada keluarga korban kasus
Tanjungpriok tersebut. Pembayaran kompensasi merupakan perintah dari
pasal 35 UU No.26 Tahun 2000, ujar Cicut di dalam putusannya. Butar
Butar menyetujui dengan pemberian kompensasi untuk keluarga korban.
Namun, belum ditentukan berapa besar jumlah kompensasi tersebut.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Di akhir persidangan, nampak AM Fatwa�salah seorang korban peristiwa Tanjungpriok hadir.
Saya puas dengan persidangan ini, ujar Fatwa. Fungsionaris Partai
Amanat Nasional ini tidak mempersoalkan vonis hakim tersebut. Yang
penting orang-orang yang bersangkutan sudah bisa ditindak. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Sama halnya dengan
Fatwa, Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS)
menyatakan putusan yang memiliki arti penting. Dari putusan tersebut
telah menunjukan sikap keberanian majelis hakim. Namun, beberapa hal
masih kurang. Putusan tersebut dinilai sifatnya bukan serta merta yang
bisa langsung dieksekusi. Selain itu, putusan tersebut tidak
menyinggung-nyinggung soal restitusi dan rehabilitasi.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-10205996251359548602014-05-27T10:21:00.002-07:002014-05-27T10:21:46.244-07:00LB Mordani, Kader Jesuit Yang Memusuhi Islam
<br />
<header>
<span class="theauthor single-postmeta"><br /><span class="post_date"></span></span>
</header>
<img alt="Benny-Moerdani" class="alignleft size-full wp-image-3947" height="320" src="http://kisahislami.com/wp-content/uploads/2013/02/Benny-Moerdani.jpg" style="margin: 5px;" width="218" /><br />
Benny
Moerdani dikenal sangat memusuhi umat Islam. Benny diduga berada di
balik tragedi berdarah Tanjung Priok, 1984. Pada masanya, militer
Indonesia pernah dilatih di Israel.<br />
Raut wajahnya keras dan kaku. Terkesan angker dan tak bersahabat.
Itulah Leonardus Benjamin “Benny” Moerdani, sosok jenderal militer pada
masa Orde Baru yang dikenal sangat benci Islam dan kaum Muslimin.<br />
Benny Moerdani adalah orang kepercayaan Ali Moertopo. Benny sudah
dipersiapkan jauh-jauh hari oleh Moertopo untuk menggantikannya dalam
menjalankan tugas mengawasi bahaya “ekstrem kanan”, yang tak lain adalah
gerakan Islam.<br />
Benny Moerdani lahir di Cepu, 2 Oktober 1932. Di kalangan Katolik,
jenderal yang dikenal ahli intelijen ini sangat dibangga-banggakan.
Benny bisa dibilang sebagai representasi kelompok Katolik yang mempunyai
posisi penting dalam lingkaran militer dan kekuasaan Orde Baru pada
masa lalu.<br />
Sebagai kader Moertopo, Benny pernah diangkat menjadi wakilnya ketika terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia.<br />
Ia juga termasuk sosok yang terlibat dalam pembentukan Centre for
International Studies (CSIS), sebuah lembaga think-tank yang sangat
dekat dengan Orde Baru, didukung oleh para birokrat Kejawen dan
pengusaha etnik Cina yang saat itu membangun gurita dalam lingkar elit
kekuasaan Orde Baru.<br />
Di kalangan tentara Muslim, Benny Moerdani dikenal sangat tidak
aspiratif terhadap kelompok Islam. Almarhum mantan Kepala Badan
Koordinasi Intelijen Negara (Ka-BAKIN), Letjend TNI Z.A Maulani pernah
mengatakan, pada masa Benny Moerdani menjadi panglima ABRI, sangat sulit
mendapatkan masjid atau mushalla di komplek dan barak-barak militer.<br />
Keberadaan tempat ibadah umat Islam tersebut dikontrol begitu ketat.
Bahkan, pada masa itu banyak tentara Muslim yang tidak berani
mengucapkan “Asssalamu’alaikum” ketika berada di lingkungan militer.<br />
Benny pernah melontarkan pernyataan kontroversial yang melarang umat
Islam mengucapkan salam. Dalam sebuah rapat kabinet bidang Polkam, Jaksa
Agung Ali Said pernah dibentak oleh Benny karena mengucapkan “salam”
dalam rapat tersebut. “Indonesia bukan negara Islam, tak perlu ucapkan
salam,” bentaknya saat itu.<br />
Peristiwa pembajakan pesawat yang disebut-sebut sebagai bagian dari
operasi kelompok jihad, juga digagalkan atas peran Moerdani. Ia terlibat
dalam aksi pembebasan para sandera dan penangkapan orang-orang yang
dianggap sebagai “teroris” atau “ekstrem kanan” ketika itu.<br />
Pasca Peristiwa 15 Januari 1974 (Malari) yang diduga kuat melibatkan
operasi intelijen Ali Moertopo, Presiden Soeharto memanggil Moerdani
yang ketika itu sedang bertugas sebagai konsulat di KBRI Korea Selatan
untuk datang menghadap.<br />
Belakangan diketahui, pemanggilan Moerdani ke Jakarta oleh Presiden
Soeharto adalah hasil lobi-lobi Ali Moertopo untuk menempatkan kader
pentingnya di lingkaran presiden.<br />
Dengan diantar oleh Moertopo, Moerdani kemudian bertemu Pak Harto.
Setelah pertemuan, Moerdani kemudian diangkat oleh Soeharto sebagai
Ketua G-1 Intelijen Hankam yang bertugas mengendalikan seluruh intelijen
di Angkatan Darat dan kepolisian. Selain itu Moerdani juga
diperbantukan untuk BAKIN.<br />
Karir militer Benny Moerdani terus melesat, meskipun ketika itu umat
Islam mulai mencurigai sepak terjangnya yang sangat antipati terhadap
aspirasi Islam.<br />
Benny Moerdani dilibatkan dalam menangani intelijen Kopkambtib dan
diangkat menjadi Ketua Satuan Tugas Intelijen, sebuah lembaga yang
dikenal sangat angker dan ditakuti pada masa Orde Baru.<br />
Para ulama, khatib, mubaligh dan aktivis Islam pernah merasakan
bagaimana bengisnya lembaga ini dalam memosisikan Islam sebagai ancaman
dan lawan. Moerdani bahkan diduga berada di balik perpecahan Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI), sehingga terbentuklah dua HMI: HMI Dipo dan HMI
MPO.<br />
Tahun 1983, ketika Benny Moerdani diangkat sebagai Panglima ABRI
menggantikan Jenderal M. Yusuf, umat Islam makin khawatir dengan sepak
terjangnya.<br />
Moerdani kemudian melakukan berbagai upaya restrukturisasi secara
drastis, dengan menempatkan tentara-tentara yang Nasrani dalam jajaran
penting di militer.<br />
Benny Moerdani juga dicurigai dalam menjegal karir para perwira ABRI
Muslim. Tak heran, jika ada yang menyebut telah terjadi kristenisasi di
tubuh ABRI di bawah kepemimpinan Benny Moerdani.<br />
Dalam persepsi Benny Moerdani, semua gerakan Islam adalah ancaman, sebagaimana DI/TII pada masa lalu yang kemudian ditumpas.<br />
Benny Moerdani yang pernah terlibat dalam operasi menumpas DI/TII dan
PRRI/Permesta tidak bisa membuang persepsi negatif terhadap gerakan
Islam, sehingga menjadikan Islam sebagai ancaman yang membahayakan
keutuhan NKRI.<br />
Berbeda dengan Ali Moertopo yang kerap pamer kekuasaan, Benny justru
dikenal sebagai sosok yang misterius dan penuh rahasia. Meski sama-sama
haus kekuasaan, Bennyi bermain “cantik” untuk menjalankan obesesinya
tersebut.<br />
Sebagai orang yang malang melintang di dunia intelijen, segala
tindakan ia perhitungkan dengan matang dan sangat tertutup. Bahkan ihwal
tentara yang sering kali di latih di Israel pun, pada masa Benny
Moerdani tidak terungkap, tertutup rapat.<br />
Di kalangan tentara Muslim, isu tentang militer yang dilatih di Israel pada masa Benny Moerdani sudah santer terdengar.<br />
Benny menyadari posisinya sebagai bagian dari kelompok minoritas di
Indonesia. Itu membuanya sulit untuk menggapai puncak kekuasaan di
republik ini.<br />
Karena itu, dengan kelihaiannya ia berperan sebagai king maker, orang
yang mempengaruhi pihak yang berkuasa. Kepada perwira kopassus di akhir
tahun 1980-an Benny pernah berseloroh, “Buat apa jadi orang yang
berkuasa, jika bisa dengan tanpa risiko kita mengontrol orang yang
berkuasa.”<br />
Karena itu, Benny membuat strategi agar orang yang berkuasa nanti,
meskipun berasal dari kalangan Islam, namun bisa dengan leluasa ia atur.<br />
Itulah yang menyebabkan ia menjegal habis-habisan langkah Soedharmono
untuk menjadi wakil presiden, karena Sudharmono bukan sosok yang bisa
ia atur, di samping, menurutnya, Soedharmono dekat dengan kalangan
santri. Benny kemudian menjadikan Naro sebagai calon wakil presiden yang
ia gadang.<br />
Benny juga dikenal lihai dalam mendekati kelompok Islam yang pernah
memendam kekecewaan dengan Masyumi. Ia melakukan politik belah bambu
dengan mendekati kiai dari kelompok Nahdlatul Ulama (NU), dan menginjak
kelompok lain yang berseberangan dengan NU.<br />
Pertentangan antara NU sebagai kelompok tradisionalis Islam dengan
kelompok Masyumi sebagai santri modernis ia pertajam. Karenanya, Benny
kerap bersafari dari pesantren ke pesantren NU dengan Abdurrahman Wahid
alias Gus Dur untuk melakukan politik pecah belah tersebut.<br />
Safari bersama dilakukan Benny dan Gus Dur di tengah kecaman umat
Islam yang menuntut Benny bertanggung jawab dalam tragedy pembantaian
umat Islam Tanjung Priok, di Jakarta pada 12 September 1984.<br />
Saat peristiwa Priok, Benny sedang berada di Jakarta. Bahkan pada
tengah malam usai tragedi pembantantaian, Benny sudah berada di lokasi
kejadian.<br />
Pada dini harinya ia langsung meluncur ke rumah sakit dan sempat
menghitung jumlah mayat yang tergeletak di rumah sakit. Anehnya, sampai
akhir hayatnya, Benny Moerdani sama sekali tidak tersentuh hukum dalam
tragedi berdarah ini.<br />
Benny & Try Sutrisno pasca Peristiwa Priok Leonardus Benny Moerdani
meninggal di Jakarta, pada 29 Agustus 2004 dalam usia 72 tahun, karena
menderita stroke. Kepergiannya mendapatkan penghormatan yang luar biasa
di kalangan militer.<br />
Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Bendera
setengah tiang selama tujuh hari dikibarkan di lingkungan
militer. Setelah Moerdani tiada, siapakah sosok intelijen anti Islam
yang menggantikannya? (salam-online.com)<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-55638453114020296002014-05-27T10:13:00.000-07:002014-05-27T10:13:03.042-07:00Kronologi Tragedi Tanjung Priok Berdarah 1984 oleh Saksi Mata Ust. Abdul Qadir Djaelani<div style="text-align: justify;">
Abdul Qadir Djaelani adalah salah seorang
ulama yang dituduh oleh aparat keamanan sebagai salah seorang dalang
peristiwa Tanjung Priok. Karenanya, ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam
penjara. Sebagai seorang ulama dan tokoh masyarakat Tanjung Priok,
sedikit banyak ia mengetahui kronologi peristiwa Tanjung Priok. Berikut
adalah petikan kesaksian Abdul Qadir Djaelani terhadap peristiwa Tanjung
Priok 12 September 1984, yang tertulis dalam eksepsi pembelaannya
berjudul “Musuh-musuh Islam Melakukan Ofensif terhadap Umat Islam
Indonesia”.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanjung Priok, Sabtu, 8 September 1984</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua orang petugas Koramil (Babinsa) tanpa
membuka sepatu, memasuki Mushala as-Sa’adah di gang IV Koja, Tanjung
Priok, Jakarta Utara. Mereka menyiram pengumuman yang tertempel di
tembok mushala dengan air got (comberan). Pengumuman tadi hanya berupa
undangan pengajian remaja Islam (masjid) di Jalan Sindang. Tanjung
Priok, Ahad, 9 September 1984 Peristiwa hari Sabtu (8 September 1984)
di Mushala as-Sa’adah menjadi pembicaran masyarakat tanpa ada usaha dari
pihak yang berwajib untuk menawarkan penyelesaan kepada jamaah kaum
muslimin. Tanjung Priok, Senin, 10 September 1984 Beberapa anggota
jamaah Mushala as-Sa’adah berpapasan dengan salah seorang petugas
Koramil yang mengotori mushala mereka. Terjadilah pertengkaran mulut
yang akhirnya dilerai oleh dua orang dari jamaah Masjid Baitul Makmur
yang kebetulan lewat. Usul mereka supaya semua pihak minta penengahan
ketua RW, diterima. Sementara usaha penegahan sedang.berlangsung,
orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak ada urusannya dengan
permasalahan itu, membakar sepeda motor petugas Koramil itu. Kodim, yang
diminta bantuan oleh Koramil, mengirim sejumlah tentara dan segera
melakukan penangkapan. Ikut tertangkap 4 orang jamaah, di antaranya
termasuk Ketua Mushala as-Sa’adah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span id="more-1871"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanjung Priok, Selasa, 11 September 1984</div>
<div style="text-align: justify;">
Amir Biki menghubungi pihak-pihak yang
berwajib untuk meminta pembebasan empat orang jamaah yang ditahan oleh
Kodim, yang diyakininya tidak bersalah. Peran Amir Biki ini tidak perlu
mengherankan, karena sebagai salah seorang pimpinan Posko 66, dialah
orang yang dipercaya semua pihak yang bersangkutan untuk menjadi
penengah jika ada masalah antara penguasa (militer) dan masyarakat.
Usaha Amir Biki untuk meminta keadilan ternyata sia-sia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tanjung Priok, Rabu, 12 September 1984</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam suasana tantangan yang demikian,
acara pengajian remaja Islam di Jalan Sindang Raya, yang sudah
direncanakan jauh sebelum ada peristiwa Mushala as-Sa’adah, terus
berlangsung juga. Penceramahnya tidak termasuk Amir Biki, yang memang
bukan mubalig dan memang tidak pernah mau naik mimbar. Akan tetapi,
dengan latar belakang rangkaian kejadian di hari-hari sebelumnya, jemaah
pengajian mendesaknya untuk naik mimbar dan memberi petunjuk. Pada
kesempatan pidato itu, Amir Biki berkata antara lain, “Mari kita
buktikan solidaritas islamiyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kita meminta teman kita yang ditahan di
Kodim. Mereka tidak bersalah. Kita protes pekerjaan oknum-oknum ABRI
yang tidak bertanggung jawab itu. Kita berhak membela kebenaran meskipun
kita menanggung risiko. Kalau mereka tidak dibebaskan maka kita harus
memprotesnya.” Selanjutnya, Amir Biki berkata, “Kita tidak boleh merusak
apa pun! Kalau adayang merusak di tengah-tengah perjalanan, berarti itu
bukan golongan kita (yang dimaksud bukan dan jamaah kita).” Pada waktu
berangkat jamaah pengajian dibagi dua: sebagian menuju Polres dan
sebagian menuju Kodim.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah sampai di depan Polres, kira-kia
200 meter jaraknya, di situ sudah dihadang oleh pasukan ABRI berpakaian
perang dalam posisi pagar betis dengan senjata otomatis di tangan.
Sesampainya jamaah pengajian ke tempat itu, terdengar militer itu
berteriak, “Mundur-mundur!” Teriakan “mundur-mundur” itu disambut oleh
jamaah dengan pekik, “Allahu Akbar! Allahu Akbar!” Saat itu militer
mundur dua langkah, lalu memuntahkan senjata-senjata otomatis dengan
sasaran para jamaah pengajian yang berada di hadapan mereka, selama
kurang lebih tiga puluh menit. Jamaah pengajian lalu bergelimpangan
sambil menjerit histeris; beratus-ratus umat Islam jatuh menjadi
syuhada. Malahan ada anggota militer yang berteriak, “Bangsat! Pelurunya
habis. Anjing-anjing ini masih banyak!” Lebih sadis lagi, mereka yang
belum mati ditendang-tendang dan kalau masih bergerak maka ditembak lagi
sampai mati.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak lama kemudian datanglah dua buah
mobil truk besar beroda sepuluh buah dalam kecepatan tinggi yang penuh
dengan pasukan. Dari atas mobil truk besar itu dimuntahkan peluru-peluru
dan senjata-senjata otomatis ke sasaran para jamaah yang sedang
bertiarap dan bersembunyi di pinggir-pinggir jalan. Lebih mengerikan
lagi, truk besar tadi berjalan di atas jamaah pengajian yang sedang
tiarap di jalan raya, melindas mereka yang sudah tertembak atau yang
belum tertembak, tetapi belum sempat menyingkir dari jalan raya yang
dilalui oleh mobil truk tersebut. Jeritan dan bunyi tulang yang patah
dan remuk digilas mobil truk besar terdengarjelas oleh para jamaah umat
Islam yang tiarap di got-got/selokan-selokan di sisi jalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu, truk-truk besar itu berhenti
dan turunlah militer-militer itu untuk mengambil mayat-mayat yang
bergelimpangan itu dan melemparkannya ke dalam truk, bagaikan melempar
karung goni saja. Dua buah mobil truk besar itu penuh oleh mayat-mayat
atau orang-orang yang terkena tembakan yang tersusun bagaikan karung
goni.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesudah mobil truk besar yang penuh
dengan mayat jamaah pengajian itu pergi, tidak lama kemudian datanglah
mobil-mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran yang bertugas menyiram
dan membersihkan darah-darah di jalan raya and di sisinya, sampai
bersih.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu, rombongan jamaah pengajian
yang menuju Kodim dipimpin langsung oleh Amir Biki. Kira-kirajarak 15
meter dari kantor Kodim, jamaah pengajian dihadang oleh militer untuk
tidak meneruskan perjalanan, dan yang boleh meneruskan perjalanan hanya 3
orang pimpinan jamaah pengajian itu, di antaranya Amir Biki. Begitu
jaraknya kira-kira 7 meter dari kantor Kodim, 3 orang pimpinan jamaah
pengajian itu diberondong dengan peluru yang keluar dari senjata
otomatis militer yang menghadangnya. Ketiga orang pimpinan jamaah itu
jatuh tersungkur menggelepar-gelepar. Melihat kejadian itu, jamaah
pengajian yang menunggu di belakang sambil duduk, menjadi panik dan
mereka berdiri mau melarikan diri, tetapi disambut oleh tembakan peluru
otomatis. Puluhan orang jamaah pengajian jatuh tersungkur menjadi
syahid. Menurut ingatan saudara Yusron, di saat ia dan mayat-mayat itu
dilemparkan ke dalam truk militer yang beroda 10 itu, kira-kira 30-40
mayat berada di dalamnya, yang lalu dibawa menuju Rumah Sakit Gatot
Subroto (dahulu RSPAD).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di rumah sakit, mayat-mayat
itu langsung dibawa ke kamar mayat, termasuk di dalamnya saudara Yusron.
Dalam keadaan bertumpuk-tumpuk dengan mayat-mayat itu di kamar mayat,
saudara Yusron berteriak-teriak minta tolong. Petugas rumah sakit datang
dan mengangkat saudara Yusron untuk dipindahkan ke tempat lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya peristiwa pembantaian jamaah
pengajian di Tanjung Priok tidak boleh terjadi apabila
PanglimaABRI/Panglima Kopkamtib Jenderal LB Moerdani benar-benar mau
berusaha untuk mencegahnya, apalagi pihak Kopkamtib yang selama ini
sering sesumbar kepada media massa bahwa pihaknya mampu mendeteksi suatu
kejadian sedini dan seawal mungkin. Ini karena pada tanggal 11
September 1984, sewaktu saya diperiksa oleh Kepolisian Daerah
Metropolitan Jakarta Raya, saya sempat berbincang-bincang dengan Kolonel
Polisi Ritonga, Kepala Intel Kepolisian tersebut di mana ia menyatakan
bahwa jamaah pengajian di Tanjung Priok menuntut pembebasan 4 orang
rekannya yang ditahan, disebabkan membakar motor petugas. Bahkan,
menurut petugas-petugas satgas Intel Jaya, di saat saya ditangkap
tanggal 13 September 1984, menyatakan bahwa pada tanggal 12 September
1984, kira-kira pukul 10.00 pagi. Amir Biki sempat datang ke kantor
Satgas Intel Jaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Sumber: Buku Tanjung Priok Berdarah, Tanggungjawab Siapa: Kumpulan Fakta dan Data, Yogyakarta: Gema Insani Pres.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-7031924903007531252014-05-27T10:04:00.003-07:002014-05-27T10:04:50.561-07:00Peristiwa Talangsari 1989<div style="text-align: left;">
<strong><strong><a href="http://serdadu92.files.wordpress.com/2013/01/peristiwa_talangsari_101026142146.jpg"><img alt="peristiwa_talangsari" class="aligncenter" height="216" src="http://serdadu92.files.wordpress.com/2013/01/peristiwa_talangsari_101026142146.jpg?w=300&h=216" width="300" /></a></strong></strong></div>
<div style="text-align: left;">
<strong>A. Latar Belakang Masalah</strong><br />
Peristiwa Talangsari 1989 adalah insiden yang terjadi di antara kelompok
Warsidi dengan aparat keamanan di Dusun Talangsari III, Desa Rajabasa
Lama, Kecamatan Way Jepara, Kabutapen Lampung Timur (sebelumnya masuk
Kabupaten Lampung Tengah). Peristiwa ini terjadi pada 7 Februari 1989.
Peristiwa Talangsari tak lepas dari peran seorang tokoh bernama Warsidi.
Di Talangsari, Lampung Warsidi dijadikan Imam oleh Nurhidayat dan
kawan-kawan. Selain karena tergolong senior, Warsidi adalah juga pemilik
lahan sekaligus pemimpin komunitas Talangsari yang pada awalnya hanya
berjumlah di bawah sepuluh orang.<br />
Kasus Talangsari hanyalah satu kasus dari sekian kasus kekerasan yang di
wariskan pemerintah Orde Baru. Tidak banyak yang tahu, namun sudah
banyak pula yang melupakannya. Selama ini informasi yang beredar
ditengah masyarakat, kasus ini muncul karena adanya kelompok pemberontak
“nyeleneh” dan ingin melawan pemerintah. Mereka mendapat image sesat
dari masyarakat. Peristiwa Talangsari bukan semata masalah agama. Namun
lebih kepada sikap aparat negara yang kurang bisa menerima kritik dan
perbedaan pendapat.</div>
<strong>B. Sejarah Peristiwa Talangsari</strong><br />
Peristiwa Talangsari 1989 adalah insiden yang terjadi di antara kelompok
Warsidi dengan aparat keamanan di dusun Talangsari III Desa Rajabasa
Lama Kecamatan Way Jepara Kabutapen Lampung Timur (sebelumnya masuk
Kabupaten Lampung Tengah). Peristiwa itu terjadi pada 7 februari 1989.
Peristiwa Talangsari tak lepas dari peran seorang tokoh bernama Warsidi.
Di Talangsari, Lampung Warsidi dijadikan Imam oleh Nurhidayat dan
kawan-kawan. Selain karena tergolong senior, Warsidi adalah juga pemilik
lahan sekaligus pemimpin komunitas Talangsari yang pada awalnya hanya
berjumlah di bawah sepuluh orang. Sebuah surat tiba di hari senja. Surat
yang dikirim tertanggal 1 Februari 1989 itu bertanda tangan dari Kepala
Dukuh Karangsari. Ditujukan kepada Komandan Koramil (Danramil) Way
JePara, Kapten Soetiman, yang menyatakan bahwa di dukuhnya ada
orang-orang yang melakukan kegiatan mencurigakan. Yang disebut sebagai
orang-orang itu adalah Warsidi dan kelompok pengajian yang menamakan
diri sebagai Komando Mujahidin Fisabilillah, berlokasi di Desa Rajabasa
Lama, Kecamatan Way Jepara, Lampung Tengah.<br />
Oleh karenanya pada 6 Februari 1989 pemerintah setempat melalui
Musyawarah Pimpinan Kecamatan (MUSPIKA) yang dipimpin oleh Kapten
Soetiman (Danramil Way Jepara) merasa perlu meminta keterangan kepada
Warsidi dan pengikutnya. Berangkatlah sebuah rombongan dari Kantor Camat
Way Jepara, menuju kompleks kediaman Anwar. Dipimpin oleh May. Sinaga
memimpin, Kepala Staf Kodim Lampung Tengah. Rombongan besar terdiri dari
Kapten Soetiman, Camat Zulkifli Malik, Kapolsek Way Jepara Lettu (Pol.)
Dulbadar, Kepala Desa Rajabasa Lama Amir Puspamega, serta sejumlah
anggota Koramil dan hansip. Seluruhnya berjumlah sekitar 20 orang.
Terjadi kesalahpahaman di antara dua kelompok yang menyulut bentrokan.
Kedatangan Kapten Soetiman disambut dengan hujan panah dan perlawanan
golok. Dalam bentrokan tersebut Kapten Soetiman tewas.<br />
Tewasnya Kapten Soetiman membuat Komandan Korem (Danrem) 043 Garuda
Hitam Lampung Kolonel AM Hendropriyono mengambil tindakan terhadap
kelompok Warsidi. Sehingga pada 7 Februari 1989, 3 peleton tentara dan
sekitar 40 anggota Brimob menyerbu ke Cihideung, pusat gerakan.
Menjelang subuh keadaan sudah dikuasai oleh ABRI.<br />
Menurut data Komite Solidaritas Mahasiswa Lampung (Smalam), tim
investigasi dan advokasi korban peristiwa Talangsari, setidaknya 246
penduduk sipil tewas dalam bentrokan tersebut. Sementara menurut Komite
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menyebut 47
korban dapat diidentifikasi jenazahnya, dan 88 lainnya dinyatakan
hilang. Jumlah yang sesungguhnya masih misterius. Menurut buku
Talangsari 1989, Kesaksian Korban Pelanggaran HAM Lampung, terbitan
Lembaga Studi Pers dan Pembangunan dan Sijado, korban berjumlah 300
orang. Ratusan anak buah dan pengikut Warsidi ditangkap. Sampai kini
para korban peristiwa Talangsari masih hidup dalam stigma Gerakan
Pengacau Keamanan (GPK), Komunitas Antipemerintah atau Islam PKI. Mereka
terus menanggung beban sosial di masyarakat, dan tidak mendapatkan hak
sebagai warga negara.<br />
Di sebut-sebut keompok pengajian itu banyak mengkritisi pemerintahan
Orde Baru yang dinilai gagal menyejahterakan rakyat. Mereka juga
mengecam asas tunggal Pancasila, yang mereka nilai sebagai biang
kemelaratan rakyat Indonesia. Jemaah Warsidi mengecam pemerintah yang
gagal menyejahterakan rakyat dan gagal menciptakan keadilan, konomi
hanya dikuasai kaum elite yang dekat dengan kekuasaan. Jemaah Warsidi
kemudian menyimpulkan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) adalah produk gagal.<br />
Menanggapi peristiwa Talangsari berdarah tersebut Presiden Soeharto
seperti disampaikan Ketua MUI Hasan Basri, seusai menghadap Kepala
Negara di Bina Graha mengatakan, “janganlah karena perbuatan sekelompok
kecil orang, merusak nama baik umat Islam yang besar jumlahnya di
Indonesia”<br />
Apapun pertumpahan darah di antara sesama pemilik negeri ini sungguh
sangat mahal harganya. Dugaan terjadinya pelanggaran HAM oleh aparat
hingga kini juga masih tetap misteri. Korban penyerbuan aparat keamanan
terhadap kelompok Warsidi pun hingga kini terpecah dalam dua kelompok.
Satu kelompok yang menamakan dirinya Korban Kekerasan Militer di Lampung
(Koramil) menuntut agar Komnas HAM menyelesaikan secara hukum kasus
pelanggaran berat HAM pada kasus tersebut. Kelompok lainnya, yang
menamakan diri Forum Persaudaraan Antar Umat (Format) dan Gerakan Ishlah
Nasional (GIN), menuntut Komnas membiarkan mereka menyelesaikan
persoalan melalui pendekatan kekeluargaan dengan para pelakunya
(berbagai sumber).<br />
( Dikutip dari buku “Talangsari 1989, Kesaksian Korban Pelanggaran HAM
Peristiwa Lampung” karya Fadilasari : Lembaga Studi Pers dan Pembangunan
(LSPP) 2007 )<br />
<strong>C. Hubungan ‘Genetis’ Talangsari dengan Jama’ah Islamiyah (JI)</strong><br />
Menurut Riyanto bin Suryadi mantan Komandan Pasukan Khusus Jama’ah
Warsidi, bila kasus Talangsari ini dipandang dalam perspektif kekinian,
nampak ada hubungan ‘genetis’ dengan gerakan JI (Jamaah Islamiyah).
Dikatakan demikian, karena keduanya punya titik persintuhan dengan sosok
bernama Abdullah Sungkar.<br />
Abdullah Sungkar adalah tokoh NII yang hengkang ke Malaysia sejak 1985.
Kemudian di tahun 1993 ia memisahkan diri dari NII dan membentuk Jama’ah
Islamiyah (JI). Kasus Talangsari terjadi pada Februari 1989, ketika
Abdullah Sungkar masih berada di Malaysia. Ini dapat diartikan, meski
secara fisik Abdullah Sungkar berada di Malaysia, namun komunikasi dan
pembinaan terus berlanjut hingga ke Talangsari sekalipun.<br />
Semasa masih berada di Indonesia, semasih menjadi kader NII, Abdullah
Sungkar aktif membina gerakan keagamaan yang dinamakan Usroh. Sejumlah
pelaku kasus Talangsari merupakan bagian dari gerakan Usroh Abdullah
Sungkar ini. Misalnya, Sukardi, yang bergabung ke dalam gerakan Usroh
Abdullah Sungkar pada tahun 1984. Selain menjadi aktivis gerakan Usroh
Abdullah Sungkar, Sukardi juga anggota tim pencari dana Fa’i pimpinan
Nur Hidayat bin Abdul Mutholib.<br />
Nur Hidayat sendiri merupakan salah satu anggota gerakan Usroh Abdullah
Sungkar Jakarta Selatan, yang mengenal gerakan Usroh Abdullah Sungkar
pada tahun 1984 dari Ibnu Toyib alias Abu Fatih. Sosok Ibnu Toyib alias
Abu Fatih kemudian hari dikenal sebagai salah satu petinggi JI, yang
pernah menjabat sebagai Ketua Mantiqi II.<br />
Kalau saja radikalisme Talangsari versi Warsidi tidak segera
ditumbangkan saat itu juga, mungkin di tempat itu akan menjelma menjadi
sebuah basis pemberontakan yang jauh lebih dahsyat. Pada masa itu (1989)
radikalisme berupa pemberontakan bersenjata dilakukan dengan panah
beracun, golok, clurit atau bendorit (perpaduan antara bendo alias golok
dengan clurit). Kini, radikalisme itu sudah menjadi sesuatu yang sangat
mengerikan, termasuk bom bunuh diri sebagaimana terjadi akhir-akhir ini
di JW Marriott dan Ritz Carlton pada 17 Juli 2009.<br />
( Dikutip dari buku “Tragedi Lampung Peperangan Yang Direncanakan” karya Riyanto )<br />
<strong>D. Beberapa Nama, Saksi Palsu dan Islah</strong><br />
Menurut Riyanto bin Suryadi mantan Komandan Pasukan Khusus Jama’ah
Warsidi, dari sejumlah nama yang terlibat kasus Talangsari atau
setidaknya ada keterkaitan dengan kasus Talangsari, beberapa di
antaranya layak digolongkan sebagai orang-orang yang bingung. Mereka
antara lain Azwar Kaili dan Jayus alias Dayat bin Karmo serta Fauzi
Isman. Sedangkan saksi-saksi palsu, antara lain Suroso dan Purwoko.<br />
1. Azwar Kaili<br />
Keterkaitan Azwar Kaili dengan kasus Talangsari dapat dilihat dari dua
hal. Ia merupakan simpatisan anggota jama’ah pengajian yang
diselengggarakan oleh Abdullah alias Dulah dan Pak Sediono. Abdullah
alias Dulah merupakan anak buah Warsidi, dan mantan aktivis Gerakan
Usroh Abdullah Sungkar Jawa Tengah. Tidak hanya Azwar Kaili yang aktif
mengikuti pengajian-pengajian yang diselenggarakan Abdullah, juga
Warsito (anak angkat Azwar), dan tiga anak kandungnya masing-masing
bernama Iwan, Haris, dan Ujang.<br />
2. Jayus alias Dayat bin Karmo<br />
Dalam kasus Talangsari, Jayus bukan orang sembarangan. Ia bahkan
diposisikan sebagai orang kedua setelah Warsidi. Berkat kedermawanan
Jayus, maka Warsidi pun bisa memiliki lahan seluas satu setengah hektar.
Tanah itu dihibahkan Jayus kepada Warsidi dengan tujuan jelas,
membangun komunitas Islami di Cihideung.<br />
Semula, dukuh Cihideung hanya dihuni oleh keluarga Warsidi dan keluarga
Jayus, serta beberapa kerabat dekat mereka. Cihideung yang semula sepi
kemudian berubah menjadi pedukuhan yang ramai, setelah dihuni para
muhajirin dari Jakarta dan Solo (Jawa Tengah) yang sengaja hijrah ke
cihideung dengan membawa anggota keluarga masing-masing.<br />
3. Sugeng Yulianto<br />
Sugeng Yulianto merupakan salah satu anggota pasukan khusus yang
terlibat di dalam episode pembajakan bus “Wasis” dalam rangkaian kasus
Talangsari-Sidorejo. Ia dituntut hukuman pidana seumur hidup. Lulusan
STM ini, dalam drama pembajakan bus “Wasis” bertindak sebagai sopir, dan
merupakan salah satu dari 11 anggota pasukan khusus Jama’ah Warsidi
yang ditugaskan oleh imamnya untuk membuat kekacauan di Bandar Lampung,
sebagai upaya mengalihkan perhatian petugas.<br />
Pria kelahiran Solo tahun 1959 ini, merupakan anggota Jama’ah Warsidi
khususnya di cabang Sidorejo pimpinan Pak Sediono. Ia menjadi bagian
dari Jama’ah Warsidi didorong oleh kesadarannya sendiri.<br />
4. Tardi Nurdiansyah<br />
Meski usianya masih belasan ketika kasus Talangsari terjadi (1989),
namun Tardi merupakan salah satu jama’ah Warsidi yang tergolong militan.
Ia juga ikut ke dalam rombongan yang melakukan ancaman dan teror kepada
Sukidi Haryono (Kadus Talangsari III). Tardi Nurdiansyah yang lahir di
Karanganyar (Jawa Tengah) dan pernah menempuh pendidikan di Pondok
Pesantren Ngruki, Solo, Jawa Tengah ini, merupakan salah satu dari
sebelas orang yang ditugaskan Warsidi membebaskan kawan-kawan mereka
yang ditangkap aparat Koramil.<br />
5. Suroso dan Purwoko<br />
Suroso sebenarnya sama sekali tidak terlibat kasus Talangsari maupun
Sidorejo. Ketika kasus Talangsari terjadi, usia Suroso baru sebelas
tahun. Praktis, ia sama sekali tidak tahu menahu soal kasus Talangsari.
Begitu juga dengan kedua orangtuanya. Kebetulan, kediaman orangtua
Suroso tidak jauh dari tempat kejadian. Meski berdekatan dengan lokasi
kejadian, Suroso dan orangtuanya sama sekali bukan Jama’ah Warsidi, dan
tidak peduli dengan kiprah dan aktivitas Jama’ah Warsidi. Namun
demikian, orangtua Suroso tetap menjaga hubungan baik dengan Warsidi
yang menjadi tetangganya.<br />
Karena bertetangga dengan Warsidi, maka pada saat terjadinya kasus
Talangsari, rumah orangtua Suroso dirusak dan dijarah oleh penduduk
sekitar, akibat salah sangka. Warga sekitar menduga, keluarga orangtua
Suroso merupakan salah satu provokator terjadinya kasus Talangsari.<br />
6. Fauzi Isman dan Islah<br />
Menurut Riyanto bin Suryadi mantan Komandan Pasukan Khusus Jama’ah
Warsidi, ISLAH sesungguhnya merupakan pilihan yang Islami. Pada mulanya,
Riyanto tidak paham mengapa islah menjadi kontroversi, bahkan ada kesan
ditentang oleh orang Islam sendiri. Belakangan, barulah ia tahu,
kontroversi dan kesan penentangan itu bukan karena islah-nya itu
sendiri, tetapi tokoh di balik proses islah itu.<br />
Sebagaimana diketahui kemudian, di dalam proses islah antara mantan
jama’ah Warsidi (mantan napol kasus Talangsari) dengan aparat keamanan
(termasuk Hendropriyono), ada peranan Drs. AMF dan Drs. AYW yang sama
sekali tidak terkait kasus Talangsari. Kedua tokoh ini di mata umat
Islam, terutama kalangan pergerakan Islam, dianggap bermasalah.
Sehingga, islah yang bergulir itu dinilai tidak serius sekaligus diduga
lebih banyak muatan politis dan ekonomisnya. Apalagi, dari pihak pelaku
kasus Talangsari, yang awal mula terlibat proses islah adalah saudara
Fauzi Isman. Sosok ini terbukti juga bermasalah.<br />
Dikutip dari (<a href="http://riyantolampung.blog.com/2011/09/11/kasus-talangsari" rel="nofollow">http://riyantolampung.blog.com/2011/09/11/kasus-talangsari</a> jamaah-islamiyah dan-komnas-ham-04/)<br />
<br />
<strong>KESIMPULAN</strong><br />
Peristiwa Talangsari 1989 adalah insiden yang terjadi di antara
kelompok Warsidi dengan aparat keamanan di dusun Talangsari III Desa
Rajabasa Lama Kecamatan Way Jepara Kabutapen Lampung Timur (sebelumnya
masuk Kabupaten Lampung Tengah). Peristiwa itu terjadi pada 7 februari
1989. Peristiwa Talangsari tak lepas dari peran seorang tokoh bernama
Warsidi. Di Talangsari, Lampung Warsidi dijadikan Imam oleh Nurhidayat
dan kawan-kawan. Selain karena tergolong senior, Warsidi adalah juga
pemilik lahan sekaligus pemimpin komunitas Talangsari yang pada awalnya
hanya berjumlah di bawah sepuluh orang.<br />
Abdullah Sungkar adalah tokoh NII yang hengkang ke Malaysia sejak 1985.
Kemudian di tahun 1993 ia memisahkan diri dari NII dan membentuk Jama’ah
Islamiyah (JI). Kasus Talangsari terjadi pada Februari 1989, ketika
Abdullah Sungkar masih berada di Malaysia. Ini dapat diartikan, meski
secara fisik Abdullah Sungkar berada di Malaysia, namun komunikasi dan
pembinaan terus berlanjut hingga ke Talangsari sekalipun. Semasa masih
berada di Indonesia, semasih menjadi kader NII, Abdullah Sungkar aktif
membina gerakan keagamaan yang dinamakan Usroh. Sejumlah pelaku kasus
Talangsari merupakan bagian dari gerakan Usroh Abdullah Sungkar ini.<br />
<strong>DAFTAR PUSTAKA</strong><br />
• Fadilasari “Talangsari 1989, Kesaksian Korban Pelanggaran HAM Peristiwa Lampung” : Lembaga Studi Pers dan Pembangunan , 2007.<br />
• Riyanto “Tragedi Lampung Peperangan Yang Direncanakan” Gunung Agung, 2005.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-90034503116051793352014-05-27T09:38:00.002-07:002014-05-27T09:38:47.250-07:00Cerita di Balik Mundurnya Soeharto
TANGGAL 21 Mei 1998, pukul 09.00 WIB, semua perhatian tertuju ke <i>credentials room</i>
di Istana Merdeka, Jakarta. Saat itu, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya.
Dalam pidato yang singkat, Soeharto antara lain mengatakan, <i>Saya memutuskan untuk
menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI, terhitung sejak saya bacakan
pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998.</i> <br />
Pengumuman pengunduran diri Soeharto Kamis pagi itu sesungguhnya tidaklah terlalu
mengejutkan, karena sehari sebelumnya sudah ramai dibicarakan bahwa Presiden Soeharto akan
mengundurkan diri. Yang menjadi pertanyaan, apa yang mendorong Soeharto akhirnya
memutuskan untuk mundur? Karena, beberapa hari sebelumnya, Soeharto masih yakin dapat
mengatasi keadaan. <br />
Kejutan ke arah mundurnya Soeharto diawali oleh keterangan pers Ketua DPR/MPR Harmoko
usai Rapat Pimpinan DPR, Senin (18/5) lalu.<br />
<b>Tanggal 18 Mei 1998</b><br />
<b>
</b>Pukul 15.20 WIB, Harmoko di Gedung DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa, dengan
suara tegas menyatakan, demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua
maupun para Wakil Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan
bijaksana. Harmoko saat itu didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail Hasan
Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur, dan Fatimah Achmad. <br />
Namun, kejutan yang disambut gembira oleh ribuan mahasiswa yang mendatangi Gedung DPR
itu, tidak berlangsung lama. Karena malam harinya, pukul 23.00 WIB Menhankam/ Panglima
ABRI Jenderal TNI Wiranto mengemukakan, ABRI menganggap pernyataan pimpinan DPR agar
Presiden Soeharto mengundurkan diri itu merupakan sikap dan pendapat individual, meskipun
pernyataan itu disampaikan secara kolektif.<br />
Walaupun sikap ABRI itu disampaikan setelah Wiranto memimpin rapat kilat dengan para
Kepala Staf Angkatan dan Kapolri serta para panglima komando, tetapi diketahui bahwa pukul
17.00 WIB Panglima ABRI bertemu dengan Presiden Soeharto di kediaman Jalan Cendana. Dengan
demikian, muncul dugaan bahwa apa yang dikemukakan Wiranto itu adalah pendapat Presiden
Soeharto.<br />
Pukul 21.30 WIB, empat Menko diterima Presiden Soeharto di Cendana untuk melaporkan
perkembangan. Mereka juga berniat menggunakan kesem-patan itu untuk menyarankan agar
Kabinet Pembangunan VII dibubarkan saja, bukan di-<i>reshuffle</i>. Tujuannya, agar mereka
yang tidak terpilih lagi dalam kabinet reformasi tidak terlalu "malu". Namun,
niat itu - mungkin ada yang membocorkan - tampaknya sudah diketahui oleh Presiden
Soeharto. Ia langsung mengatakan, "Urusan kabinet adalah urusan saya."
Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi disampaikan. Pembicaraan beralih pada
soal-soal yang berkembang di masyarakat. <br />
<b>Tanggal 19 Mei 1998</b><br />
<b>
</b>Pukul 09.00-11.32 WIB, Presiden Soeharto bertemu ulama dan tokoh masyarakat, yakni
Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid, budayawan Emha Ainun Nadjib, Direktur
Yayasan Paramadina Nucholish Madjid, Ketua Majelis Ulama Indonesia Ali Yafie, Prof Malik
Fadjar (Muhammadiyah), Guru Besar Hukum Tata Negara dari Universitas Indonesia Yusril Ihza
Mahendra, KH Cholil Baidowi (Muslimin Indonesia), Sumarsono (Muhammadiyah), serta Achmad
Bagdja dan Ma'aruf Amin dari NU. <br />
Usai pertemuan, Presiden Soeharto mengemukakan, akan segera mengadakan <i>reshuffle</i>
Kabinet Pembangunan VII, dan sekaligus mengganti namanya menjadi Kabinet Reformasi.
Presiden juga membentuk Komite Reformasi. Nurcholish sore hari mengungkapkan bahwa gagasan
<i>reshuffle</i> kabinet dan membentuk Komite Reformasi itu murni dari Soeharto, dan bukan
usulan mereka.<br />
Dalam pertemuan ini, sesungguhnya tanda-tanda bahwa Soeharto akan mengundurkan diri
sudah tampak. Namun, ada dua orang yang tidak setuju bila Soeharto menyatakan mundur,
karena dianggap tidak akan menyelesaikan masalah.<br />
Pukul 16.30 WIB, Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita bersama Menperindag Mohamad Hasan
melaporkan kepada Presiden soal kerusakan jaringan distribusi ekonomi akibat aksi
penjarahan dan pembakaran. Bersama mereka juga ikut Menteri Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng
yang akan melaporkan soal rencana penjualan saham BUMN yang beberapa peminatnya menyatakan
mundur. <br />
Pada saat itu, Menko Ekuin juga menyampaikan reaksi negatif para senior ekonomi; Emil
Salim, Soebroto, Arifin Siregar, Moh Sadli, dan Frans Seda, atas rencana Soeharto
membentuk Komite Reformasi dan me-<i>reshuffle</i> kabinet. Mereka intinya menyebut,
tindakan itu mengulur-ulur waktu.<br />
<b>Tanggal 20 Mei 1998</b><br />
<b>
</b>Pukul 14.30 WIB, 14 menteri bidang ekuin mengadakan pertemuan di Gedung Bappenas.
Dua menteri lain, yakni Mohamad Hasan dan Menkeu Fuad Bawazier tidak hadir. Mereka sepakat
tidak bersedia duduk dalam Komite Reformasi, ataupun Kabinet Reformasi hasil <i>reshuffle</i>.
Semula ada keinginan untuk menyampaikan hasil pertemuan itu secara langsung kepada
Presiden Soeharto, tetapi akhirnya diputuskan menyampaikannya lewat sepucuk surat. <br />
Pukul 20.00 WIB, surat itu kemudian disampaikan kepada Kolonel Sumardjono. Surat itu
kemudian disampaikan kepada Presiden Soeharto. Soeharto langsung masuk ke kamar dan
membaca surat itu. Soeharto saat itu benar-benar terpukul. Ia merasa ditinggalkan.
Apalagi, di antara 14 menteri bidang Ekuin yang menandatangani surat ketidaksediaan itu,
ada orang-orang yang dianggap telah "diselamatkan" Soeharto.<br />
Ke-14 menteri yang menandatangani - sebut saja Deklarasi Bappenas - itu, secara
berurutan adalah Ir Akbar Tandjung; Ir Drs AM Hendropriyono SH, SE, MBA; Ir Ginandjar
Kartasasmita; Ir Giri Suseno Hadihardjono MSME; Dr Haryanto Dhanutirto; Prof Dr Ir Justika
S. Baharsjah M.Sc; Dr Ir Kuntoro Mangkusubroto M.Sc; Ir Rachmadi Bambang Sumadhijo; Prof
Dr Ir Rahardi Ramelan M.Sc; Subiakto Tjakrawerdaya SE; Sanyoto Sastrowardoyo M.Sc; Ir
Sumahadi MBA; Drs Theo L. Sambuaga; dan Tanri Abeng MBA. <br />
Alinea pertama surat itu, secara implisit meminta agar Soeharto mundur dari jabatannya.
Perasaan ditinggalkan, terpukul, telah membuat Soeharto tidak mempunyai pilihan lain
kecuali memutuskan untuk mundur. <br />
Soeharto benar-benar tidak menduga akan menerima surat seperti itu. Persoalannya,
sehari sebelum surat itu tiba, ia masih berbicara dengan Ginandjar untuk menyusun Kabinet
Reformasi. Ginandjar masih memberikan usulan tentang menteri-menteri yang perlu diganti,
sekaligus nama penggantinya.<br />
Probosutedjo, adik Soeharto, yang berada di kediaman Jalan Cendana, malam itu,
mengungkapkan, Soeharto pada malam itu terlihat gugup dan bimbang. "Pak Harto gugup
dan bimbang, apakah Habibie siap dan bisa menerima penyerahan itu. Suasana bimbang ini
baru sirna setelah Habibie menyatakan diri siap menerima jabatan Presiden," ujarnya.<br />
Probosutedjo menggambarkan suasana di kediaman Soeharto malam itu cukup tegang.
Perkembangan detik per detik selalu diikuti dan segera disampaikan ke Soeharto. Dikatakan,
"Saya berusaha memberikan informasi terkini, tentang tuntutan dan permintaan yang
terjadi di DPR, informasi bahwa akan ada orang-orang yang bergerak ke Monas, serta
perkembangan dari luar negeri," ujar Probosutedjo, seraya menambahkan bahwa pada saat
itu semua anak-anak Soeharto berkumpul di Jalan Cendana. Soeharto kemudian bertemu dengan
tiga mantan Wakil Presiden; Umar Wirahadikusumah, Sudharmono, dan Try Sutrisno. <br />
Pukul 23.00 WIB, Soeharto memerintahkan ajudan untuk memanggil Yusril Ihza Mahendra,
Mensesneg Saadillah Mursjid, dan Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto. Soeharto sudah
berbulat hati menyerahkan kekuasaan kepada Wapres BJ Habibie.<br />
Wiranto sampai tiga kali bolak-balik Cendana-Kantor Menhankam untuk menyikapi keputusan
Soeharto. Wiranto perlu berbicara dengan para Kepala Staf Angkatan mengenai sikap yang
akan diputuskan ABRI dalam menanggapi keputusan Soeharto untuk mundur. Setelah mencapai
kesepakatan dengan Wiranto, Soeharto kemudian memanggil Habibie.<br />
Pukul 23.20 WIB, Yusril Ihza Mahendra bertemu dengan Amien Rais. Dalam pertemuan itu,
Yusril menyampaikan bahwa Soeharto bersedia mundur dari jabatannya. Yusril juga
menginformasikan bahwa pengumumannya akan dilakukan Soeharto 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB.<br />
Dalam bahasa Amien, kata-kata yang disampaikan oleh Yusril itu, "<i>The old man
most probably has resigned</i>". Kabar itu lalu disampaikan juga kepada Nurcholish
Madjid, Emha Ainun Najib, Utomo Danandjaya, Syafii Ma'arif, Djohan Effendi, H Amidhan, dan
yang lainnya. Lalu mereka segera mengadakan pertemuan di markas para tokoh reformasi damai
di Jalan Indramayu 14 Jakarta Pusat, yang merupakan rumah dinas Dirjen Pembinaan Lembaga
Islam, Departemen Agama, Malik Fadjar. Di sana Cak Nur - panggilan akrab Nurcholish Madjid
- menyusun ketentuan-ketentuan yang harus disampaikan kepada pemerintahan baru.<br />
Pukul 01.30 WIB, Amien Rais dkk mengadakan jumpa pers. Dalam jumpa pers itu Amien
mengatakan, "Selamat tinggal pemerintahan lama, dan selamat datang pemerintahan
baru". Keduanya menyambut pemerintahan transisi yang akan menyelenggarakan pemilihan
umum hingga Sidang Umum MPR untuk memilih pemimpin nasional yang baru dalam jangka waktu
enam bulan.<br />
<b>Tanggal 21 Mei 1988</b><br />
<b>
</b>Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya. Kekecewaannya tergambar jelas dalam
pidato pengunduran dirinya, ... <i>Saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite
Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan ke-7, namun demikian kenyataan hingga
hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud, karena tidak adanya
tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut.</i><br />
<i>
Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara-cara sebaik-baiknya tadi, saya
menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi, maka perubahan susunan
Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi. <br />
</i><i>Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk
dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu
dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan secara sungguh-sungguh memperhatikan
pandangan pimpinan DPR dan pimpinan Fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan
untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI.</i> <br />
Seusai Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya, dan BJ Habibie mengucapkan sumpah
sebagai Presiden, Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto dalam pidatonya menyatakan, ABRI akan
tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan Presiden/Mandataris MPR, termasuk
mantan Presiden Soeharto dan keluarga. <b>(Tim Kompas)</b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-43595855593547418732014-05-27T09:23:00.000-07:002014-05-27T09:23:34.835-07:00PERINTAH PRESIDEN SOEHARTO KEPADA JENDERAL WIRANTO, MEI 1998<span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><br />
MENJADI host dalam sebuah talk show di sebuah stasiun televisi swasta,
dua hari setelah lebaran, Dr Tanri Abeng MBA memberikan penilaian bahwa
Jenderal (Purn) Wiranto telah bertindak tidak cerdas karena tak
menggunakan Instruksi Presiden (Soeharto) No. 16, Mei 1998, untuk
‘mengambilalih’ kendali kekuasaan. Sementara pada masa sesudah itu,
Wiranto berjuang mati-matian dalam kancah pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden pada dua kesempatan. Padahal, isi Inpres di tahun 1998
tersebut, katanya, sangat memungkinkan digunakan untuk meraih kekuasaan.
Tanri agaknya menganalogikan posisi Jenderal Wiranto tahun 1998 itu
dengan posisi Mayor Jenderal Soeharto yang mengambialih kekuasaan
setelah mendapat Surat Perintah 11 Maret 1966 dari Presiden/Panglima
Tertinggi ABRI Soekarno.<br />
<br />
Instruksi nomor 16 itu diambil Presiden Soeharto 16 Mei 1998, sehari
sepulangnya dari Kairo, dalam rangka pembentukan ‘Komando Operasi
Kewaspadaan dan Keselamatan Nasional’ (KOPKKN) yang berwenang mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi keamanan dan ketertiban.
Kala itu, Jakarta dilanda kerusuhan –pembakaran, kekerasan dan
perkosaan berbau etnis– menyusul insiden 13 Mei 1998 yang menewaskan 4
mahasiswa di depan kampus Universitas Trisakti Grogol Jakarta. KOPKKN
ini meniru model lembaga keamanan extra ordinary ‘Komando Operasi
Pemulihan Keamanan dan Ketertiban’ (Kopkamtib) yang pertama kali
dibentuk oleh Presiden Soekarno namun justru efektif digunakan ABRI
sebagai alat pembasmi seluruh gerakan anti kekuasaan di separuh lebih
masa kekuasaan Soeharto.<br />
<br />
<br />
POLISI VERSUS MAHASISWA DI DEPAN KAMPUS TRISAKTI. "Sembilan dari sepuluh
kemungkinan, Jenderal Wiranto akan tergilas sebagai tumbal bila ia
menggunakan Inpres 16 mengambil alih kekuasaan negara" - (Dokumentasi
foto Wikipedia).<br />
Panglima ABRI –yang Mei 1998 itu dijabat Jenderal Wiranto– ditunjuk
sebagai Panglima KOPKKN dan KSAD Jenderal Subagyo HS menjadi wakilnya.
Menjawab Tanri, menurut Wiranto, substansi surat berisi instruksi
Presiden itu, “memungkinkan saya mengambilalih negara”. Namun, baik
Wiranto maupun Subagyo HS, tampaknya diliputi ‘keraguan’ dan tidak
berani menggunakan Inpres tersebut dalam konteks pengambilalihan negara.
‘Keraguan’ kedua jenderal itu, disebabkan oleh alasan berbeda satu
dengan yang lainnya, khususnya Jenderal Wiranto yang agaknya saat itu
sudah punya agenda politik sendiri. “Permasalahannya adalah bukan berani
atau tidak berani, bukan mau atau tidak mau”, ujar Wiranto, tetapi
berdasarkan suatu kesadaran dan pertimbangan apakah mengambilalih itu
mempunyai manfaat atau tidak bagi negara dan rakyat. “Kalau saya ambil
alih, negara ini saya umumkan dalam keadaan darurat dengan pengendalian
militer”. Wiranto memaparkan hitung-hitungannya, “Bila saya mengambil
alih negara berdasarkan sepucuk surat saja, berarti rakyat merasa belum
ada reformasi”.<br />
<br />
Pada tahun 1998 itu, sepanjang yang bisa dicatat, ketidakpuasan terhadap
rezim Soeharto yang telah berkuasa 32 tahun lamanya cukup meluas, dan
banyak yang menginginkan perubahan. Apa yang terjadi bila Wiranto
menggunakan Inpres 16 dengan cara ala Super Semar? “Saya akan
melanjutkan menghadapi rakyat yang tidak puas. Saya bisa menggunakan
Angkatan Bersenjata saya, yang berarti akan mengadu rakyat dengan
Angkatan Bersenjata. Itu, jahat sekali”. Tanri Abeng yang sempat sejenak
menjadi menteri dalam masa kepresidenan BJ Habibie pasca lengsernya
Soeharto 1998, secara akrobatik ‘mengapresiasi’ sikap Jenderal Wiranto
di bulan Mei 1998 itu sebagai suatu sikap kenegarawanan.<br />
<br />
Sementara itu, bagi Letnan Jenderal Sintong Panjaitan yang ketika itu
menjadi Penasehat Wakil Presiden bidang Pertahanan Keamanan –setelah
tergusur dari karir militernya– apapun alasannya, penolakan Jenderal
Wiranto untuk melaksanakan Inpres 16 adalah suatu subordinasi.
“Selambat-lambatnya ia harus mengundurkan diri dalam jangka waktu
delapan hari”. Bahkan, saat menolak perintah Panglima Tertinggi,
Jenderal Wiranto “pada saat itu juga harus langsung mengundurkan diri”
(Hendro Subroto, Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para
Komando, Penerbit Buku Kompas, 2009). Faktanya, Jenderal Wiranto tidak
melakukan kedua-duanya: Tidak melaksanakan perintah Presiden/Panglima
Tertinggi, tapi tidak juga mengundurkan diri.<br />
<br />
Sewaktu Presiden Soeharto mengeluarkan Inpres 16 itu, sebenarnya
posisinya tidak lagi powerful seperti halnya pada beberapa masa
sebelumnya. Praktis dukungan internal ABRI terhadap dirinya jauh
melemah, setelah untuk beberapa lama para jenderal dan sejumlah petinggi
ABRI merasa telah ditinggalkan dalam pengambilan beberapa keputusan
penting maupun dalam hal pembagian rezeki. Selain itu, melalui berbagai
benturan kepentingan politik maupun kepentingan ekonomi, sejak beberapa
lama tubuh ABRI sendiri tidak cukup padu, terpecah-pecah atas berbagai
faksi dari waktu ke waktu. Dalam beberapa tahun terakhir basis dukungan
bagi kekuasaan Soeharto telah bergeser ke wilayah kalangan politik
Islam, yang diorganisir dan direpresentasikan oleh ICMI maupun tokoh
politik Islam yang oportunis. Tetapi pada sisi lain, Soeharto pun tak
sepenuhnya berhasil menghilangkan syak wasangka sejumlah kelompok
kekuatan politik Islam lainnya atas dirinya. Mereka yang disebut
terakhir ini tetap tak bisa melupakan sikap dan tindakan politik
Soeharto selama ini yang dianggap selalu memojokkan kekuatan politik
Islam.<br />
<br />
Tokoh-tokoh ABRI generasi baru pada umumnya tidak lagi memiliki kaliber
tertentu seperti pada masa-masa sebelumnya, khususnya bila dibandingkan
dengan jenderal-jenderal pra regenerasi, antara lain karena terbuai
dalam kenikmatan kekuasaan –ikut bergelimang dalam KKN– hasil warisan
dwifungsi yang sudah berubah arah dan tujuan. Mereka yang masih berada
di lingkaran Soeharto, termasuk tokoh-tokoh sipil, adalah mereka yang
masih bisa ikut menikmati rezeki-rezeki kekuasaan. Dan karena ukurannya
adalah faktor porsi kenikmatan kekuasaan, maka mereka pun cenderung
oportunis. Itu sebabnya tatkala kapal Soeharto oleng, banyak yang duluan
berloncatan meninggalkan kapal sebelum karam, seperti misalnya eksodus
yang dilakukan Ginandjar Kartasasmita dan rombongannya di kabinet
terakhir Soeharto, maupun ayunan bandul kesetiaan Harmoko dan
kawan-kawan di lembaga perwakilan rakyat. Kesetiaan sejumlah jenderal
lainnya sudah lebih berwarna-warni, sebagaimana pikiran dan perilaku
politiknya pun menjadi lebih beraroma campur sari –seperti yang antara
lain terlihat dalam keterlibatan sejumlah jenderal dalam politik
‘memberi angin’ bagi PDIP dan Megawati Soekarnoputeri maupun kedekatan
jenderal tertentu kepada kelompok politik Islam yang tidak pro penguasa.<br />
<br />
Last but not least, selain basis dukungan yang makin menyempit, Soeharto
juga menghadapi kejenuhan sebagian besar rakyat terhadap dirinya, yang
telah terlampau lama berkuasa. Praktek KKN di lingkungan kalangan
kekuasaan beserta keluarga dan kerabat, menciptakan ketidakadilan
sosial-ekonomi, ketidakadilan politik dan ketidakadilan hukum. Republik
menjadi hanya milik segelintir orang yang menikmati porsi terbesar hasil
pembangunan, sementara mayoritas rakyat menikmati porsi terkecil hasil
pembangunan tersebut.<br />
<br />
Jadi, apabila Jenderal Wiranto memilih untuk menjadi pengemban Inpres
16, tidak boleh tidak ia akan dianggap membela dan mempertahankan
Soeharto –yang pada bulan-bulan terakhir di awal 1998 makin kuat
tanda-tanda kejatuhannya. Konotasinya berbeda diametral dengan posisi
Jenderal Soeharto selaku pengemban Surat Perintah 11 Maret 1966, yang
dianggap menyelamatkan negara dengan mengambil alih kekuasaan dari
seorang tiran. Dengan melaksanakan Inpres 16, Jenderal Wiranto akan
mengambil seluruh beban dosa Soeharto dan harus membayar seluruh
tagihan. Ia takkan kuat, karena ABRI yang dipimpinnya kala itu bukan
lagi suatu ABRI yang padu, melainkan ABRI yang terpecah-pecah dalam
berbagai faksi yang berbeda kemauan. Apakah ia punya kemampuan
kualitatif dan apakah ia akan sanggup menjalankan wewenangnya sesuai
Inpres 16 Mei 1998, sementara di luar kendalinya ada misalnya kelompok
Letnan Jenderal Prabowo yang berposisi sebagai Panglima Kostrad, dan ada
Kopassus yang di luar rentang kendalinya? Selain itu, apakah saat itu
ia bisa memastikan ke mana kiblat Panglima Kodam Jaya Mayjen Sjafrie
Sjamsuddin, dan mengetahui persis sikap politik dan kepentingan
angkatan-angkatan lain –Angkatan Udara, Angkatan Lau/Marinir dan
Kepolisian– selain memastikan kiblat KSAD Jenderal Subagyo HS? Di
lingkaran jenderal istana pun ada alur-alur berbeda. Jenderal Hartono
yang dekat dengan puteri presiden Siti Hardiyanti Rukmana misalnya, tak
sama kemauan politiknya dengan Letnan Jenderal Prabowo Subianto yang
adalah menantu Soeharto.<br />
<br />
Sembilan dari sepuluh kemungkinan, Jenderal Wiranto akan tergilas
sebagai tumbal bila ia memilih untuk menggunakan Inpres 16 mengambil
alih kekuasaan negara. Mungkin benar Wiranto tidak ‘cerdas’ seperti
dikatakan Tanri Abeng, tapi ia bukan orang yang begitu tolol. Wiranto
bahkan cukup cerdik dengan mencoba mendekati BJ Habibie sang Wakil
Presiden. Tapi dalam kasus Wiranto dan Inpres 16 ini tampaknya faktor
kenegarawanan tak ikut berperan. Pengelu-eluan Tanri Abeng terhadap
Wiranto sebagai negarawan dalam kaitan ini, terlalu akrobatik. Sebagai
host, Tanri agaknya merasa perlu sedikit akrobatik, meskipun menjadi
tidak objektif dan akurat.<br />
<br />
Terlepas dari itu, terminologi cerdas dan tidak cerdas yang digunakan
Tanri Abeng dalam konteks Wiranto, kemana-mana juga takkan pernah tepat.
Terasa menganggu, terlebih karena digunakan oleh seseorang yang dikenal
tokoh profesional berpendidikan tinggi. Lebih tepat menggunakan
terminologi cerdik dan tidak cerdik, lihai dan tidak lihai, atau paling
tidak to the point menggunakan kata bodoh atau tidak pintar. Kata cerdas
mengacu pada suatu keadaan kepintaran yang dilekati unsur akal sehat,
etika dan moral. Kepintaran tanpa lekatan akal sehat, etika dan moral,
bukanlah cerdas, melainkan sekedar kecerdikan atau bahkan sekedar
kelihaian dan kelicikan. Seorang penguasa yang menyalahgunakan wewenang
dan melakukan korupsi, bukan seorang cerdas, tetapi licik dan culas,
kalau bukan psikopat.</span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-84407805083297388332014-05-27T09:21:00.000-07:002014-05-27T09:21:10.277-07:00RIVALITAS JENDERAL SOEMITRO DAN JENDERAL ALI MOERTOPO. SERTA MANUVER PERSAINGAN POLITIK MEREKA PADA PERISTIWA MALARI<span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><br />
Asvi Warman Adam<br />
Malari 1974 dan Sisi Gelap Sejarah<br />
<br />
KEKERASAN di Indonesia hanya dapat dirasakan, tidak untuk diungkap
tuntas. Berita di koran hanya mengungkap fakta yang bisa dilihat dengan
mata telanjang. Kasus 15 Januari 1974 yang lebih dikenal "Peristiwa
Malari", tercatat sedikitnya 11 orang meninggal, 300 luka-luka, 775
orang ditahan. Sebanyak 807 mobil dan 187 sepeda motor dirusak/dibakar,
144 bangunan rusak. Sebanyak 160 kg emas hilang dari sejumlah toko
perhiasan.<br />
<br />
Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Kakuei Tanaka
sedang berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa
merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan
Udara Halim Perdanakusuma. Karena dijaga ketat, rombongan mahasiswa
tidak berhasil menerobos masuk pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974
pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari Istana tidak dengan mobil,
tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari Bina Graha ke
pangkalan udara. Itu memperlihatkan, suasana Kota Jakarta masih
mencekam.<br />
<br />
<br />
PERISTIWA Malari dapat dilihat dari berbagai perspektif. Ada yang
memandangnya sebagai demonstrasi mahasiswa menentang modal asing,
terutama Jepang. Beberapa pengamat melihat peristiwa itu sebagai
ketidaksenangan kaum intelektual terhadap Asisten pribadi (Aspri)
Presiden Soeharto (Ali Moertopo, Soedjono Humardani, dan lain-lain) yang
memiliki kekuasaan teramat besar.<br />
<br />
Ada analisis tentang friksi elite militer, khususnya rivalitas Jenderal
Soemitro-Ali Moertopo. Kecenderungan serupa juga tampak dalam kasus Mei
1998 (Wiranto versus Prabowo). Kedua kasus ini, meminjam ungkapan
Chalmers Johnson (Blowback, 2000), dapat disebut permainan "jenderal
kalajengking" (scorpion general).<br />
<br />
Usai terjadi demonstrasi yang disertai kerusuhan, pembakaran, dan
penjarahan, Jakarta berasap. Soeharto menghentikan Soemitro sebagai
Pangkomkamtib, langsung mengambil alih jabatan itu. Aspri Presiden
dibubarkan. Kepala BAKIN Soetopo Juwono "didubeskan", diganti Yoga
Sugama.<br />
<br />
Bagi Soeharto, kerusuhan 15 Januari 1974 mencoreng kening karena
peristiwa itu terjadi di depan hidung tamu negara, PM Jepang. Malu yang
tak tertahankan menyebabkan ia untuk selanjutnya amat waspada terhadap
semua orang/golongan serta melakukan sanksi tak berampun terhadap pihak
yang bisa mengusik pemerintah.<br />
<br />
Selanjutnya, ia amat selektif memilih pembantu dekatnya, antara lain
dengan kriteria "pernah jadi ajudan Presiden". Segala upaya dijalankan
untuk mempertahankan dan mengawetkan kekuasaan, baik secara fisik maupun
secara mental.<br />
<br />
Dari sudut ini, peristiwa 15 Januari 1974 dapat disebut sebagai salah
satu tonggak sejarah kekerasan Orde Baru. Sejak itu represi dijalankan
secara lebih sistematis.<br />
<br />
Malari sebagai wacana<br />
<br />
Dalam buku Otobiografi Soeharto (terbit tahun 1989), kasus Malari 1974
dilewatkan begitu saja, tidak disinggung. Padahal, mengenai "petrus"
(penembakan misterius), Soeharto cukup berterus terang di situ.<br />
<br />
Dalam Memori Jenderal Yoga (1990), peristiwa itu digambarkan sebagai
klimaks kegiatan mahasiswa yang telah berlangsung sejak 1973. Yoga
Sugama ada di New York saat kerusuhan 15 Januari 1974. Lima hari setelah
itu ia dipanggil ke Jakarta, menggantikan Soetopo Juwono menjadi Kepala
BAKIN.<br />
<br />
Menurut Yoga, ceramah dan demonstrasi di kampus-kampus mematangkan
situasi, bermuara pada penentangan kebijakan ekonomi pemerintah.
Awalnya, diskusi di UI Jakarta (13-16/8/1973) dengan pembicara Subadio
Sastrosatomo, Sjafrudin Prawiranegara, Ali Sastroamidjojo, dan TB
Simatupang. Disusul peringatan Sumpah Pemuda yang menghasilkan "Petisi
24 Oktober".<br />
<br />
Kedatangan Ketua IGGI JP Pronk dijadikan momentum untuk demonstrasi
antimodal asing. Klimaksnya, kedatangan PM Jepang, Januari 1974,
disertai demonstrasi dan kerusuhan.<br />
<br />
Dalam buku-buku Ramadhan KH (1994) dan Heru Cahyono (1998) terlihat
kecenderungan Soemitro untuk menyalahkan Ali Moertopo yang merupakan
rivalnya dalam dunia politik tingkat tinggi. Soemitro mengungkapkan, Ali
Moertopo dan Soedjono Humardani "membina" orang-orang eks DI/TII dalam
GUPPI (Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam). Pola pemanfaatan
unsur Islam radikal ini sering berulang pada era Orde Baru.<br />
<br />
Dalam kasus Malari, lewat organisasi itu dilakukan pengerahan massa oleh
Ramadi dan Kyai Nur dari Banten. Bambang Trisulo disebut-sebut
mengeluarkan Rp 30 juta untuk membayar para preman. Roy Simandjuntak
mengerahkan tukang becak dari sekitar Senen. Kegiatan itu-antara lain
perusakan mobil Jepang, kantor Toyota Astra dan Coca Cola-dilakukan
untuk merusak citra mahasiswa dan memukul duet Soemitro-Soetopo Juwono
(Heru Cahyono, 1992: 166).<br />
<br />
Sebaliknya, "dokumen Ramadi" mengungkap rencana Soemitro menggalang
kekuatan di kampus-kampus, "Ada seorang Jenderal berinisial S akan
merebut kekuasaan dengan menggulingkan Presiden sekitar bulan April
hingga Juni 1974. Revolusi sosial pasti meletus dan Pak Harto bakal
jatuh". Ramadi saat itu dikenal dekat dengan Soedjono Humardani dan Ali
Moertopo. Tudingan dalam "dokumen" itu tentu mengacu Jenderal Soemitro.<br />
<br />
Keterangan Soemitro dan Ali Moertopo masing-masing berbeda, bahkan bertentangan. Mana yang benar, Soemitro atau Ali Moertopo?<br />
<br />
Kita melihat pelaku kerusuhan di lapangan dibekuk aparat, tetapi siapa
aktor intelektualnya tidak pernah terungkap. Ramadi ditangkap dan
meninggal secara misterius dalam status tahanan.<br />
<br />
Sebagian sejarah Orde Baru, termasuk peristiwa Malari 1974, memang masih gelap.<br />
<br />
Asvi Warman Adam, peneliti LIPI, doktor sejarah dari Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sociales, Paris.<br />
<br />
Sumber: Kompas, Kamis, 16 Januari 2003 </span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-22685455691196885722014-05-27T09:14:00.000-07:002014-05-27T09:14:09.731-07:00Mengenang Masa Dwifungsi ABRI yang Salah Satunya Berujung Pada Konflik Para Jendral<span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><b>NTERUPSI LEGENDARIS BRIGJEN TNI IBRAHIM SALEH</b><br />
<br />
Mengenai siapa calon Presiden Republik 2009-2014, <br />
<br />
ia memuji Prabowo Subiyanto yang diamati cukup membumi dan menyentuh
hati rakyat dalam menyampaikan pesan-pesan yang menyentuh rakyat banyak
lewat televisi. Menurutnya tingkah laku serta niat dan keinginan luhur
Prabowo untuk banyak berdharma bhakti kepada rakyat Indonesia sebaiknya
dikerjakan dan diamalkan dalam kehidupan nyata para pemimpin bangsa yang
ada di tanah air.<br />
<br />
ibrahim_salehSiapa tak kenal dengan Jenderal fenomenal Ibrahim Saleh? Ia
pernah menggegerkan Sidang Umum MPR 1988 lalu. Saat itu, Kamis, 9 Maret
1988, rapat paripurna baru saja secara aklamasi mengangkat kembali
Jenderal (Purn) Soeharto sebagai presiden RI untuk masa bakti kelima,
1988-1993. <br />
<br />
Padahal pimpinan sidang Kharis Suhud berancang-ancang hendak menutup
sidang pagi itu. Tapi sekonyong-konyong, Brigadir Jenderal Ibrahim
Saleh, yang duduk di deretan kursi fraksi ABRI, berlari menuju podium
sambil berteriak: “Pak Ketua….Interupsi.”<br />
<br />
Tanpa menunggu jawaban dari pimpinan sidang, Ibrahim berdiri di atas
mimbar. Ia lalu membacakan secarik kertas yang telah disiapkannya.
“Assalamualaikum…Majelis telah sepakat dan secara aklamasi meminta
Soeharto untuk memangku kembali jabatan presiden untuk masa jabatan
1983-1988…eh 1988-1992 eh……” ujarnya terengah-engah.<br />
<br />
“Kami telah mendengar desas-desus yang mengatakan bahwa pencalonan wakil
presiden tidak fair…” Kontan saja sebagian anggota majelis
berteriak-teriak,”Turun…turuuunn..” Ibrahim memang mempertanyakan
pencalonan Sudharmono sebagai wapres dengan dalih identitasnya
meragukan.<br />
Suasana pun geger. <br />
<br />
Pangab Jenderal Try Sutrisno dan Pangkopkamtib Jenderal Benny Moerdani
bergegas menuju meja pimpinan sidang. Mereka tampak berbicara dengan
Kharis Suhud sambil menunjuk ke arah mimbar tempat Ibrahim melakukan
interupsi. Belakangan, Ketua F-ABRI, Mayjen Harsudiyono Hartas,
mengajaknya turun mimbar. Hartas kaget atas ulah Ibrahim, lalu meminta
maaf pada pimpinan sidang.<br />
<br />
Keruan saja berita media massa langsung membidik Ibrahim. Ia sampai
dianggap tengah menderita stress berat, bahkan gila, karena ulahnya itu.
Tuduhan itu sama sekali tidak benar. Keinginan untuk menginterupsi itu
datang dari diri saya sendiri. Jenderal L.B Moerdani sama sekali tidak
memberi perintah apa pun pada saya.<br />
<br />
Bagaimana semua itu bisa terjadi?<br />
<br />
Menurut Brigjen (Purn) Ibrahim Saleh yang tetap fit di usia hampir tujuh
puluh tahun ini dalam pertemuan ketiga jalur keluarga besar Golkar
tanggal 28 Februari 1988, untuk pertama kalinya nama Sudharmono
disebut-sebut sebagai calon wakil presiden. Ketika itu ia bertanya pada
Soegiarto, Kassospol ABRI saat itu. “Gie, kamu tahu siapa Sudharmono
ini?”<br />
<br />
Saat itu samar-samar Ibrahim ingat sebuah peristiwa yang terjadi di
tahun 1964, ketika masih berdinas di Kodam Diponegoro dan berpangkat
letnan dua. Sewaktu ia pulang ke Semarang dari Solo, dan melewati
Boyolali, otobus yang ditumpangi terjebak kemacetan. Rupanya penyebab
kemacetan itu karena PKI sedang berpawai. <br />
<br />
Sesampainya di Semarang, Ibrahim mendapat informasi dari Kolonel
Soediro, Kasdam Diponegoro saat itu, bahwa yang mengadakan arak-arakan
di Boyolali itu adalah Sudharmono. Jadi, ketika 28 Februari itu
Sudharmono disebut sebagai calon wapres, Ibrahim belum yakin, dan masih
bertanya-tanya, apakah Sudharmono ini orang yang sama dengan yang
terlibat pawai tahun 1964?<br />
<br />
Ketika ada pertemuan keluarga besar Golkar pada 29 Februari, Ibrahim
mulai mendengar pencalonan Sudharmono sebagai wapres. Pada 1 Maret 1988,
malam harinya, Ibrahim rasa-rasan dengan Soegiarto tentang siapa calon
wapres dari ABRI? Masa mau mendukung orang yang riwayat hidupnya kita
nggak tahu. Tadinya Ibrahim dkk. berniat mendukung Try, tetapi dia
merasa sungkan. <br />
<br />
Akhirnya, pada 2 Maret, saat berlangsung rapat fraksi ABRI, kembali ia
bertanya kepada Pak Try sebagai pimpinan sidang tentang riwayat hidup
Sudharmono ini. Tapi jawabannya mengambang. Dan akhirnya, ABRI
memutuskan mendukung Soeharto sebagai presiden dan Sudharmono sebagai
wakil presiden. <br />
<br />
Maka, Ibrahim pun lalu memberanikan diri menginterupsi sidang umum yang saat itu dipimpin Kharis Suhud pada 9 Maret.<br />
Dalam UUD 45, presiden dan wapres dipilih dengan suara terbanyak.
Artinya, sah jika pemilihan itu dilakukan dengan voting. Tetapi mengapa
pemilihan presiden selama Orde Baru dilakukan dengan musyawarah untuk
mufakat. Jadi jelas terjadi penyimpangan penafsiran. Setelah interupsi
biasanya sidang diskors dulu. <br />
<br />
Ketika jeda itu berlangsung lobi-lobi. Walaupun kecil, kemungkinan
terjadinya perubahan hasil sidang ada. Saat itu, akibat interupsi yang
Ibrahim lakukan, hampir terjadi voting. Tetapi anehnya setelah itu
pencalonan Naro sebagai wapres, dicabut oleh PPP. Sehingga Sudharmono
terpilih menjadi wapres sebagai calon tunggal.<br />
<br />
Bagaimana sosok Ibrahim Saleh saat ini? Pria kelahiran 22 Rajab 1357 H
(10/8/1939) di Dusun TanahAbang,Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Muara
Enim, Prabumulih, Sumatera Selatan ini menikah dengan Rukiawati, gadis
sekampungnya. Setelah peristiwa interupsi itu, Ibrahim pensiun dari
sebagai anggota Legislatif F-TNI/Polri pada 1993. <br />
<br />
Kini, ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk kegiatan sosial,
seperti pengurus koperasi khusus pedagang kaki lima, panti asuhan anak
yatim piatu, maupun sesekali menjadi da’i yang berkhotbah di masjid.
Alasannya, menjadi apa pun kita, tidaklah terlalu penting. “Yang lebih
penting bagaimana kita bisa mengabdi pada Allah,” katanya di sela acara
Ulang Tahun Yayasan Lumbung Rakyat yang ke-10 pada Sabtu (18/10/2008)
sore di Posko TAP, Gg.Berdikari No.27, Jl.Lawang Gintung, Kel.Batutulis,
Bogor.<br />
<br />
Mengenai siapa calon Presiden Republik 2009-2014, ia memuji Prabowo
Subiyanto yang diamati cukup membumi dan menyentuh hati rakyat dalam
menyampaikan pesan-pesan yang menyentuh rakyat banyak lewat televisi.
Menurutnya tingkah laku serta niat dan keinginan luhur Prabowo untuk
banyak berdharma bhakti kepada rakyat Indonesia sebaiknya dikerjakan dan
diamalkan dalam kehidupan nyata para pemimpin bangsa yang ada di tanah
air.<br />
<br />
Label: suaratokoh.com<br />
<br />
sumber: http://*networkedblogs.com/f1k9R</span><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"> </span></span><span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><br />
<img alt="" border="0" src="http://tempo.co.id/img/Ibrahim_Saleh.jpg" /><br />
<b>Wawancara Ibrahim Saleh, Tempo 1998<br />
<br />
"Interupsi Itu Diizinkan dan Dijamin Tatib MPR-RI"<br />
</b><br />
Ibrahim Saleh Belum lagi perhelatan akbar Sidang Umum MPR 1998 digelar,
Harmoko Ketua Umum MPR/DPR menjamin: tak bakal ada anggota dewan yang
nyelonong menginterupsi. Apalagi dari Fraksi Karya Pembangunan. <br />
<br />
Padahal, menurut "bintang interupsi" yang menghebohkan SU MPR 1988,
Brigjen Purn. Ibrahim Saleh, Harmoko seharusnya berterima kasih kalau
ada anggota dewan yang berani interupsi. Sebab mungkin ada banyak
persoalan yang tidak tersentuh dalam rapat-rapat ditingkat komisi.<br />
<br />
Secara konstitusional, Ibrahim mengingatkan bahwa tindakan interupsi itu
justru bisa dibenarkan. "Karena diatur dan diakui dalam Tatib MPR,"
katanya. Mengapa Ibrahim nekad menginterupsi pencalonan Sudharmono pada
Sidang Umum MPR 1988 lalu? Benarkah saat itu di sedang stress berat?
Adakah peranan Jenderal Purn. L.B. Moerdani di balik interupsinya itu? <br />
<br />
Ikuti wawancara Iwan Setiawan dan Purwani Diyah Prabandari di rumah
Ibrahim Saleh (lihat: Profil Ibrahim), di kawasan Lawang Gintung, Bogor,
Jawa Barat, Selasa, 24 Februari 1988. Berikut petikannya.<br />
<br />
<em>Mengapa Anda melakukan interupsi dalam SU MPR 1988 dulu?<br />
</em><br />
Banyak orang yang menganggap tindakan saya saat itu nggak sopan, bahkan
ada yang bilang saya gila. Tetapi yang membuat saya nekad untuk
menginterupsi adalah, saya merasa bahwa apa yang akan saya sampaikan itu
adalah sesuatu yang penting dan menyangkut masa depan bangsa. Saya cuma
berharap agar sidang mau mendengar dan mempertimbangkan pendapat saya
sebelum memutuskan masalah penting tersebut.<br />
<br />
<em>Apa sih "sesuatu" yang Anda anggap penting itu?<br />
</em><br />
Persoalan yang saya interupsi ketika itu adalah bersih tidaknya riwayat
hidup Sudharmono sebagai calon wakil presiden. Dan persoalan itu saya
anggap sangat penting. Yang saya khawatirkan adalah bagaimana nasib
Indonesia di masa depan, jika negara ini dipimpin oleh orang yang nggak
bersih.<br />
<br />
<em>Benarkah tuduhan bahwa interupsi yang Anda lakukan itu atas perintah L.B Moerdani?<br />
</em><br />
Tuduhan itu sama sekali tidak benar. Keinginan untuk menginterupsi itu
datang dari diri saya sendiri. Jenderal L.B Moerdani sama sekali tidak
memberi perintah apa pun pada saya.<br />
<br />
<em>Ada juga yang mengatakan bahwa Anda gila atau stress berat?<br />
</em><br />
Ha...ha...ha... nggak, saya nggak gila. Saya ingat betul. Sebelum
selesai saya menginterupsi, saya keburu diminta turun. Lantas saya
diperiksa oleh dokter Budi, hasilnya tekanan darah saya normal, dengan
tekanan 120/80.<br />
<br />
<em>Bagaimana cara efektif mengurangi kemungkinan interupsi dalam sidang umum?<br />
</em><br />
Sebetulnya yang terbaik adalah membuka semua permasalahan yang ada
ketika rapat fraksi berlangsung. Jika demikian, akan mengurangi
kemungkinan munculnya interupsi di saat sidang umum. Yang terjadi selama
ini, sidang fraksi tak pernah secara terbuka membahas masalah - masalah
yang penting, pimpinan cenderung membahasnya secara sepintas saja.
Akibatnya, muncul ketidakpuasan anggota fraksi, sehingga seringkali
memunculkan keinginan menginterupsi saat sidang umum.<br />
<br />
<em>Apakah interupsi Anda atas pencalonan Sudharmono karena terbentur rapat fraksi yang tak membahas tuntas permasalahan Anda?<br />
</em><br />
Dalam pertemuan ketiga jalur keluarga besar Golkar tanggal 28 Februari
1988, untuk pertama kalinya nama Sudharmono disebut -sebut sebagai calon
wakil presiden. Ketika itu saya bertanya pada Soegiarto, Kassospol ABRI
saat itu. Gie, kamu tahu siapa Sudharmono ini? Saat itu samar-samar
saya ingat sebuah peristiwa yang terjadi di tahun 1964, ketika masih
berdinas di Kodam Diponegoro dan berpangkat letnan dua.<br />
<br />
Sewaktu saya pulang ke Semarang dari Solo, dan melewati Boyolali, bis
yang saya naiki terjebak kemacetan. Rupanya penyebab kemacetan itu
karena PKI sedang berpawai. Sesampainya di Semarang, saya mendapat
informasi dari Kolonel Soediro, Kasdam Diponegoro saat itu, bahwa yang
mengadakan arak-arakan di Boyolali itu adalah Sudharmono. Jadi, ketika
28 Februari itu Sudharmono disebut sebagai calon wapres, saya belum
yakin, dan masih bertanya-tanya, apakah Sudharmono ini orang yang sama
dengan yang terlibat pawai tahun 1964?<br />
<br />
Ketika ada pertemuan keluarga besar Golkar pada 29 Februari, saya mulai
mendengar pencalonan Sudharmono sebagai wapres. Pada 1 Maret 1988, malam
harinya, saya rasa-rasan dengan Soegiarto tentang siapa calon wapres
dari ABRI? Masa mau mendukung orang yang riwayat hidupnya kita nggak
tahu. Tadinya kami berniat mendukung Try, tetapi dia merasa sungkan. <br />
<br />
Akhirnya, pada 2 Maret, saat berlangsung rapat fraksi ABRI, saya kembali
bertanya kepada Pak Try sebagai pimpinan sidang tentang riwayat hidup
Sudharmono ini. Tapi jawabannya mengambang. Dan akhirnya, ABRI
memutuskan mendukung Soeharto sebagai presiden dan Sudharmono sebagai
wakil presiden. Maka, saya pun lalu memberanikan diri menginterupsi
sidang umum yang saat itu dipimpin Kharis Suhud pada 9 Maret.<br />
<br />
<em>Apakah interupsi oleh satu orang semacam itu bisa mengubah hasil sidang?<br />
</em><br />
Setelah interupsi biasanya sidang diskors dulu. Ketika jeda itu
berlangsung lobi-lobi. Walaupun kecil, kemungkinan terjadinya perubahan
hasil sidang ada. Saat itu, akibat interupsi yang saya lakukan, hampir
terjadi voting. Tetapi anehnya setelah itu pencalonan Naro sebagai
wapres, dicabut oleh PPP. Sehingga Sudharmono terpilih menjadi wapres
sebagai calon tunggal.<br />
<br />
<em>Menurut Anda mengapa pemerintah selalu berusaha menghindari voting?<br />
</em><br />
Ini juga aneh. Dalam UUD 45, presiden dan wapres dipilih dengan suara
terbanyak. Artinya, sah jika pemilihan itu dilakukan dengan voting.
Tetapi pemilihan presiden selama Orde Baru dilakukan dengan musyawarah
untuk mufakat. Jadi jelas terjadi penyimpangan penafsiran.<br />
<br />
<em>Harmoko menjamin tak ada anggota Golkar yang akan melakukan interupsi dalam SU MPR nanti. Bagaimana ini?<br />
</em><br />
Menurut saya, pernyataan Harmoko itu justru aneh. Bagaimana jika dalam
rapat komisi maupun sidang umum, ada permasalahan penting yang tidak
tersentuh, apakah anggota dewan tidak boleh melakukan interupsi? <br />
<br />
Seharusnya Harmoko justru berterima kasih atas interupsi itu. Bagaimana
jika kasus seperti kebakaran hutan, kerusuhan Ujungpandang atau di
Banjarmasin tidak dibahas. Menurut saya, hal-hal semacam ini patut
diinterupsi.<br />
<br />
<em>Apakah pencegahan interupsi itu sebagai upaya untuk mengindari voting?<br />
</em><br />
Ya. Aneh jika sistem negara yang kita anut adalah negara demokratis,
tetapi seorang wakil rakyat, yang tugasnya memang menyalurkan aspirasi
rakyat, dicegah untuk bicara.<br />
<br />
<em>Benarkah pencegahan interupsi ini bertujuan "melancarkan" jalan Habibie untuk meraih kursi wapres?<br />
</em><br />
Seharusnya setiap anggota dewan diberi kebebasan untuk bicara. Jika
benar ini semua adalah upaya untuk menggolkan Habibie, seharusnya inilah
saatnya Habibie membuktikan bahwa ia memang punya kualitas untuk jadi
presiden, biarkan lawan politiknya mengkritik, jangan justru menutup
kritik itu.<br />
<br />
<em>Mungkin pemerintah khawatir Habibie akan kalah bersaing dengan Emil Salim sebagai wapres, jika interupsi diizinkan?<br />
</em><br />
Saya pikir sudah seharusnya persaingan seperti itu dilakukan secara
terbuka. Saya akui dua orang itu memang hebat. Tetapi saya juga yakin
bahwa Habibie bakal menang. Karena waktu yang tersisa bagi Emil Salim
tinggal sedikit. Selain itu Habibie juga lebih dekat dengan Pak Harto.<br />
<br />
<em>Sebenarnya adakah aturan yang melarang anggota dewan melakukan interupsi?<br />
</em><br />
Justru sebaliknya. Ada aturan yang mengatur bagaimana seorang anggota
dewan menyampaikan interupsi dalam sidang. Jadi interupsi itu diizinkan
dan dijamin dengan Tata Tertib MPR RI pasal 69.<br />
<br />
<em>Anda setuju dengan pendapat bahwa melakukan interupsi dalam sidang,
sebenarnya justru mematikan demokrasi, karena dianggap memaksakan
kehendak?<br />
</em><br />
Pendapat itu jelas nggak benar. Bahkan jika ada seorang anggota dewan
yang berani menyuarakan kebenaran lewat interupsi dan kemudian
di-recall, seharusnya anggota dewan lainnya membela, jangan seolah-olah
nggak mau tahu.<br />
<br />
IS/PDP</span><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"> </span></span><span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><br />
</span></span></span></span><br /><span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;">SEPUTAR MANUVER POLITIK MILITER ZAMAN ORBA DALAM PEMILIHAN WAPRES</span><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"> Oleh: P. Hasudungan Sirait<br />
<br />
Semakin dekat Pemilu, kian ramai pula bursa calon wakil presiden.
Sementara bursa presiden sepi. Beberapa nama kini mulai disebut-sebut
sebagai calon wapres. Termasuk Try Sutrisno, Habibie, Ginandjar
Kartasasmita, Moerdiono, Hartono dan, yang terbaru, Buya Hasan Metareum.
Adalah pernyataan Ketua Fraksi ABRI Letjen Suparman Achmad yang memicu
munculnya nama-nama ini. Memang Suparman hanya menyebut bahwa ABRI sudah
mengantungi nama calon untuk wapres mendatang. Tapi itu sudah cukup
untuk merangsang orang mengelus jago. Tak peduli lagi kalau Kepala Staf
Sospol ABRI Letjen Syarwan Hamid kemudian meluruskan pernyataan Suparman
dengan menyebut Mabes ABRI belum menetapkan calon.<br />
<br />
Ada penyebabnya sehingga banyak kalangan yang tetap percaya pada ucapan
Ketua F-ABRI tadi. Yaitu manuver yang dilakukan F-ABRI dalam bursa
serupa lima tahun silam. Waktu itu dalam Sidang Umum (SU) MPR, Ketua
F-ABRI Harsudiono Hartas mendahului fraksi lain dalam mengajukan jago
dari kubu militer yaitu Try Sutrisno. Langkah seperti ini di luar
kebiasaan F-ABRI. Tapi terobosan ini bak gayung bersambut. Fraksi lain
juga setuju. Maka jadilah Try yang terpilih. Bukan Wapres lama
Sudharmono yang kabarnya sejak semula tak didukung ABRI.<br />
<br />
Manuver tak lazim yang dilakukan Hartas dkk. itu kemudian mengundang
berbagai penafsiran. Pengamat seperti Adam Schwarz misalnya melihatnya
sebagai langkah yang diambil agar jangan sampai Sudharmono terpilih lagi
atau supaya bukan Habibie yang gol. Konon interupsi Brigjen Ibrahim
Saleh dalam SU MPR 1988 juga merupakan bagian dari skenario menjegal
mantan Mensesneg tersebut. Ibrahim Saleh dalam interupsinya ketika itu
menyebut tak ada masalah soal calon presiden. Tapi kalau soal wapres
masih diragukan. Waktu itu kandidat tinggal Sudharmono seorang, sebab
Naro sudah mundur beberapa jam menjelang pemilihan. Memang akhirnya
Sudharmono tetap terpilih.<br />
<br />
Sikap F-ABRI yang agak agresif dalam dua SU MPR terakhir cukup menjadi
isyarat bagi kalangan tertentu untuk menyimpulkan bahwa militer memang
serius dalam memajukan jagonya. Maka ketika Suparman Achmad mengatakan
ABRI sudah mengantongi nama calonnya, banyak orang yang
mempersepsikannya sebagai sebuah kesungguhan. Kalau memang demikian,
siapa gerangan jagoan ABRI? Hingga sekarang belum jelas. Tapi niscaya
berlatar belakang militer. Besar kemungkinan ada dalam daftar di atas.
Di sana yang tak berlatar belakang militer hanya Habibie dan Buya
Metareum.<br />
<br />
Secara konsepsional, yaitu menurut UUD ‘45, baik presiden maupun
wakilnya dipilih oleh MPR dengan suara terbanyak. Meski demikian,
preferensi presiden tampaknya cukup berperan dalam pemilihan orang kedua
di pemerintahan. Ini bisa dilihat khususnya dalam era Orde Baru. Kalau
di zaman Orde Lama, pemilihan kedua proklamator menjadi orang pertama
dan kedua di negeri ini spontan saja. Kala itu pada sesi kedua sidang
pertama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), sehari setelah
kemerdekaan, anggota Oto Iskandardinata menyebut nama Soekarno. Hadirin
bertepuk sorak. Demikian juga waktu nama Hatta ia ucapkan. Seperti
diketahui, dalam Orla, presiden dan wapres hanyalah Soekarno dan Hatta.<br />
<br />
Di zaman Orde Baru, entah kebetulan atau tidak, yang jadi wapres adalah
mereka yang secara pribadi dekat dengan Pak Harto. Tapi tampaknya bukan
kebetulan. Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah bagian dari triumvirat
(bersama Soeharto dan Adam Malik) yang menjadi ujung tombak pembangunan
nasional di masa awal Orde Baru. Adam Malik kemudian menggantikan Sri
Sultan sebagai wapres. Selanjutnya yang terpilih adalah Umar
Wirahadikusumah, orang Siliwangi yang menjadi Pandam V Jaya sewaktu Pak
Harto menjadi Pangkostrad. Kedua mereka bahu-membahu dalam menumpas PKI
menyusul perisitiwa G30S. Umar kemudian menggantikan Pak Harto sebagai
Pangkostrad. Setelah Umar, Giliran Sudharmono yang mendampingi Kepala
Negara. Sewaktu Pak Harto menjadi Ketua Presidium Kabinet Ampera tahun
1966, Sudharmono sudah dipercaya sebagai Sekretaris Presidim Kabinet.<br />
<br />
Seperti Umar, penunjukan mantan Ketua Golkar ini memang agak
mengejutkan. Pemilihan Umar yang waktu itu Ketua BPK, menjadi surprise
sebab ia tidaklah sepopuler pendahulunya, Sri Sultan dan Adam Malik.
Tapi seperti disebut tadi, ia diketahui merupakan sekutu lama Pak Harto.
Sebagai Ketua Golkar yang berhasil, Sudharmono cukup tenar. Apalagi
jika mengingat keberhasilannya sebagai king maker (yang berperan besar
dalam mempromosikan karir seseorang-red) baik waktu di Sekneg maupun
tatkala di Golkar.<br />
<br />
Wapres yang terakhir, Try Sutrisno, adalah mantan ajudan Presiden yang
kemudian dipercaya menjadi Pangdan V Jaya. Adalah Try yang kemudian
menggantikan rekannya, Benny Murdani, sebagai Pangab.<br />
<br />
Kalau melihat kedekatan hubungan pribadi yang demikian maka akan
sulitlah untuk mengatakan bahwa wapres di masa Orde Baru merupakan
pilihan MPR semata. Preferensi Presiden pun menentukan di sana. Dan itu
mungkin, jika melihat struktur keanggotaan MPR yang lebih separo
anggotanya bukanlah hasil pemilihan. Sebenarnya tidak terlalu masalah
kalau wapres bukan pilihan murni MPR. Sebab bagaimanapun seorang kepala
negara seyogyanya didampingi oleh seseorang yang klop dengan dia. Maka,
untuk pemilihan wapres mendatang pun besar kemungkinan Presiden masih
menentukan.<br />
<br />
Mereka yang pernah menjadi wakil Pak Harto ini umumnya dikenal sebagai
pribadi hebat. Sri Sultan misalnya merupakan figur yang disegani baik
oleh sipil maupun militer. Dedikasinya yang luar biasa serta kearifannya
membuat dia dihormati. Sewaktu mengurusi perekonomian nasional, dia
telah membuktikan kemampuannya sebagai pelobi tangguh bank dunia, IMF,
atau IGGI.<br />
<br />
Adam Malik merupakan salah seorang pentolan kelompok pemuda revolusioner
yang kemudian menculik Soekarno-Hatta. Ia turut mendirikan LKBN Antara
dan menjadi seorang jurnalis terkemuka. Setelah menjadi Menlu yang
sukses memulihkan kekuatan diplomasi Indonesia, ia dipercaya menjadi
wapres. Dengan demikian ia merupakan sipil berjabatan tertinggi di zaman
Orde Baru.<br />
<br />
Meski namanya kurang terkenal sebelum jadi wapres, Umar merupakan
seorang militer tangguh yang turut mengharumkan nama Siliwangi. Puncak
karirnya sebagai militer adalah ketika ditunjuk menjadi KASAD tahun
1969. Kemudian ia ditugasi memimpin BPK sebelum jadi orang kedua.<br />
<br />
Sudharmono bisa saja kurang populer di kalangan militer meski latar
belakangnya sendiri adalah oditur militer. Namun sebagai organisatoris
dia diakui jempolan. Di tangannyalah Sekneg berubah menjadi wahana yang
sangat berpengaruh. Konsolidasi Golkar paling mantap pun berlangsung
sewaktu ia pimpin. Satu hal lagi, ia melahirkan sejumlah kader yang di
antaranya kelak menjadi anggota kabibet terkemuka. Yaitu Moerdiono,
Ismail Saleh, Ginandjar, Akbar Tanjung, Siswono, dan Sarwono. Sukarton
(alm.) dan Soni Harsono termasuk anak didiknya.<br />
<br />
Adapun Try Sutrisno termasuk generasi muda ABRI yang paling menonjol.
Sebelum menjadi wapres, lulusan Atekad semapat menjadi Pangdam IV
(Sriwijaya), Pangdam V (Jaya), KSAD, dan Pangab.<br />
<br />
Namun demikian, segenap kehebatan ini ternyata tak cukup membuat mereka
bisa lebih kemilau setelah menjadi wapres. Peran yang cenderung
seremoniallah yang mereka mainkan sebagai orang nomor dua. Secerdik apa
pun si bung Kecil Adam Malik, misalnya, ternyata ilmu ‘semua bisa
diatur’ yang ia miliki tak cukup ampuh untuk ia terapkan ketika menjadi
wapres. Ada yang bilang bahwa ironis, posisi wapres telah ‘membunuh’
karir politik Adam Malik yang gemilang. Maka seperti pendahulunya, Sri
Sultan, ia pun menyatakan tak mau dipilih lagi.<br />
<br />
Kalau demikian apakah jabatan wapres masih menarik? Yang optimis
mengatakan masih. Alasannya karena peluang untuk menjadi nomor satu kini
semakin besar. Benarkah? ###<br />
<br />
1997</span><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"> </span></span></span></span><span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><br /> </span></span></span></span></span></span><span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><span class="post-quote" style="color: #484848; display: block; font-family: Helvetica,Arial,Sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; margin: auto; text-align: left; width: 100%;"><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"><b>RIVALITAS GOLKAR - MILITER DALAM MERAIH JABATAN WAPRES PADA DEKADE 80-AN</b></span><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;">PANJI UTAMA / PANJI NO.18 TH. II 18 AGUSTUS 1999 <br />
<b>Perseteruan Orang Dekat Soeharto <br />
</b> <br /> Hubungan Masa Lalu: Hubungan persahabatan yang dijalin selama belasan <br /> tahun menjadi renggang ketika salah seorang dari mereka dicalonkan <br /> sebagai wakil presiden. Inilah kisah masa lalu mereka berdua. <br /> <br /> <br /> Sudah lama sebenarnya Leonardus Benjamin `Benny' Moerdani dan <br /> Sudharmono jadi kawan akrab. Pertama kali Benny kenal dengan <br /> Sudharmono sekitar tahun 1951 di Bandung. Saat itu ia menjadi siswa <br /> Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat. Sedangkan Sudharmono waktu <br /> itu adalah perwira pimpinan (battalion's adjutant). Hubungan itu kian <br /> dekat saat Benny pulang dari Seoul, Korea Selatan, tahun 1974. <br /> "Kedekatan itu berlangsung lantaran tugas kami banyak berhubungan," <br /> kata Benny suatu ketika. <br /> <br /> Mungkin betul apa yang dikatakan Benny. Selepas menjabat konsul <br /> jenderal RI di Korea, pria kelahiran Cepu, Jawa Tengah, 2 Oktober <br /> 1932, itu langsung dipercaya sebagai asintel Hankam/Kopkamtib. <br /> Sementara saat itu Sudharmono menjabat mensesneg. "Karena jabatan <br /> serta tugas itulah, maka hubungan saya dengan Pak Dhar, baik dalam <br /> kaitan kerja maupun secara pribadi, menjadi semakin erat," kata Benny <br /> Moerdani seperti ditulis dalam buku Kesan dan Kenangan dari Teman: 70 <br /> Tahun H. Sudharmono, S.H. Puncak keeratan hubungan mereka terjadi saat <br /> Benny menjadi panglima ABRI dan Sudharmono jadi mensesneg selain ketua <br /> umum Golkar. <br /> <br /> Namun, namanya juga manusia, hubungan pertemanan yang dicoba dijalin <br /> secara mulus itu akhirnya bisa retak juga. Persoalannya pun sebetulnya <br /> terkesan tidak rasional. Hanya gara-gara kepentingan politik, Benny <br /> dengan Sudharmono harus beradu kepentingan. <br /> <br /> Entah apa yang menjadi dasar, di penghujung jabatannya sebagai ketua <br /> umum Golkar, beberapa orang pengurus DPP berkehendak mengegolkan <br /> Sudharmono jadi orang nomor dua di Republik ini. Ketika itu Sarwono <br /> dan Akbar Tandjunglah yang begitu bersemangat mengupayakan Sudharmono <br /> jadi calon wakil presiden periode 1988-1993. Tekad mereka makin kuat <br /> setelah mendapat sinyal dari Presiden Soeharto. <br /> <br /> Sebenarnya, pria kelahiran Gresik, 12 Maret 1927, itu kurang berkenan <br /> dengan pencalonan tersebut. Bukan apa-apa, Sudharmono merasa dirinya <br /> tidak layak untuk menjabat posisi itu. Dalam otobiografi Sudharmono, <br /> S.H.: Pengalaman dalam Masa Pengabdian, disebutkan Sudharmono bersikap <br /> keras kepada Sarwono dan Akbar Tandjung. Dua orang inilah yang bertemu <br /> dengan Sudharmono di Sekretariat Negara pada 25 Februari 1988 untuk <br /> membicarakan masalah pencalonan sebagai wapres. "Pada saat itu reaksi <br /> saya ialah sebaiknya Fraksi Karya Pembangunan mengadakan konsultasi <br /> dengan ketua Dewan Pembina. Kalau mungkin bersama-sama dengan Fraksi <br /> Utusan Daerah dan Fraksi ABRI," tulis Sudharmono. <br /> <br /> Rupanya, pencalonan itu secara tidak langsung diketahui oleh Pak <br /> Harto. Cuma, waktu itu Soeharto tidak secara tegas menunjuk hidung. <br /> Waktu itu Soeharto cuma mengisyaratkan syarat-syarat untuk calon wakil <br /> presiden. Pertama, dia haruslah seorang yang teguh pendiriannya atas <br /> Pancasila dan UUD 1945. Kedua, menunjukkan kapabilitasnya, memiliki <br /> prestasi dan integritas yang tinggi. Ketiga, dapat diterima oleh <br /> masyarakat. Keempat, mendapat dukungan sebagian besar anggota fraksi. <br /> Menurut Sarwono dan Akbar waktu itu, keempat syarat tersebut ada pada <br /> diri Sudharmono. Kloplah sudah. <br /> <br /> Tiga hari kemudian digelarlah rapat tiga fraksi, yaitu FKP, FUD dan <br /> FABRI, di Mabes ABRI. Benny Moerdani selaku Pangkopkamtib bertindak <br /> sebagai tuan rumah. Saat itu hadir juga pangab baru, Try Sutrisno. <br /> Selain itu, pimpinan tiap-tiap fraksi tentu saja hadir. Demikian juga <br /> Ketua Umum Golkar dan Pimpinan Korpri Soepardjo Roestam. Trifraksi <br /> ketika itu sudah berkonsultasi kepada Soeharto ihwal calon yang akan <br /> dipilih sebagai pendampingnya. <br /> <br /> Dalam rapat tersebut terjadi situasi yang agak "aneh". Saat itu, <br /> Cosmas Batubara, salah seorang anggota FKP, menanyakan kepada pimpinan <br /> rapat, siapa calon tiga jalur untuk wakil presiden mendatang. Ini <br /> dijawab Benny. Menurut Benny, FABRI sampai waktu itu belum mengambil <br /> keputusan. Alasannya, dia baru saja kembali dari luar negeri dan belum <br /> sempat berkonsultasi dengan Pak Harto. <br /> <br /> Jawaban ini terang saja menimbulkan tanda tanya. Padahal ketiga fraksi <br /> ketika berkonsultasi dengan Pak Harto telah menyatakan kesamaan <br /> pandangannya untuk mencalonkan Pak Dhar. Timbul pertanyaan, ada apa <br /> dengan Benny? <br /> <br /> Dalam hubungan dengan pencalonan Sudharmono oleh ABRI, Sudharmono <br /> mendengar kabar kurang sedap. "Keputusan ABRI untuk mencalonkan saya <br /> itu diambil setelah diadakan rapat maraton di kantor Pak Benny di <br /> Tebet (kantor intel)," tulis Sudharmono dalam buku Pengalaman dalam <br /> Masa Pengabdian. Dalam rapat itu, lanjutnya, Benny awalnya keberatan <br /> jika ABRI mencalonkan Sudharmono sebagai wakil presiden. Alasan yang <br /> dia kemukakan sendiri tidak jelas. Baru setelah terjadi perdebatan <br /> yang hangat antara peserta rapat--terdiri atas jenderal-jenderal <br /> pimpinan ABRI, termasuk Benny, Try Sutrisno, Sugiharto (kepala staf <br /> sosial politik ABRI), Harsudiono Hartas (asisten kassospol)--akhirnya <br /> diambil keputusan untuk mendukung Sudharmono. Rupanya, yang menentukan <br /> keputusan itu tidak lain karena Soeharto memang menjagokan Sudharmono. <br /> Karena itu, dengan berat hati Benny terpaksa harus loyal atas <br /> "keputusan" Soeharto tersebut. <br /> <br /> Benny sendiri tampaknya kurang respek terhadap pencalonan Sudharmono. <br /> Soalnya bukan apa-apa. Awalnya, nama Benny memang disebut-sebut <br /> sebagai salah seorang kandidat wakil presiden. Tetapi soal ini ditolak <br /> oleh Benny. "Bagus kalau demikian,...kalau saya masih menjadi ketua <br /> Partai ABRI. Tetapi sejak dua jam yang lalu, ketua partai sudah bukan <br /> di tangan saya lagi, melainkan Try..." tulis Benny dalam biografi <br /> Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan. <br /> <br /> Rupanya, Benny mengusulkan nama Try Sutrisno sebagai wapres. Try <br /> sendiri belum genap dua jam sebelumnya menerima tanggung jawab sebagai <br /> panglima ABRI. Tampaknya dia malah belum sempat menyadari sepenuhnya <br /> terhadap isyarat yang diberikan Benny itu. Benny sudah berupaya agar <br /> nama Try digelindingkan sebagai kandidat dari ABRI. <br /> <br /> Namun apa lacur? Benny tetap saja Benny. Kehendak untuk berkuasa <br /> tampaknya masih ada. Gagal dalam proses pencalonan di tingkat fraksi, <br /> dia mencoba bermain dalam proses pemilihan di tingkat Sidang Umum MPR. <br /> Saat pemilihan wapres berlangsung, muncul kejanggalan yang tidak <br /> terduga. Semula, Sudharmono sudah bulat mendapatkan dukungan <br /> trifraksi, tapi secara tak diduga Ketua PPP Jaelani Naro bagai jagoan <br /> mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Kemudian, muncullah Ibrahim <br /> Saleh dari FABRI yang tiba-tiba melakukan interupsi. Dia mengucapkan <br /> pidato yang tidak jelas. Intinya, tidak setuju calon wakil presiden <br /> yang sudah diproses. Naro baru mundur pada detik-detik akhir <br /> pemilihan, setelah dilobi oleh Awaloedin Djamin. Namun belakangan, <br /> menurut pengakuan bekas seorang pimpinan FPP, pencalonan Naro memang <br /> mendapat dukungan dari Benny. Begitu pula kasus Ibrahim Saleh adalah <br /> bagian dari skenario untuk memprotes pencalonan Sudharmono. <br /> <br /> Benny berkilah. "Apa pun yang diucapkan anggota FABRI yang maju ke <br /> depan tadi itu tidak mencerminkan pendapat resmi fraksi... jelas <br /> dilakukan oleh perorangan," katanya. Bantahan ini untuk menepis <br /> anggapan bahwa peristiwa itu merupakan skenario yang diatur Fraksi <br /> ABRI karena mereka sejak awal tidak setuju Sudharmono sebagai wapres. <br /> <br /> <br /> Konflik Politik. Benarkah itu awal konflik Benny-Sudharmono? Bukan. <br /> Perseteruan Benny dengan Sudharmono sudah lama terjadi. Saat <br /> Sudharmono memangku jabatan ketua umum Golkar (1983-1988), memang <br /> santer isu bahwa ABRI tidak setuju dengan program kaderisasi, <br /> kemandirian Golkar, dan juga tidak menyetujui Golkar akan memperoleh <br /> suara yang terlalu besar dalam pemilu. "Tetapi mengenai hal itu saya <br /> tidak pernah mendengar dari Benny, baik dalam pertemuan maupun di luar <br /> pertemuan," kata Sudharmono dalam otobiografinya, Pengalaman dalam <br /> Masa Pengabdian. <br /> <br /> Hal senada juga dikemukakan Harsudiono Hartas. Menurut dia, <br /> perseteruan Benny dengan Sudharmono itu berawal dari penggunaan <br /> tentara oleh Golkar. "Perseteruannya cuma begitu. Dulu saya pernah <br /> mbalelo kan? Karena apa, jangan mendikte dong, karena ini kan <br /> demokrasi. Tapi itu kan perseteruan sementara," katanya. Menurut <br /> Hartas, Benny bersikap seperti itu agar Golkar jangan menguasai ABRI. <br /> "ABRI itu kan milik rakyat. Mengapa ABRI berjuang untuk mendapat kursi <br /> di DPR. Itu hakikatnya untuk mempertahankan semangat proklamasi," <br /> katanya. <br /> <br /> Pernyataan ini dibantah oleh Sarwono. Justru sebaliknya, kata Sarwono, <br /> saat itu ABRI berusaha mengobok-obok Golkar. Caranya? "Hampir semua <br /> ketua DPD I dan II itu orang-orang militer. Dewan Pembina dan militer <br /> tidak mau Golkar itu berkembang. Kalau berkembang bisa membahayakan <br /> posisi presiden," kata Sarwono Kusumaatmadja. <br /> <br /> Sudharmono sendiri mengakui, antara dia dan Benny pernah terjadi <br /> sedikit beda pendapat mengenai soal operasional. Itu terjadi ketika <br /> Golkar menyetujui diadakannya kiprah pemuda dengan menyelenggarakan <br /> kirab AMPI dari Surabaya ke Jakarta, menjelang masa kampanye Pemilu <br /> 1987. Meskipun semua persiapan--termasuk perizinan--sudah diperoleh, <br /> dalam pelaksanaannya ada beberapa pejabat militer daerah yang tidak <br /> menyetujui kegiatan AMPI dengan berbagai alasan. "Namun, setelah saya <br /> mengadakan pembicaraan langsung dengan Pak Benny dan menjelaskan <br /> persoalannya, akhirnya dapat dicapai saling pengertian, dan kirab AMPI <br /> dapat dilaksanakan sesuai rencana," katanya. <br /> <br /> Sudharmono sebetulnya tahu jika dirinya dihadapkan secara kontradiktif <br /> dengan Benny. Perbedaan itu, seperti dituduhkan beberapa pihak, <br /> malahan menjurus ke rivalitas. "Saya sendiri tidak pernah percaya atas <br /> isu-isu demikian," kata Sudharmono. Alasannya, karena selama dia <br /> bergaul dengan Benny, dia tidak pernah melihat yang seperti itu. <br /> "Kalau ada orang yang mencoba memanas-manasi saya mengenai Pak Benny, <br /> saya selalu mengatakan hal itu sebagai usaha adu domba." <br /> <br /> Persoalannya, siapakah yang mampu mengadu mereka? Banyak yang percaya: <br /> Soeharto. <br /> <br /> <br /> Dudi Rahman dan Budiyono </span></span></span></span></span><span style="background: #E1E4F2; border: 1px inset; color: #484848; display: block; margin: auto; padding: 5px; width: 95%;"> </span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-20922186999888202272014-05-25T08:28:00.002-07:002014-05-25T08:28:36.137-07:00ISU : Kudeta "Ala" Jenderal LB. Moerdani (1983-1988)<!--[if !mso]>
<style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style>
<![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves>false</w:TrackMoves>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2;">
<span style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></span><b style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-size: 12.0pt;">Jendral Leonardus Benny Moerdani adalah
orang kuat di lingkungan ABRI pada awal dekade 80-an. salah satu
"legenda" dalam sejarah ABRI ini lulusan Candradimuka tahun 1950.
Tampilnya ia ke permukaan merupakan simbol peralihan tongkat estafet dari
generasi 45 ke generasi penerus.<br />
<br />
Awal karirnya, ia berjuang sebagai prajurit komando. Bersama Letkol Untung
Syamsuri (kelak dikenal sebagai pemimpin G30S/PKI), Benny Moerdani menorehkan
prestasi membanggakan saat perjuangan merebut Irian Barat. Lantaran prestasinya
itu sempat ditawari Presiden Soekarno untuk masuk Resimen Tjakrabhirawa. Tetapi
ia menolak, sesuatu yang langka terjadi pada saat itu, karena kebanyakan
tentara menganggap melayani Presiden Soekarno adalah suatu kebanggaan.<br />
<br />
Hampir seluruh karir militernya dihabiskan untuk mengurus soal-soal intelijen.
Setelah berselisih pendapat dengan Letjen Ahmad Yani, LB Moerdani harus
meninggalkan korps baret merah kebanggaannya (baca LB Moerdani dan Baret
Merah). Ia pun memulai karir sebagai perwira intelijen. "Medan
perang" nya mula-mula adalah Malaysia, kemudian dipindah tugaskan ke
Seoul, Korea selatan.<br />
<br />
Setelah Peristiwa Malari 1974, ia dipanggil ke Jakarta oleh Ali Moertopo untuk
menangani masalah-masalah intelijen Hankam. Brigjen LB Moerdani adalah generasi
intelijen berikutnya yang dipercaya Soeharto setelah Ali Moertopo dan Yoga
Soegomo. Jendral Moerdani bersama-sama Ali Moertopo terlibat dalam CSIS (Center
for Strategic and International Studies) (lembaga studi yang banyak membantu
Soeharto dalam merumuskan kebijakan-kebijakan Orde Baru. Peran CSIS kelak
tersaingi ICMI yang diketuai BJ Habibie). Sampai tahun1998, nama Jendral LB
Moerdani masih dikait-kaitkan dengan agenda pihak oposisi untuk menggantikan
kekuasaan Soeharto.<br />
</span><br />
</b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
</span></b><b><u><span style="font-family: "MS Mincho"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "MS Mincho";">☆</span></u></b><b><u><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri;"> Cemerlangnya Bintang LB Moerdani</span></u><br />
<br />
</b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-bidi-font-weight: bold;"><br />
<br />
</span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;">Peristiwa Malari dilatarbelakangi
kecurigaan tentang ambisi-ambisi politik Jendral Sumitro,
Wapangab/Pangkopkamtib. Presiden Soeharto melikuidasinya. Tongkat komando
Pangkopkamtib dia pegang sendiri, sebelum ia menemukan orang yang
dipercayainya, yaitu Laksama Sudomo.<br />
<br />
Antara tahun 1974 hingga 1978, situasi agak tenang. Keputusan Presiden
membubarkan lembaga ASPRI direspons banyak kalangan sebagai iktikad baik untuk
menciptakan situasi kondusif. Pada periode inilah terjadi konsolidasi ulang
lembaga intelinjen dibawah Brigjen LB Moerdani. Hanya dalam beberapa tahun, LB
Moerdani telah menguasai jalur-jalur intelijen utama di negeri ini.<br />
<br />
Sebagai Asintel Hankam / Kepala Pusintelstrat / Asintel Kopkamtib, Letjen LB
Moerdani memperoleh fasilitas-fasilitas khusus yang izinnya diberikan sendiri
oleh Presiden Soeharto. Umpamanya, ia satu-satunya pejabat di Hankam yang bisa
menggunakan pesawat-pesawat milik Pelita Air Service untuk keperluan
pelaksanaan tugas-tugasnya. Lokasi kantornya di kawasan Tebet sudah lama
menjadi semacam "wilayah kekuasaannya" sejak ia diangkat pada jabatan
itu tahun 1974.<br />
<br />
Naiknya posisi Letjen LB Moerdani dipengaruhi oleh situasi pada tahun
1978-1983, dalam era kepemimpinan Menhankam / Pangab M. Jusuf, dimana banyak
purnawirawan jenderal yang mulai kritis terhadap kepemimpinan Soeharto. KSAD
aktif Jendral Widodo, yang ditunjuk pada saat Menhankam / Pangab dijabat
Jenderal M. Pangabean, membentuk Forum Studi dan Komunikasi (Fosko) TNI AD,
sebuah lembaga yang dinilai terlalu keras mengritik Soeharto.<br />
<br />
Pada tanggal 1 Juli 1978 sejumlah tokoh mendirikan Lembaga Kesadaran
Berkonstitusi (LKB). Yang menarik, LKB berhasil melibatkan dua tokoh penting
republik ini, yaitu Proklamator Drs. Muhammad Hatta dan Jenderal (Purn) Abdul
Haris Nasution. Kemudian pada tahun 1980, muncullah Petisi 50, sebuah
"Pernyataan Keprihatinan" yang ditandatangani lima puluh orang tokoh
yang mengritik penyalah tafsiran Pancasila sebagai alat mempertahankan
kekuasaan. Pidato tanpa teks Presiden Soeharto dalam rapim ABRI di Pekanbaru,
27 Maret 1980, dan pada HUT Kopassandha 16 April 1980, berisi kecaman terhadap
Petisi 50.<br />
<br />
Lawan-lawan politik Presiden Soeharto mulai menampakan diri. Mereka justru
berasal dari almamaternya sendiri, yaitu Angkatan Darat. Saat itulah Presiden
Soeharto memang memerlukan sosok yang kuat untuk melindunginya, tetapi tidak
mungkin mengkhianatinya.<br />
<br />
Letjen LB Moerdani memenuhi kriteria itu.<br />
</span><br />
</b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-no-proof: yes;"><img alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNYZxNdtFAJoZpCH8t07VSWzhnBUIDyv96X6RQzMGIrTcn2VibV5jXeSQ_a28qe4Iy-mB1JGcoBEOBnnmXXpJZplGIkxSYG0b4ezZAyWjTRbiakmEUuHpc7ikzJoBbaEYU-4knKz0TFQ7k/s1600/beny+moerdani.JPG" height="645" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.jpg" width="456" /></span><span style="mso-bidi-font-weight: bold;"><br />
<br />
<br />
</span></b><b><u><span style="font-family: "MS Mincho"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "MS Mincho";">☆</span></u></b><b><u><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri;"> Pembajakan Woyla, Naiknya Sintong Panjaitan</span></u><br />
<br />
</b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-no-proof: yes;"><img alt="http://bpn16.files.wordpress.com/2010/09/dc9-woyla.jpg" height="189" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image005.jpg" width="300" /></span><span style="mso-bidi-font-weight: bold;"><br />
<br />
</span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;">Nama Moerdani kian cemerlang
karena berhasil mengatasi pembajakan pesawat Garuda Woyla di Bangkok, Thailand.
Keberhasilan menggagalkan pembajakan ini melambungkan nama Letkol Sintong
Panjaitan sebagai komandan pasukan. Letjen LB Moerdani yang terjun langsung
dalam operasi itu, juga menuai pujian dari mana-mana.<br />
<br />
Beberapa pihak menganggap, karena LB Moerdani menikmati pujian lebih banyak
dari panglimanya, Jenderal M. Jusuf. Kivlan Zen menulis bahwa konflik Jusuf -
Moerdani muncul tahun 1981 setelah peristiwa pembajakan itu. Saat itu, Letjen
Moerdani menjabat Asintel dan Kepala BAIS (Badan Intelijen Strategis). Pada
tanggal 30 Maret, Jenderal M Jusuf melakukan commanders call ABRI di Ambon. Letjen
Moerdani tidak mengikutinya, karena ada pembajakan pesawat Garuda Woyla di
Bandara Don Muang, Bangkok.<br />
<br />
Menurut buku Sumarkidjo, sebetulnya Letjen Moerdani mengikuti rapat pimpinan
ABRI itu. Bahkan ia punya satu sesi tersendiri dalam rapat pimpinan, dimana ia
menyampaikan analisis dan evaluasi mengenai situasi keamanan nasional dan
regional. Berita pembajakan itu dilaporkan pertama kali oleh Wapangab /
Pangkopkamtib Laksamana Soedomo. Hampir pada saat yang bersamaan, laporan
serupa di sampaikan oleh staf Benny Moerdani. Dan menurut Sumarkidjo,
Menhankam/Pangab Jenderal M Jusuf langsung memanggil Letjen Moerdani dan
memerintahkannya menangani masalah pembajakan itu personally. Artinya, Benny
pribadi yang diperintahkan untuk pergi. Jusuf memerintahkan Moerdani pergi dari
Manado dengan mengunakan pesawat komando yang biasa dipergunakan Jusuf. Saat
itu juga Letjen LB Moerdani terbang dengan pesawat C-130 Komando ke Makasar,
kemudian pindah ke pesawat jet milik Pelita Air Service yang terbang dari
Jakarta khusus untuk menjemput Benny.<br />
<br />
M.YUSUF<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/30/MJusuf.jpg/200px-MJusuf.jpg" height="300" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.jpg" width="200" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Begitu mendengar ada berita pembajakan terhadap Indonesia di luar negeri,
Letjen LB Moerdani langsung terbang ke Jakarta via Makasar. Malam itu juga, ia
menghadap Presiden Soeharto di Cendana untuk melaporkan langsung pembajakan
itu, serta menerima sejumlah instruksi.<br />
<br />
Dalam drama pembajakan ini, Letjen Benny menggalang pasukan sendiri dengan
bantuan pasukan Kopassus yang di rekrut mendadak. Letkol Sintong Panjaitan dan
Mayor Subagyo HS adalah perwira yang terlibat dalam operasi ini, sehingga
mendapat anugerah kehormatan. Dan diberitakan bahwa Subagyo HS sempat kecewa
karena tidak terpilih mengikuti pendidikan antiteror di Jerman bersama Luhut
Panjaitan dan Prabowo Subianto, tapi kemudian malah mendapat kesempatan
terlibat dalam operasi yang berharga itu.<br />
<br />
SINTONG . P<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-no-proof: yes;"><img alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXyXopZ8Ebg5nBtHbAkDFMW4Mi2u1QMootlp4P6-7GP86-fQdp9QJYNKyastvFxkAw3ST63utbEihswKwOFSSVrtsdqc5NI4b_WfaZAyrL75GuvapyXxr3xTGWM3UvcwbTl_5kyxQ9KHJm/s400/SINTONGPANJAITAN.jpg" height="332" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.jpg" width="220" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
SUBAGYO HS<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://i146.photobucket.com/albums/r243/bona_prast/KSADJenderalSubagyoHSJakarta.jpg" height="198" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image008.jpg" width="300" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Operasi pembebasan sandera itu meraih sukses besar. Para pembajak di taklukan
dalam serbuan yang taktis dan kilat. Peristiwa ini membuka mata dunia bahwa
Indonesia pun memiliki pasukan khusus (special forces) yang kemampuan setara
dengan SWAT (Strategic Weapon and Tactics) milik Amerika Serikat.<br />
<br />
Tapi, segala pujian dan kredit diarahkan kepada Letjen Benny Moerdani,
intelijen yang ada dalam kendalinya, serta Kopassus. Ini konon membuat Jenderal
M Jusuf tidak berkenan. Muncul tudingan bahwa BAIS sengaja menggalang kekuatan
ekstrem Islam untuk menggerakkan aksi pembajakan, untuk kemudian ditumpas
sendiri oleh Letjen Benny Moerdani.<br />
<br />
Menanggapi isu bahwa pembajakan itu rekayasa BAIS, Menhankam/Pangab Jenderal M
Jusuf di dampingi Letjen LB Moerdani memberikan keterangan di depan rapat kerja
gabungan komisi-komisi DPR RI. Sambil menoleh kepada Benny yang duduk di
sampingnya, Jenderal M Jusuf berkata, "Bukan dia yang bikin. kalau dia yang
bikin...., saya pecat dia hari ini juga." Benny Moerdani diam, tidak
memberikan reaksi.<br />
<br />
Pasca drama pembajakan Woyla, nama LB Moerdani langsung meroket. Juga nama
Sintong Panjaitan dan Subagyo HS. Tetapi dalam level elit politik, Benny
Moerdani lah yang mendapat kredit poin terbesar. Presiden Soeharto menjadi
sangat memercayainya, karena jasanya yang berhasil mengharumkan nama Indonesia
di jagat Internasional.<br />
<br />
Menurut Prof. Robert Edward Elson, naiknya Moerdani disebabkan oleh karena
Soeharto memerlukan aliansi baru, setelah pudarnya Ali Moetopo akibat serangan
jantung pada 1978 dan meninggal dunia tahun 1984, serta semakin surutnya
pengaruh Sudjono Humardani setelah masuknya para birokrat profesional. Sejalan
dengan hal itu, Soeharto mulai mencari-cari gaya kepemimpinan militer yang
baru.<br />
<br />
<br />
</span></b><b><u><span style="font-family: "MS Mincho"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "MS Mincho";">☆</span></u></b><b><u><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri;"> Soeharto Marah kepada LB Moerdani</span></u></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://sin.stb.s-msn.com/i/AF/A8A70ED41A186E72762A58D79722C.jpg" height="393" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image009.jpg" width="598" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Pada tahun 1983-1985, Mayor Prabowo menjadi staf khusus bagi Jenderal Moerdani.
Sebagai staf khusus, Mayor Prabowo mendapatkan penjelasan tentang agenda
Jenderal Benny untuk menhancurkan gerakan-gerakan Islam secara sistematis.
Karena merasa tidak cocok dengan rencana tersebut, Prabowo melaporkan
langkah-langkah Benny kepada mertuanya, termasuk rencana Benny untuk menjadi
Presiden RI. Jenderal Moerdani juga dicurigai punya agenda untuk membersihkan
ABRI dari orang-orangnya M. Jusuf.<br />
<br />
PRABOWO<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://katakamiredaksi.files.wordpress.com/2009/03/1111-prabowo.gif?w=150&h=180" height="180" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image010.gif" width="150" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Mendengar laporan menantunya, mula-mula Presiden Soeharto tidak percaya. Tetapi
berdasarkan informasi lanjutan yang didapatkan sendiri, dia akhirya percaya.
Tapi, yang lebih menetukan nasib sang Jendral mungkin adalah keberaniannya
"menegur" Presiden Soeharto tentang sepak terjang anak anak Presiden
di bidang bisnis.<br />
<br />
Ketika Pak Harto dan Benny sedang main bilyar berdua, Benny mengatakan sesuatu
yang membuat Pak Harto sangat tersinggung. Benny berkata bahwa untuk menjaga
keamanan pribadi presiden, memang sudah cukup dengan satu batalyon Paspampres.
Tetapi untuk pengamanan politik Presiden, mutlak harus didukung oleh
keterlibatan keluarga dan juga Presidennya sendiri. "Begitu saya angkat
masalah tentang anak-anaknya tersebut, Pak Harto langsung berhenti main. Segera
masuk kamar tidur, meninggalkan saya di ruang bilyar, ... sendirian."<br />
<br />
Versi Sudomo lain lagi. Menurut Wapangab/Pangkopkamtib Laksamana Sudomo,
Jenderal LB Moerdani pernah menyampaikan suatu saran kepada Pak Harto agar
mempertimbangkan untuk mengundurkan diri secara sukarela, karena telah memimpin
20 tahun, masa bakti yang terlalu lama. Pak Harto mengonfirmasi saran tersebut
kepada Sudomo. Lantas Sudomo mengatakan, "Memang, intelijen harus berani
mengungkapkan fakta yang sebenarnya, meski yang tidak enak sekalipun.<br />
<br />
SOEDOMO<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://www.tnial.mil.id/Portals/0/News/SEREMONIAL/18%20soedomo.jpg" height="448" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image011.jpg" width="336" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Benny sendiri, usai bertemu Soeharto berkata kepada Sudomo, "Wah, bapake
kethoke nesu banget (Wah, beliau nampak marah sekali). Jadi [karir] saya pasti
sudah selesai, hanya akan sampai di sini."<br />
<br />
Jenderal Moerdani merasa pasti tidak akan masuk ke jajaran kabinet lagi.<br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-no-proof: yes;"><img alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhgTVxOJIEVMkfgXuju3zbHiaWNQdZmPo82zy_RW6vLKidLS5IN-jlpbgYmsgaVXStqwV4p4SQ_dwJJ_JN5dBP1_hwpcZNFkPorzESkIzcB2HujXAnF8n-uhr0vlXCRgN_kF6yB47nL6ARg/s400/bimages.jpg" height="183" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image012.jpg" width="275" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
</span></b><b><u><span style="font-family: "MS Mincho"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "MS Mincho";">☆</span></u></b><b><u><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri;"> Sekali lagi Dicurigai Kudeta</span></u></b><b><u><span style="font-size: 12.0pt;"> </span></u></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Pergantian Panglima ABRI dari Jendral LB Moerdani ke Letjen Try Sutrisno
berlangsung tanggal 24 Februari 1988, seminggu sebelum Sidang Umum MPR digelar.
Ini adalah sesuatu yang ganjil, sama sekali di luar kebiasaan. Biasanya, siapa
yang menduduki jabatan Panglima ABRI diumumkan bersamaan dengan pengumuman
sususnan kabinet, karena jabatan ini adalah setara menteri. Diberhentikannya
Jendral LB Moerdani sebagai Pangab berarti satu hal, Presiden Soeharto mencoba
membatasi ruang gerak Benny.<br />
<br />
Menurut Kivlan Zen, dimajukannya pergantian Pangab untuk mencegah LB Moerdani
memaksa Ketua Fraksi ABRI di MPR, Letjen Bambang Triantoro, untuk mengajukan
namanya sendiri sebagai calon Wakil Presiden. Cara ini dianggap mendahului
kehendak Soeharto, dapat membuat malu, dan terkesan tidak demokratis bila
Soeharto menolaknya dalam Sidang MPR.<br />
<br />
Sidang Umum MPR 1988 memang agak menegangkan dibanding sebelumnya. Ada beberapa
alasan :<br />
<br />
Presiden Soehato belum menunjuk sosok yang dipilihnya untuk menjadi Wakil
Presiden. Ini menimbulkan banyak spekulasi di kalangan elit politik maupun
masyarakat luas. Kekuatan-kekuatan politik yang ada saat itu kian berani
mengelus-elus jagonya masing-masing. Situasi pun kian meruncing. <br />
Dari PPP (Partai Persatuan Pembangunan) muncul kandidat Cawapres Dr. H.J. Naro.
Motivasinya hanya untuk "meramaikan" saja, dan kalau bisa, memaksa
agar sidang melakukan voting. Saat itu voting dianggap tabu, karena dinilai
bertentangan dengan budaya musyawarah mufakat. Soeharto selalu menginginkan
mufakat bulat untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden.<br />
Ada indikasi bahwa ABRI dan Golkar menghendaki nama yang berbeda menjadi
Cawapres. Nama Pangab Jenderal LB Moerdani sering disebut-sebut sebagai
kandidat ideal di pihak ABRI. Sedangkan nama Sudharmono merupakan favorit
Golkar.<br />
<br />
Baik Jenderal LB Moerdani maupun Sudharmono sama-sama kuat posisisnya untuk
menjadi Wapres. Sikap Presiden Soeharto lah yang akan menentukan mana Cawapres
yang akan terpilih. Presiden Soeharto sudah tidak menyukai LB Moerdani. Jadi,
untuk menutup kemungkinannya maju sebagai Cawapres dari jalur Fraksi ABRI, dia
memutuskan untuk mengajukan waktu pergantian Pangab.<br />
<br />
</span></b><b><u><span style="font-family: "MS Mincho"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "MS Mincho";">☆</span></u></b><b><u><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri;"> "Saya Bukan Lagi ketua Partai ABRI..."</span></u></b><b><u><span style="font-size: 12.0pt;"> </span></u></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Makna di balik pergantian Pangab yang dipercepat itu diterima oleh Benny
Moerdani. Terbukti, dua jam setelah prosesi pergantian Pangab, terjadi dialog
antara Benny Moerdani, Soegiarto (Kassospol Hankam), dan Mayjen Harsudiono
Hartas (Assospol Hankam).<br />
<br />
Kedua perwira tinggi itu mengajukan pertanyaan, "Pak, siapakah yang nanti
akan kita ajukan sebagai calon Wakil Presiden?"<br />
"Lho, koq tanyanya sama ABRI"<br />
"Memang, semuanya tanya sama kita. Semua bertanya, siapa yang bakal
dicalonkan ABRI untuk menjadi wakil presiden," begitu desak Soegiarto dan
Hartas hampir serentak.<br />
Benny, kemudian menanyakan, bagaimana dengan floor?<br />
Dijawab, nama Benny sering di sebut-sebut, Tetapi dengan suara mantap, sambil
menunjuk Try Sutrisno yang duduk disebelahnya, Benny langsung menegaskan,
"Bagus kalau demikian... kalau saya masih jadi ketua partai ABRI. tetapi
sejak dua jam yang lalu, ketua partai sudah bukan di tangan saya lagi,
melainkan Try ..."<br />
"Jadi?"<br />
"Jadi, ya yang ini saja saya usulkan, glundhungkan saja Try sebagai calon
Wakil Presiden..."<br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-no-proof: yes;"><img alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgagmLrtKqAMTEcM9_Myk7K7mcActQ3fseARexzrxko0uuYejh8XGbCTM8Wl03uDOR8i08oIN68ZBGnUtBF2VYrsD_6Zldvk3BlCFgfQCnPsQCwJTvvcladsuVUcCJ3DJjtwLojtnTbdJQ/s1600/Try+Sutrisno+1+.JPG" height="500" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image013.jpg" width="417" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Jenderal Try Soetrisno diam tidak bereaksi. Tentu saja, usulan itu tidak
mungkin dilaksanakan. Try baru beberapa jam menjabat Panglima ABRI secara
resmi. Kata-kata Benny Moerdani hanya mengindikasikan bahwa dengan dicopotnya
dia sebagai Pangab, harapan ABRI untuk mendudukkan kadernya di kursi Wapres
telah sirna.<br />
<br />
Lebih dari itu, kata-kata itu berarti Benny telah bisa menerima isyarat yang
diberikan Presiden Soeharto, agar dirinya jangan maju sebagai Cawapres. Bahwa
dia tidak boleh macam-macam, apalagi menggangu proses pemilihan Wapres.<br />
<br />
Sudharmono lah yang kemudian menjadi Wapres.<br />
<br />
Dicopot dari jabatan Pangab, gagal menjadi Wapres, membuat nasib Benny Moerdani
terkatung-katung. Disinilah Sudomo melakukan terobosan. Ia mengingatkan
Presiden Soeharto tentang nasib Park Chung hee, Jenderal yang menjadi Presiden
Korea Selatan, yang tewas ditembak oleh bekas kepala intelnya. Menurut Sudomo,
"Saya lihat Pak Harto kaget ... Mungkin beliau mulai merasa takut dan
berpikir, bagaimana kalau nanti Benny mbambung (berarti menggelandang, karena
tak punya pekerjaan), nekad karena merasa di kecewakan?"<br />
<br />
Tiga minggu setelah Sidang Umum MPR selesai, sususnan lengkap Kabinet
Pembangunan IV di umumkan. Jenderal Moerdani di tunjuk menjadi Menteri
Pertahanan dan Keamanan.<br />
<br />
</span></b><b><u><span style="font-family: "MS Mincho"; font-size: 12.0pt; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "MS Mincho";">☆</span></u></b><b><u><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: Calibri;"> Lagi-lagi Dicurigai Kudeta</span></u></b><b><u><span style="font-size: 12.0pt;"> </span></u></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Sidang Umum MPR 1988 akhirnya memang berjalan mulus. Namun sebelumnya, sikap
paranoid muncul di kalangan perwira-perwira yang lima tahun sebelumnya pernah
mencurigai LB Moerdani melakukan kudeta. Kivlan Zen menuturkan, Prabowo
mempersiapkan satu Batalyon Kopassus, Batalyon Infanteri Linud 328, Batalyon
Infanteri 303, Batalyon Infanteri 321, dan Batalyon Infanteri 315, yang dapat
dipercayainya untuk melakukan kontra-kudeta, sebagaimana Soeharto melakukan
kontra-kudeta terhadap G30S/PKI tahun 1965. Saat SU MPR digelar, jabatan Pangab
memang telah di serahterimakan kepada Jenderal Try Sutrisno. Tapi Jenderal LB
Moerdani masih memegang jabatan strategis sebagai Pangkopkamtib dan Kepala BAIS.<br />
<br />
Kecurigaan kudeta tidak terbukti. Tapi tetap saja Jenderal LB Moerdani
dicurigai mengonsolidasikan kekuatan untuk merongrong pemerintah. Di baliknya
ada tokoh-tokoh penandatangan Petisi 50, sejumlah purnawirawan jenderal atau
pejabat tinggi yang tidak puas. Menurut Kivlan Zen, ungkapan Presiden Soeharto
itu terjadi karena adanya informasi seorang Letkol melalui Mayor Gleni Kairupan
kepada Titiek Prabowo agar sampai kepada Soeharto. Informasi itu berupa dokumen
hasil pertemuan beberapa jenderal untuk melakukan suksesi dengan minta dukungan
Ismail Hasan Metareum di MPR.<br />
<br />
Pengamat politik Christianto Wibisono mengungkapkan, Benny pernah jadi anak
emas sekaligus korban Soeharto. Di angkat naik seperti roket jadi jenderal
bintang empat, tetapi dicampakkan dari jabatan Panglima ABRI secara mendadak,
mirip cara memecat tenaga kerja Indonesia. Bulan madu Soeharto - Benny hanya
berumur sekitar 10 tahun. setelah masa "bulan madu" itu, justru nama
Benny Moerdani sering dikait-kaitkan dengan upaya merongrong kewibawaan
pemerintah. <br />
<br />
Tahun 1989, dalam perjalanan pulang kunjungan kenegaraan ke Beograd Yugoslavia,
Presiden Soeharto berkata, "Biar jenderal atau menteri yang bertindak
inkonstitusional akan saya gebuk." Konon kata-kata itu ditunjukan pada
faksi Jenderal LB Moerdani yang melancarkan isu-isu suksesi.<br />
<br />
Sekali lagi, Jenderal LB Moerdani dicurigai akan melakukan kudeta. Maka semakin
gencarlah upaya de-Benny-isasi, sebuah gerakan "pembersihan" terhadap
perwira-perwira militer yang berafilasi ke group Benny.<br />
<br />
Mayjen Sintong Panjaitan adalah yang tersingkir. Karir militernya tamat empat
tahun setelah LB Moerdani tidak jadi Pangab lagi.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2;">
<b><br />
</b><b><span style="font-size: 12.0pt;">BIOGRAFI LB. MOERDANI<br />
<br />
Leonardus Benyamin Moerdani, atau L.B. Moerdani, atau kerap disebut Benny
Moerdani (lahir di Cepu, Blora, Jawa Tengah, 2 Oktober 1932 – meninggal 29
Agustus 2004 pada umur 71 tahun) adalah salah satu tokoh militer Indonesia yang
terkenal pada masanya. Benny Moerdani dikenal sebagai perwira TNI yang banyak
berkecimpung didunia intelijen, sehingga sosoknya banyak dianggap misterius.<br />
<br />
L.B. Moerdani merupakan perwira yang ikut terjun langsung di operasi militer
penanganan pembajakan pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 206 di Bandara Don
Mueang, Bangkok, Kerajaan Thai pada tanggal 28 Maret 1981, peristiwa yang
kemudian dicatat sebagai peristiwa pembajakan pesawat pertama dalam sejarah
maskapai penerbangan Republik Indonesia dan terorisme bermotif jihad pertama di
Indonesia.<br />
<br />
Dalam posisi pemerintahan, selain sebagai Panglima ABRI, beliau juga pernah
menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dan juga Pangkopkamtib.<br />
<br />
<u>Karier militer</u><br />
<br />
Moerdani mulai mengangkat senjata sebagai Tentara Pelajar saat masih 14 tahun.
Sebagai anak muda yang belum berpengalaman, beliau nyaris tewas dua kali saat
pletonnya diserang dari sisi dan saat melarikan diri di Sekarpace. Dua kakaknya
juga turut berjuang, salah satunya menjadi pasukan pengawal Slamet Rijadi.<br />
<br />
Setelah penyerahan kedaulatan, Moerdani melanjutkan sekolah dan masuk sekolah
kader infanteri TNI-AD. Dia direkrut dalam kompi Kesatuan Komando Angkatan
Darat. Satu-satunya kompi komando tersebut memerangi DI/TII, terjun di
PekanBaru dan Padang memerangi PRRI, dan melakukan operasi amfibi di Menado
memerangi Permesta. Moerdani kembali nyaris gugur saat jeepnya ditembak
bazooka. Setelah mengikuti sekolah lanjutan di Amerika, Mayor Moerdani memimpin
pasukan gabungan RPKAD dan Kostrad terjun dalam Operasi Naga di Irian Jaya,
dalam operasi ini beliau nyaris gugur lagi saat pasukannya disergap marinir
Belanda dan Moerdani diincar penembak runduk (sniper). Moerdani juga memerangi
pasukan Inggris di konfrontasi Malaysia. Kelak setelah menjadi Panglima TNI,
Moerdani mengunjungi markas SAS di Inggris dan baru diberitahu beliau juga
pernah dibidik sniper SAS saat menyusuri sungai dengan sampan.<br />
<br />
Kariernya di RPKAD terhenti karena perselisihan dengan Jenderal Ahmad Yani
mengenai kelanjutan karier anak buah Moerdani yang terluka. Moerdani masuk
Kostrad dan oleh Letkol Ali Moertopo ditugaskan sebagai perwira inteljen di
Bangkok. Moerdani menjalin kontak dengan Malaysia untuk menjembatani perdamaian.
Karier inteljen dilanjutkan menjadi atase di Korea. Setelah kejadian Malari,
Moerdani dipanggil Soeharto kembali ke Jakarta menjadi Brigjen untuk memegang
komando inteljen. Penugasan kontroversial adalah operasi terselubung menjelang
Operasi Seroja. Nama Moerdani terkenal saat berhasil membujuk pemerintah
Kerajaan Thai (yang beliau kenal saat menjadi perwira inteljen di Bangkok)
untuk mengizinkan operasi militer Den81 menyerang pesawat Woyla.<br />
<br />
<u>Peristiwa Tanjung Priok</u><br />
<br />
Kontroversi Moerdani dalam keterlibatannya dalam Peristiwa Tanjung Priok pernah
membuat Moerdani diadili di mahkamah militer dalam skandal militer Indonesia di
kala rezim Orde Baru.<br />
<br />
<u>Perselisihan dengan Soeharto</u><br />
<br />
Dalam buku 'Tragedi Seorang Loyalis', saat menjabat Panglima ABRI Moerdani
memberi komentar mengenai bisnis anak-anak Soeharto. Soeharto marah dan mecopot
jabatan Moerdani. [3] Dalam buku Sintong Panjaitan (komandan Den81 yang
menyerbu Woyla), disebutkan Kapten Prabowo Subianto (menantu Soeharto) pernah
merencanakan menculik Moerdani karena tuduhan makar. Prabowo Subianto tidak
memberi komentar mengenai peristiwa ini dalam bukunya.<br />
<br />
<br />
<u>Kisah Benny Moerdani bubarkan tawuran Kopassus-Marinir<br />
</u><br />
Beberapa anggota marinir diduga mengamuk dan menghajar kader Nasional Demokrat
di dekat Gambir, Jakarta Pusat. Bentrok antara TNI dengan warga sipil maupun
TNI dengan sesama TNI memang cukup sering terjadi sejak dulu.<br />
<br />
Dulu tahun 1964, Jakarta mencekam. Puluhan anggota Resimen Para Komando
Angkatan Darat (RPKAD sekarang menjadi Kopassus) tawuran dengan anggota Korps
Komando Operasi (KKO sekarang disebut Marinir). Bukan hanya pakai sangkur,
mereka semua menggunakan senapan serbu AK-47. Ada beberapa yang menyandang
bazooka dan siap menembak. Kawasan Kwini hingga Senen, Jakarta Pusat tak
ubahnya seperti medan pertempuran.<br />
<br />
Ceritanya saat itu Komandan Batalyon I RPKAD Mayor Benny Moerdani baru pulang
main tenis dari Senayan. Begitu sampai di dekat Markas Kopassus dia heran
melihat konvoi truk RPKAD penuh sesak. Tapi tidak ada yang menggunakan seragam.
Benny melihat mereka berasal dari Batalyon II RPKAD. Karena bukan anak buahnya,
Benny kurang tertarik untuk mencari tahu.<br />
<br />
Benny baru sadar setelah mau masuk asrama. Petugas piket berteriak panik.
"Pak, anak-anak keluar semua. Anak-anak Batalyon II keluar semua,"
teriaknya.<br />
<br />
Sadar ada yang tidak beres, Benny langsung putar haluan. Dia berusaha mengejar
konvoi truk itu. Benar saja, di sepanjang jalan masyarakat tampak panik. Di
Jatinegara dan Kramat, suasana mencekam. Truk RPKAD berhenti di Kramat Raya
sementara dengan gaya siap bertempur para penumpangnya berlarian menuju Simpang
Lima Senen.<br />
<br />
"Kacau, Pak. RPKAD gontok-gontokan dengan KKO," ujar seorang warga
yang berkerumun dengan panik.Benny mendapat informasi banyak korban jatuh. Dia
menuju Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Di sana dia melihat korban
jatuh di kedua pihak. Selain beberapa KKO dan RPKAD, beberapa warga sipil juga
tewas.<br />
<br />
"Saya tengok ke ruang perawatan. Kira-kira ada tiga RPKAD dan 10 KKO
ngglethak. Terbaring berlumuran darah dikerumuni para petugas kesehatan,"
ujar Benny seperti ditulis Julius Pour dalam buku Benny Tragedi Seorang Loyalis
terbitan Kata.<br />
<br />
Benny mendapat informasi, ternyata penyebab bentrok berdarah itu cuma masalah
sepele. Pagi harinya Tjakrabirawa eks KKO dan RPKAD sedang berlatih baris
berbaris di Lapangan Banteng. Setelah latihan, anggota RPKAD belajar menyetir
mobil. Entah siapa yang memulai tiba-tiba kedua satuan elite ini saling ejek.
Lalu berkembang jadi perkelahian. Karena dekat dengan markas Marinir, RPKAD kalah
jumlah. Mereka lalu mengontak kawan-kawan mereka di Markas RPKAD Cijantung.<br />
<br />
Tanpa ragu dan takut Benny kemudian menuju asrama KKO Kwini. Benny sadar
masalah ini harus segera diselesaikan. Benny tidak bawa senjata dan berseragam.
Dia hanya mengenakan kaos dan celana pendek sehabis main tenis.<br />
<br />
Di pos jaga dia melihat puluhan Tjakrabirawa eks KKO siap tempur dengan senjata
terkokang. Seorang anggota KKO itu ternyata anak buah Benny saat operasi
militer di Irian dulu. Tentu prajurit itu ingat Benny, komandan Gerilya
se-Irian. Benny minta prajurit itu memanggil komandannya. Tak lama munculah
Mayor KKO Saminu, Komandan Batalyon II Resimen Tjakrabirawa. Kebetulan Saminu
adalah teman akrab Benny sejak dulu.<br />
<br />
"Waduh, Ben! Bagaimana ini? Kok malah jadi seperti ini?" keluh
Saminu.<br />
<br />
"Sudahlah. Jaga pasukanmu, jangan keluar asrama. Saya akan tertibkan
anak-anak yang di sana. Kalau kamu diserang silakan saja, mau nembak atau apa.
Terserah. Tapi saya minta jangan ada anggotamu yang keluar asrama," ujar
Benny.<br />
<br />
Saminu menyetujui usul ini. Dia memerintahkan anak buahnya tetap di asrama.<br />
<br />
Ternyata di kubu RPKAD, malah beredar kabar Benny ditangkap KKO. Mereka segera
bergerak cepat, menduduki asrama perawat putri RSPAD. Dari atas asrama perawat,
mereka sudah siap menembakkan bazooka ke arah markas KKO.<br />
<br />
Suasana tegang. Satuan elit baret merah itu sudah siap menembak. Anehnya tidak
ada KKO yang keluar.<br />
<br />
Tiba-tiba malah Benny yang muncul. Benny berteriak pada prajurit-prajurit itu.
"Sudah, sudah. Pulang kalian semua," teriak Benny. RPKAD ini
kebingungan. Loh kok ada Pak Benny? Pikir mereka. Walau bingung, mereka
menurut.<br />
<br />
Anggota yang kebingungan segera didorong Benny masuk ke dalam truk. Benny
memerintahkan mereka segera kembali ke Cijantung.<br />
<br />
Warga yang berkerumun bingung, siapa pria bercelana pendek yang berani
menghentikan bentrok berdarah ini. Bahkan berani teriak-teriak menyuruh semua
anggota RPKAD naik truk.<br />
<br />
Belakangan Benny dan Saminu serta komandan satuan lainnya dipanggil untuk
menyelesaikan permasalahan ini. Kabar soal keberanian Benny, sampai pula ke
telinga Soekarno. Dia meminta Benny bergabung menjadi Komandan Tjakrabirawa,
alias Paspampres. Benny yang masih ingin berkarir di pasukan, menolaknya.
Akhirnya malah Mayor Untung yang menjadi Tjakrabirawa. Kelak Untung pula yang
menjadi komandan Gerakan 30 September.</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2;">
<b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://2.bp.blogspot.com/-cU1jwUBwujA/UUXDjmdWEKI/AAAAAAAACDc/otIT9CyIkhs/s1600/7-suharto-copy1.jpg" height="375" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image014.jpg" width="500" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Ini sebuah kisah yang dituturkan oleh seorang mayor jenderal yang kini masih
aktif. Dia pernah sangat dekat dengan almarhum Jenderal (purn) Leonardus Benny
Moerdany, mantan Menhankam dan mantan Panglima ABRI, orang paling kuat kedua di
Republik Indonesia setelah Presiden Soeharto pada periode 1983-1993.<br />
<br />
Menurut jenderal itu, ketika Benny Moerdany sudah berada di puncak sakit stroke
yang dideritanya, Soeharto datang menjenguk mantan pembantu dekatnya itu dan
ada ucapan khusus yang disampaikan kepada Benny, dalam bahasa Jawa: "Kowe
pancen sing bener, Ben. Nek aku manut nasihatmu ora koyo ngene" (memang
kamu yang betul, Ben. Kalau saya menuruti nasehatmu mungkin keadaan tidak
seperti sekarang). Benny yang sudah sulit bicara karena sakitnya, hanya menangis
sesenggukan.<br />
<br />
Menurut sumber itu, ucapan Soeharto itu diulang kembali di depan jenazah ketika
melayat LB Moerdani yang akhirnya meninggal dunia karena strokenya itu pada 29
Agustus 2004.<br />
<br />
<img border="0" height="32" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" width="32" /><br />
<br />
Episode itu, yang mudah-mudahan bisa dituangkan secara lebih terperinci dalam
sebuah buku oleh sang saksi mata, akan lepas begitu saja bila kita tidak
melihat kaitan-kaitan di belakangnya.<br />
<br />
Tentu saja yang dimaksud Soeharto adalah situasi hiruk-pikuk dan kacau-balau
yang terjadi dalam kancah kehidupan sosial politik di Indonesia seusai
kejatuhannya pada 21 Mei 1998, yang memulai Era Reformasi. Mereka yang
menikmati "kemapanan" semasa kekuasaan Orde Baru pastilah pusing
kepala melihat segala tatanan dijungkirbalikkan di Orde Reformasi ini. TNI
tidak lagi punya gigi, pemerintah juga seperti tak berdaya, kerusuhan pecah di
mana-mana, Timor Timur merdeka, dan seterusnya, dan seterusnya.<br />
<br />
Menurut catatan penulis biografi, Julius Pour, dalam buku Benny Tragedi Seorang
Loyalis, perpecahan Soeharto dan Benny berawal di suatu malam dari sebuah
insiden di ruang bilyar di Jalan Cendana, kediaman Soeharto, saat kedua orang
kuat di republik ini main bilyar bersama. Ketika itu Benny mengingatkan
Soeharto bahwa untuk pengamanan politik presiden, seluruh keluarga dan presiden
harus mendukung dan terlibat. "Begitu saya angkat masalah tentang
anak-anaknya tersebut, Pak Harto langsung berhenti main. Segera masuk kamar
tidur, meninggalkan saya di ruang bilyar… sendirian," kata Benny seperti
dituturkan oleh dr Ben Mboi, mantan gubernur NTT.<br />
<br />
Sejak saat itu posisi Benny surut di mata Soeharto, karena berani mengingatkan
presiden untuk secara sukarela mundur karena telah memimpin lebih dari 20
tahun. Dia dicopot sebagai Panglima ABRI pada tahun 1988, digantikan Jenderal
Try Sutrisno, mantan ajudan presiden, namun masih diberi jabatan sebagai
Menteri Pertahanan (1988-1993), karena Soeharto khawatir Benny berontak.<br />
<br />
Ketika sudah tidak di pemerintahan, Benny berkata bahwa masa pemerintahan
Soeharto yang kelima adalah yang terakhir. "Masak setelah 25 tahun masih
terus?" itu katanya. Namun tidak pernah dijelaskan bagaimana cara Soeharto
akan atau harus mengakhiri kekuasaannya, karena kesadaran itu harus datang dari
Soeharto sendiri. Dan akhirnya memang Soeharto diturunkan oleh gerakan
reformasi pada 21 Mei 1998.<br />
<br />
Melindungi Anak-anaknya<br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://1.bp.blogspot.com/_h6JN5xKPgi4/R5_BcVQCZBI/AAAAAAAAD68/5B5Bdg4fTV8/s400/soeharto.jpg" height="297" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image015.jpg" width="400" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Melindungi anak-anaknya mungkin merupakan salah satu alasan kenapa Soeharto
enggan melepaskan jabatannya, atau mempersiapkan cara-cara menjalankan suksesi.
Padahal wacana suksesi sudah banyak dilontarkan berbagai pihak dan berbagai
skenario sudah disusun, termasuk oleh Mabes TNI di Cilangkap. Tetapi tidak ada
yang berani melawan Soeharto.<br />
<br />
Memang, ketika Benny mengingatkan Soeharto dan keluarganya agar menjaga dan
melindungi kepresidenan, anak-anak Soeharto beserta kroni mereka baru mulai
membesarkan kerajaan bisnis masing-masing dengan memanfaatkan kekuasaan sang
ayah.<br />
<br />
Mengenai hal ini, mantan PM Singapura Lee Kuan Yew menuturkan dalam buku
memoarnya From Third World to First: The Singapore Story, dia secara pribadi
pernah bertemu dengan anak-anak Soeharto pada 25 Desember 1997 di Singapura,
yang juga dihadiri oleh PM Goh Chok Tong. Dia mengingatkan mereka agar berhenti
menjalankan praktik bisnis yang tidak sehat, karena mereka diincar oleh para
fund manager yang gerah dengan tingkah polah itu dan bisa saja memainkan nilai
tukar rupiah. "Perilaku anak-anak Soeharto menyumbang kejatuhan orang
tuanya," tulis Lee dalam memoar yang diluncurkan pada September 2000
tersebut.<br />
<br />
Memang, bisnis anak-anak dan kroni Soeharto begitu merajalela, memasuki hampir
setiap sektor kehidupan, mulai dari pengadaan barang bagi TNI/Polri dan
berbagai instansi pemerintah, real estate, otomotif, jalan tol, bank, minyak,
perkebunan, telekomunikasi, properti, impor beras, bungkil, kedelai,
peternakan, ritel, komputerisasi SIM dan STNK, stiker halal, penerbangan,
taksi, pertambangan, kehutanan, dan lain-lain.<br />
<br />
Mereka tidak berbisnis sendiri, dan pada umumnya mereka juga menggandeng
sejumlah konglomerat yang menjadi kroni. Banyak pihak yang menilai pada masa
itulah Soeharto sudah seperti raja Jawa, dan membiarkan anak-anak maupun
kroni-kroninya berbuat sesukanya. Negara seperti milik keluarganya dan dia
melindungi.<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2;">
<span style="clear: left; float: left; font-size: 12pt; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://i65.photobucket.com/albums/h213/uchienoda/foto_foto_soeharto-20080119-004-waw.jpg" height="192" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image019.jpg" width="320" /></span><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://klimg.com/kapanlagi.com/g/soeharto_di_mata_warga_kemusuk/foto_foto_soeharto-20080119-001-wawan.jpg" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image017.jpg" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Salah satu modus lainnya untuk mengumpulkan uang adalah dengan mendirikan
berbagai yayasan, atau mereka menjadi calo untuk menggolkan berbagai proyek
pemerintah, atau mereka menguasai tata niaga, mulai dari cengkih, jeruk
pontianak, cukai minuman keras, dan lain-lain.<br />
<br />
Misalnya saja, untuk PT Sarpindo yang sahamnya dikuasai Hutomo Mandala Putra,
Bob Hasan dan Lim Sioe Liong, satu-satunya perusahaan yang mengimpor kedelai
untuk Bulog, pemerintah harus menyubsidi perusahaan ini senilai US$ 21 juta per
tahun. Dan ketika Menteri Pertanian Wardoyo (ketika itu) meminta pemerintah
mengakhiri monopoli impor ini karena sangat tidak kompetitif, Soeharto hanya
berkata: "Kalau mau membunuh Sarpindo, silakan." Ujung-ujungnya,
semua yang mengusulkan deregulasi impor bungkil ini akhirnya mundur teratur.
Hal yang sama terjadi dengan impor gandum yang ketika itu dimonopoli perusahaan
milik Lim Sioe Liong. (Adam Schwarz, A Nation in Waiting, hal 133-134).<br />
<br />
Monopoli dan menjadi calo adalah cara yang ditempuh anak-anak dan para kroni
Soeharto untuk membesarkan kerajaan bisnis mereka. Siapa yang tidak kenal
dengan kelompok bisnis anak-anak Soeharto seperti Bimantara (Bambang
Trihatmojo), Citra Lamtoro Gung (Siti Hardiyati Rukmana), Humpuss (Hutomo
Mandala Putra), bahkan sampai cucu Soeharto pun ikut terjun berbisnis. Bahkan
di antara mereka pun berebut proyek. Sampai-sampai ada yang menyebutkan bahwa
yang paling transparan di Indonesia pada masa itu adalah korupsi! Majalah Time
pernah menyebut dari berbagai bisnis ini keluarga Soeharto berhasil
mengumpulkan kekayaan hingga US$ 15 miliar.<br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"></b><b><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<br />
Bisnis anak-anak Soeharto, seperti Bank Andromeda dan mobil
"nasional" merek Timor yang sebenarnya buatan perusahaan Korea KIA,
termasuk dalam kegiatan usaha yang diminta oleh IMF untuk diakhiri sebagai
salah satu syarat dalam letter of intent ketika Indonesia akhirnya minta
bantuan kepada dunia internasional karena krisis ekonomi 1997.<br />
<br />
Namun hebatnya, meski ditengarai banyak hal yang tidak wajar dari bisnis
anak-anak Soeharto, hanya Tommy saja yang tersandung di sana dan di sini. Lima
anak Soeharto yang lain sampai hari ini aman-aman saja. Yang menjadi
pertanyaan, kini, setelah Soeharto tiada, apakah anak-anaknya masih bisa tenang
menikmati kekayaan yang pernah mereka jarah dari Indonesia? Kita lihat saja...<br />
</span><br />
</b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-no-proof: yes;"><img alt="http://media.vivanews.com/images/2008/11/19/59093_keluarga_soeharto.jpg" height="383" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image020.jpg" width="510" /></span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 2;">
<b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Saat
Meninggalnya Sang Jenderal </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="mso-no-proof: yes;"><img alt="http://4.bp.blogspot.com/-SflmKjHQURg/TrcbiEBS-6I/AAAAAAAAEJI/zaQnJ941790/s1600/sm1benny30.jpg" height="236" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image021.jpg" width="300" /></span><span style="mso-bidi-font-weight: bold;"><br />
<br />
<br />
</span></b><b><span style="font-size: 12.0pt;">PEMAKAMAN LB MOERDANI - Anggota
Korps Pasukan Khusus TNI AD<br />
mengusung jenazah mantan Menhankam/Panglima ABRI, Jend (Purn) LB Moerdani saat
pemakaman di TMP Kalibata, Jakarta, Minggu (29/8).<br />
Moerdani wafat dalam usia 74 tahun setelah menderita sakit. (Inset) Jend<br />
(Purn) LB Moerdani.<br />
<br />
JAKARTA - Markas Besar (Mabes) TNI mengeluarkan perintah kepada seluruh<br />
markas di jajaran TNI untuk mengibarkan bendera Merah Putih setengah tiang<br />
selama tujuh hari, sebagai belasungkawa atas tutup usianya mantan<br />
Menhankam/Pangab Jenderal (Purn) Leonardus Benyamin (LB) Moerdani.<br />
Pengibaran bendera setengah tiang tujuh hari ini sekaligus menunjukkan duka<br />
yang mendalam atas meninggalnya tokoh militer sekaligus tokoh intelijen<br />
Indonesia itu akibat penyakit yang dideritanya selama ini.<br />
LB Moerdani dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan,<br />
<br />
Minggu (29/8) pukul 13.50 WIB dalam upacara militer yang dipimpin langsung<br />
oleh Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Mantan Pangkopkamtib itu<br />
meninggal pada Minggu dini hari pukul 01.30 WIB di RSPAD Gatot Subroto,<br />
Jakarta.<br />
<br />
Sebelumnya, Moerdani yang dirawat sejak 7 Juli 2004 karena stroke dan<br />
infeksi paru-paru sempat dibesuk sejumlah tokoh penting, antara lain mantan<br />
pejabat tinggi negara dan militer termasuk mantan Presiden Soeharto, Jumat<br />
(27/8). Ketika itu Benny Moerdani masih dalam kondisi sadar. Hal menarik,
menurut beberapa sumber, saat mantan orang nomor satu di<br />
republik ini bertemu di sisi ranjang, Benny sempat memegangi tangan<br />
Soeharto. Keduanya sempat hanyut dalam keharuan bersama, dan saling menitikkan
air mata.<br />
<br />
Penghormatan tembakan salvo oleh 10 personel TNI menandai diturunkannya peti
jenazah LB Moerdani ke makamnya di Blok W bagian selatan Kompleks TMP Kalibata.
Sebelumnya, Panglima TNI membacakan riwayat hidup LB Moerdani yang pernah
memimpin Operasi Naga pasukan elite RPKAD pada 4 Juni 1962 untuk merebut Irian
Barat dari Belanda. <br />
<br />
Mayor Inf Benny Moerdani yang mendapat Bintang Sakti langsung oleh Presiden<br />
Soekarno karena peran pentingnya dalam Operasi Naga di Irian Barat melapor<br />
ke Kostrad yang dipimpin oleh Mayjen TNI Soeharto. Inilah perkenalan<br />
langsung antara LBM dengan Soeharto yang akan berlanjut secara dinamis<br />
sampai 30 tahun sesudahnya.<br />
<br />
Sebagai perwira yang relatif junior tentu di Kostrad ia tidak mempunyai<br />
banyak peran penting, lebih-lebih antara tahun 1963-1965 Kostrad, termasuk<br />
Panglimanya tidak banyak dikenal di masyarakat. Tetapi bagi Benny itu adalah
waktu pembelajaran yang berharga, karena selain ia belajar banyak hal selain
operasi komando, ia juga mengenal orang-orang seperti Letkol Yoga Soegama dan
terutama Letkol Ali Moertopo yang adalah orang-orang penting di Kostrad.<br />
<br />
<br />
<br />
Senin, 30 Agustus 2004<br />
<br />
JAKARTA (Media): Jenazah Jenderal Leonardus Benjamin Moerdani dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Timur, kemarin. Sebagai wujud dukacita
dan penghormatan atas jasa-jasa almarhum,<br />
<br />
Sejumlah anggota Kopassus mengusung jenazah<br />
mantan Menhankam-Pangab Jenderal (Purn) LB Moerdani, untuk dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, kemarin. Pendiri Badan Intelijen<br />
Strategis (Bais) ABRI ini meninggal dalam usia 72 tahun karena telah lama<br />
menderita stroke.<br />
<br />
Markas Besar TNI menginstruksikan seluruh markas di lingkungan TNI<br />
mengibarkan bendera setengah tiang selama tujuh hari berturut-turut.<br />
<br />
Moerdani menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
(RSPAD) Gatot Soebroto sekitar pukul 02.00 WIB, dini hari kemarin. Beliau
dirawat di rumah sakit itu sejak 7 Juli 2004 karena menderita stroke dan
infeksi paru-paru.<br />
<br />
Upacara pemakaman secara militer berlangsung sekitar pukul 13.50 WIB<br />
dipimpin Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Saat upacara<br />
berlangsung, tiga kepala staf TNI tampak mendampingi keluarga dan sanak<br />
saudara, yaitu KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu, KSAL Laksamana Bernard Kent
Sondakh, dan KSAU Marsekal Chappy Hakim.<br />
<br />
Tembakan salvo terdengar saat peti jenazah diturunkan ke liang lahat yang<br />
berada di Blok W, di bagian selatan kompleks pemakaman tersebut. Disusul<br />
dengan doa dan upacara kerohanian secara Katolik yang dipimpin oleh Romo<br />
Soewito Pandito.<br />
<br />
Dalam amanatnya, Panglima TNI menegaskan, upacara itu dilakukan untuk<br />
menghormati dan menghargai jasa-jasa almarhum. ''Indonesia kembali<br />
kehilangan salah satu putra bangsa terbaik karena dia telah menjadi suri<br />
teladan bagi semua, meski selama hidupnya sebagai manusia almarhum tidak<br />
luput dari kesalahan,'' ujar Endriartono.<br />
<br />
Almarhum juga mendapat penghormatan terakhir di Mabes TNI-AD Jl Veteran,<br />
Jakarta Pusat, dalam sebuah upacara yang dipimpin KSAD Jenderal Ryamizard
Ryacudu. Sebelumnya, jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka Jl Terusan
Hang Lekir IV No 4/43, Jaksel.<br />
<br />
Hadir melayat di Mabes TNI-AD, Presiden Megawati Soekarnoputri bersama<br />
suami, Taufiq Kiemas. Terlihat pula Abdurrahman Wahid (Gus Dur) beserta<br />
istrinya, Sinta Nuriyah, dan mantan capres dari Partai Golkar Jenderal<br />
(Purn) Wiranto yang juga mantan Menhamkam/Pangab.<br />
<br />
Sedangkan di rumah duka, tampak melayat mantan Presiden Soeharto yang<br />
didampingi putrinya, Siti Hardijanti Rukmana, dan capres Susilo Bambang<br />
Yudhoyono.<br />
<br />
Moerdani termasuk tokoh yang paling berpengaruh dalam perjalanan bangsa ini.
Selain karena jasanya terhadap kemajuan TNI, beliau juga dikenal sebagai<br />
salah satu tokoh yang kontroversial karena disebut-sebut berada di balik<br />
rangkaian kerusuhan di beberapa daerah. Bahkan, dianggap berada di balik<br />
peristiwa Tanjung Priok.<br />
<br />
Moerdani juga sering disebut-sebut berada di belakang mutasi besar-besaran<br />
di tubuh TNI (ketika itu sebutannya ABRI). Istilah perwira "hijau"
atau<br />
perwira Islam juga berdengung di era kepemimpinannya. Semasa beliau memegang
tongkat komando, para perwira hijau disebut-sebut sering digeser olehnya.<br />
<br />
Namun, jasanya yang besar terhadap bangsa ini menenggelamkan begitu<br />
gunjingan-gunjingan seperti itu. Ketokohannya juga membuat orang sulit<br />
melupakan figur ini begitu saja. Bahkan Gus Dur yang menulis pengantar pada<br />
biografi "Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan, 1993", menyebut<br />
jenderal ini sebagai guru politiknya.<br />
<br />
Dia juga dikenal sebagai negarawan yang besar hingga dijuluki kalangan<br />
diplomat asing sebagai The only Statesman in Indonesia. (Nur/Tia/X-8)</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">INTELIGEN</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">02-04-2013 09:07 </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Perkenalannya dengan dua perwira
menengah Kostrad di atas membawa Benny ke bidang penugasan baru: intelijen.
Secara perlahan ia mulai dipercaya oleh Soeharto "bosnya" yang
karirnya menaik setelah peristuwa G-30-S, yaitu mula-mula menjadi Men/Pangad
menggantikan Yani yang tewas, dan tahun 1968 menjadi Pejabat Presiden RI.<br />
<br />
Keterlibatan LBM dalam tataran nasional bisa dibagi atas tiga tahapan<br />
penting. Pertama, antara 1965 - 1974 yaitu sampai ia dipanggil oleh<br />
Soeharto. Kedua, antara 1974-1988 yaitu sampai ia diberhentikan secara<br />
mendadak sebagai Panglima ABRI hanya satu bulan sebelum Sidang Umum MPR.
Ketiga, tahun 1988 -1993, yaitu sampai berakhirnya jabatannya sebagai<br />
Menteri Hankam.<br />
<br />
Seperti diketahui, Presiden RI sangat tidak puas dengan kinerja aparat<br />
intelijen dalam menangani peristiwa keresahan para mahasiswa yang berpuncak
dengan huru-hara 15 Januari 1974 yang populer dengan istilah ''Malari''. Badan
dan organisasi intel itu terbawa oleh persaingan antara Kepala Operasi Khusus
(Opsus) yang adalah sebuah badan intel tidak resmi di bawah Mayjen Ali Murtopo
versus Panglima Kopkamtib Jenderal TNI Soemitro sehingga tidak bisa berfungsi
efektif.<br />
<br />
Soeharto menugaskan langsung Benny Moerdani untuk mengendalikan tiga aparat
intelijen sekaligus, yaitu menjadi Asisten Intelijen Hankam merangkap<br />
Asisten Intelijen Kopkamtib. Dan juga mereorganisasi sebuah badan intel baru<br />
yaitu Pusat Intelijen Strategis (Pusintelstrat) sebagai pengembangan Satuan<br />
Tugas Intelijen Hankam.<br />
<br />
Sementara badan intel non-militer, yaitu Bakin (Badan Koordinasi Intelijen<br />
Negara) juga diberikan kepada pejabat baru, yaitu Mayjen Yoga Soegama yang juga
dipanggil mendadak dari penugasannya di Perwakilan RI di PBB, New York.Kabakin
yang lama "di-Dubes-kan" ke Belanda dan Soemitro mengundurkan diri
sementara Ali Moertopo mulai dikendalikan geraknya.<br />
<br />
Tidak banyak yang tahu betapa pentingnya jabatan tersebut Seperti diketahui<br />
di Indonesia pada waktu itu, Soeharto mengandalkan keamanan dan stabilitas<br />
negara hanya pada dua badan penting: ABRI dan Komando Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib). ABRI mempunyai tentara dan senjata dalam organisasinya
juga mempunyai satuan intelijen di bawah kendali Asintel. Sementara itu,
Kopkamtib juga punya organisasi terpisah (meskipun pejabatnya juga tentara)
yang intelnya terpisah pula.<br />
<br />
Dengan kedua badan itu ada di satu tangan, tidak mungkin terjadi persaingan<br />
antar-lembaga. Benny dikenal baik oleh Yoga dan juga Ali sehingga tidak<br />
mungkin lagi terjadi saling curiga antarpejabat tertinggi intelijen.<br />
<br />
Organisasi Intelstrat dikembangkan untuk menghadapi berbagai ancaman yang
bersifat strategis dan terutama mempunyai komunikasi langsung dengan para Atase
Pertahanan RI di seluruh dunia. Dalam situasi yang mengharuskannya, ia juga
bisa mempergunakan satuan Kopasandha untuk operasi khusus. Padahal pergerakan
pasukan untuk operasi militer menurut ketentuan hanya boleh dilakukan oleh
Panglima ABRI.<br />
<br />
Jabatan yang dipegang oleh LBM tidak boleh diotak-atik oleh siapa pun. Ia<br />
diangkat di era kepemimpinan Menhankam Jenderal TNI Maraden Panggabean, dan
ketika pada tahun 1978 ada Kabinet baru dengan Menhankam/Pangab nya M. Jusuf
dan Panglima Kopkamtib Laksamana TNI Soedomo, Benny tetap aman dengan tiga
jabatan tersebut.<br />
<br />
Sementara itu, Yoga tetap kukuh dengan jabatan Kabakin, tetapi Ali Murtopo<br />
dipereteliti secara lihai dari organisasi Opsusnya oleh Soeharto dengan<br />
mengangkatnya menjadi Menteri Penerangan RI.<br />
<br />
LB Moerdani dengan pangkat Letnan Jenderal TNI juga bertanggung jawab atas
keamanan Presiden, dan organisasi Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) ada
di bawah kendalinya. Dalam daftar rombongan Presiden Soeharto yang pergi ke
daerah-dan lebih-lebh ke luar negeri, nama Asintel Hankam selalu ada. Benny
yang selalu ikut mengawasi perjalanan Presiden secara langsung, meskipun
berusaha bersikap low profile sehingga sering pejabat di daerah tidak mengenali
wajahnya.<br />
<br />
Ketika Jenderal Jusuf yang sangat populer di mata rakyat, makin dekat dengan
akhir jabatannya sebagai Menhankam/Pangab, sudah jelas bahwa jabatan Panglima
ABRI berikutnya harus diberikan kepada orang yang bisa dipercaya penuh oleh
Soeharto. Presiden kedua RI yang tidak pernah ingin ada tokoh yang sekiranya
bisa menyaingi popularitasnya, kemudian menunjuk Benny Moerdani untuk memimpin
ABRI pada tahun 1983.<br />
<br />
Memang ia tidak merangkap jabatan sebagai Menteri Hankam seperti Jusuf<br />
(posisi ini diberikan kepada Jenderal Poniman), tetapi Soeharto untuk<br />
pertama kalinya mempercayai dua institusi sngat vital yang secara<br />
tradisional selalu dipisahkannya, yaitu Panglima ABRI dan Panglima Kopkamtib
kepada satu orang<br />
<br />
Tahun 1973, jabatan Menhankam/Pangab diberikan kepada Panggabean tetapi
Kopkamtibnya dipercayakan kepada Soemitro. Tahun 1978, Jusuf dipercaya memimpin
ABRI tetapi Kopkamatib dipegang oleh Soedomo.<br />
Kepercayaan Soeharto dengan menyandingkan jabatan Panglima<br />
ABRI/Pangkopkamtib kepada Benny menunjukkan betapa besar kepercayaan<br />
Presiden kepada LBM.<br />
<br />
Kesetiaan<br />
<br />
Para pengamat asing melihat bahwa kesetiaan LB Moerdani kepada Presiden<br />
Soeharto adalah segala-galanya dan cenderung membabi-buta dan ini membuat ia
mampu bertindak keras dan tegas kepada siapa pun yang bisa mengancam kedudukan
Soeharto.<br />
<br />
Operasi penangkapan para mahasiswa tahun 1978, dikendalikan oleh Benny<br />
Moerdani sebagai Kepala Pusintelstrat dan demikian pula penangkapan berbagai
tokoh garis keras setelah itu. Sejumlah perwira tinggi yang bergabung dalam
''Petisi 50'' pun ia cekal dengan keras, tidak peduli jabatan atau jasa yang
dipunyai orang itu sebelumnya.<br />
<br />
Namun, para pengamat sering salah taksir mengenai hubungan pribadinya dengan
sejumlah tokoh tentara yang lain. Ia bisa bertindak keras terhadap perwira
tinggi senior semacam Letjen HR Dharsono dengan menangkapnya dan
menjebloskannya ke penjara. Secara mendasar ia juga tidak senang dengan tokoh
yang dekat dengan Soeharto, seperti Soedharmono atau kepada sejumlahperwira
yang mencoba berpikir sebagai demokrat.<br />
<br />
Tapi secara intuitif LB Moerdani bisa hormat kepada sejumlah jenderal lain<br />
yang juga tidak senang dengan Soeharto secara pribadi seperti Jenderal<br />
Soemitro. Pernah Benny secara khusus mengirimkan perwira kepercayaannya<br />
untuk memberi penjelasan kepada Soemitro setelah ia mendengar bahwa ia<br />
mengkritik salah satu kebijakannya.<br />
<br />
Contoh lain adalah hubungannya dengan Jenderal M. Jusuf. Kivlan Zen dalam<br />
bukunya Konflik dan Integrasi TNI-AD (2004) menulis sebuah bab tentang<br />
adanya konflik antara LBM dan Jusuf yang memuncak dengan ketidakhadiran<br />
Benny dalam Rapim ABRI di Ambon. Padahal faktanya adalah Benny baru saja
memberikan briefing kepada peserta Rapim ketika terjadi peristiwa pembajakan
pesawat DC-9 Woyla milik Garuda Indonesia tahun 1981. Jusuf memerintahkan Benny
untuk memimpin operasi penumpasan, dan malah Benny disuruh untuk mempergunakan
pesawat Hercules Komandonya supaya bisa kembali pulang ke Jakarta secepatnya.<br />
<br />
Ketika keduanya sudah pensiun, mereka masih saling berhubungan. Benny pernah
terbang secara khusus ke Australia sewaktu mantan Menhankam itu harus mengalami
operasi jantung. Dan ketika LBM diserang sakit, Jusuf yang<br />
menanyakan keadaan kesehatannya secara terus-menerus.<br />
<br />
Yang unik dan menarik dikaji adalah hubungan LBM dengan Letjen (Purn)<br />
Prabowo Soebianto ketika yang belakangan masih berpangkat Mayor.<br />
Keduanya berasal dari generasi yang berbeda jauh, dan normalnya tidak<br />
mungkin seorang perwira menengah mampu melakukan gerakan atau menyatakan
ketidaksukaan terhadap seorang yang begitu powerful seperti Benny.<br />
<br />
Buku Kivlan Zen menyatakan, hubungan keduanya memburuk sejak tahun 1985, Tetapi
faktanya, Prabowo sudah menunjukkan sikap curiga terhadap Benny Moerdani sejak
sebelumnya, yaitu tahun 1983. Pernah sewaktu Prabowo meminta bertemu ke
kediaman M. Jusuf di Jl Teuku Umar, tetapi sebelum berbcara, ia memeriksa
beberapa tempat di rumah Jusuf takut kalau Asintel Hankam itu memasang
peralatan penyadap atau kamera mata-mata di rumah sang bos.<br />
<br />
Prabowo jugalah yang mengundang Jusuf untuk bertemu dengan sejumlah perwira
menengah Korps Baret Merah di Cijantung setelah mendengar informasi bahwa Jusuf
akan diganti oleh Moerdani. Jusuf yang masih Menhankam menyetir sendiri
mobilnya diikuti Prabowo dari belakang untuk menenangkan mereka.<br />
<br />
Hubungan antara LBM dan Soeharto yang oleh seorang pengamat disebut mirip
"hubungan anak dengan bapak" memang mulai menyurut sejak tahun 1985.
Ada tiga faktor yang menyebabkan itu. Pertama, kegelisahan LBM bahwa Soeharto
mulai kehilangan pengendalian diri dan akan lebih memprcayai keluarganya
daripada orang lain. Perubahan "kesetiaan" LBM itu mulai dirasakan
oleh Soeharto. Presiden yang ahli strategi itu mengambil langkah cepat dan
secara mendadak mengganti kedudukan LBM sebagai Panglima ABRI sebelum Sidang
Umum MPR tahun 1988. Padahal biasanya jabatan itu diganti berbareng dengan
pembentukan Kabinet baru yang dilakukan sesudah MPR mengangkat Presiden.<br />
<br />
Kedua, suksesi yang direncanakan oleh Soeharto dianggap tidak cocok olehnya,
lebih-lebih dengan akan diajukannya Soedharmono sebagai Wapres periode
1988-1993. Peristiwa interupsi Brigjen Ibrahim Saleh dalam Sidang Umum MPR
sering dianggap sebagai bagian dari ketidaksenangan LBM.<br />
<br />
Ketiga, dan yang ini barangkali yang mampu menjelaskan mengapa perubahansikap
LBM "mudah" dibaca oleh Soeharto, adalah munculnya faktor Prabowo
Soebianto. Ia adalah "anggota baru" keluarga Soeharto yang sejak awal
tidakcocok dengan LBM dan karenanya mampu menyampaikan informasi jenis lain
langsung kepada Presiden Soeharto. Paling tidak ini dikemukakan oleh dua orang
dekat dengan Prabowo, yaitu Kivlan Zen dan Fadli Zon yang masing-maisng menulis
buku mengenai itu.<br />
<br />
Ketiga alasan itu agaknya akan tetap menjadi bagian dari misteri sejarah<br />
yang dibawa oleh almarhum LB Moerdani. <br />
<br />
Penulis adalah pengamat militer pada RIDEP Institute, kini bekerja di<br />
''RCTI''</span></b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="clear: left; float: left; font-size: 12pt; line-height: 115%; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://www.tokobungadepok.com/public/foto_berita/94prabowo.jpg" height="240" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image024.jpg" width="320" /></span><span style="clear: left; float: left; font-size: 12pt; line-height: 115%; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://www.rimanews.com/sites/default/files/imagecache/article/asadsd.jpg" height="207" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image022.jpg" width="320" /></span><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
HUBUNGAN LB. MOERDANI DENGAN PRABOWO SUBIANTO<br />
Kontroversi<br />
<br />
<img border="0" height="32" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" width="32" /><br />
<br />
Bagaimanapun, urusan culik-menculik ini bisa jadi bukan hal baru bagi Prabowo.
Dirunut ke belakang, pada 1983, Prabowo – saat masih berusia 32 tahun,
berpangkat Kapten – pernah dikabarkan akan menculik sejumlah perwira tinggi,
termasuk LB Moerdani. Cerita itu dimuat di buku memoar Sintong Panjaitan,
“Perjalanan Seorang Prajurit Parakomando” (Kompas, 2009).<br />
<br />
Ketika itu Prabowo masih berposisi sebagai Wakil Komandan Detasemen
81/Antiteror ( yang merupakan semacam satuan elit antiteror), sementara Benny
adalah Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategis/Asisten
Intelijen Kopkamtib. Prabowo baru saja pulang dari Timor Timur dengan segenap
keberhasilan operasi militernya, dan menjelang akan menikahi Titiek Soeharto.<br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"></b><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
<br />
Semula Prabowo adalah pendukung Benny yang memang sedang digadang-gadang akan
menjadi Menhankam/Panglima ABRI. Namun, menurut Sintong, karena Prabowo curiga
Benny akan melakukan kudeta setelah ia memasukkan pasokan senjata - yang
belakangan diketahui sebenarnya akan disalurkan untuk membantu pasukan
Mujahidin di Afghanistan—Prabowo percaya bahwa Presiden Soeharto harus
diselamatkan dari manuver Benny. Bahkan semula ada sejumlah nama besar lain
yang kabarnya akan diciduk atas perintah Prabowo, termasuk Sudharmono, Ginanjar
Kartasasmita dan Moerdiono.<br />
<br />
Rencana penculikan itu akhirnya gagal dijalankan karena tak ada satupun
dukungan signifikan diperoleh Prabowo. Luhut Pandjaitan yang menjadi atasan
Prabowo menolak mengikuti saran Prabowo untuk menggerakkan pasukan. Jenderal M.
Jusuf yang ketika itu adalah Menhankam/Panglima ABRI juga mengabaikan
kecurigaan Prabowo. Luhut sendiri menganggap bahwa Prabowo ketika itu ‘stress
berat’.<br />
<br />
Bagaimanapun ada versi lain tentang konflik Prabowo dan Benny. Dalam versi ini,
karena kedekatannya dengan Benny, Prabowo menjadi tahu tentang agenda Benny –
yang sedang harum namanya antara lain setelah sukses menumpas kelompok teroris
berbendera Islam yang membajak pesawat Woyla – untuk menghabisi
kelompok-kelompok Islam dan berencana menggantikan Soeharto yang ketika itu
sudah memimpin Indonesia selama 15 tahun. Prabowo berusaha mencegah itu dengan
berencana menculik Benny.<br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://tokohbatak.files.wordpress.com/2009/09/luhut-binsar-panjaitan1.jpg" height="231" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image023.jpg" width="196" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
<br />
Benny sendiri tidak terlalu curiga dengan Prabowo bisa jadi karena latar
belakang Prabowo adalah sekuler tulen. Ayah Prabowo adalah seorang sosialis,
ibunya penganut Kristen dari Manado.<br />
<br />
Sejarah menunjukkan Benny kemudian tetap menjadi Panglima ABRI, namun
hubungannya dengan Soeharto terus memburuk. Pada 1988, Benny akhirnya diganti
oleh Try Soetrisno. Meskipun Benny tetap diberi jabatan sebagai Menteri
Pertahanan dan Keamanan, semua orang tahu Benny sudah habis. Karier Prabowo,
sebaliknya, terus melaju.<br />
<br />
Mana versi yang benar, itu tetap menunjukkan bahwa Prabowo memang tak asing
dengan operasi-operasi militer di luar jalur konstitusional.<br />
<br />
Dihitung-hitung, kecenderungan ini bisa dipahami mengingat Prabowo bisa
dikatakan memang dibesarkan dalam medan militer tidak dalam suasana damai.
Bagaimanapun ia adalah seorang komandan dari pasukan elit Indonesia yang
terkenal efektif. Kariernya sendiri dimulai dengan keberhasilannya di Timor
Timur ketika – sebagai Kapten – memimpin pasukan Den 28 Kopassus yang membunuh
pendiri Fretilin, Nicolau dos Reis Lobato.<br />
<br />
Sebagai tentara, reputasi Prabowo memang sangat harum. Bahkan ketika mengikuti
pelatihan Special Forces Officer Courses di Fort Benning, AS, ia banyak dipuji
para pelatih Amerika.<br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"></b><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
<br />
Menurut Nur Iman Subono, pengalaman semacam itu memang punya jebakan tersendiri.
Secara psikologis, Prabowo adalah tipe pemimpin yang sangat percaya diri bahwa
ia pintar, hebat dan benar. “Sikap semacam ini bisa membuat dia merasa dapat
melakukan apapun selama ia merasa dirinya benar,” kata Nur Iman. “Yang penting
baginya adalah menyelesaikan tugas sebaik-baiknya.”<br />
<br />
Karena itulah tindakan-tindakannya bisa kontroversial.<br />
<br />
Ketika menjadi Wakil Komandan Kopassus yang beroperasi di Timor Timur saat
daerah itu bergejolak pada 1995, Prabowo dikabarkan menggerakkan pasukan ilegal
berpakaian ninja di luar kesatuan TNI yang melancarkan teror ke warga sipil
dalam rangka melawan kelompok gerilyawan Xanana Gusmao. Pembentukan kelompok
paramiliter itu bertujuan untuk membangun kesan bahwa aksi tersebut bukan
dilakukan oleh militer sehingga TNI tidak dituduh membunuh rakyatnya sendiri
oleh masyarakat internasional.<br />
<br />
Cerita keberadaan pasukan sipil di luar TNI ini antara lain diakui oleh Kiki
Syahnakri, Komandan Korem Timor Timur pada 1995, dalam buku ‘The Untold Story’.
Kiki diketahui memang terlibat konflik dengan Prabowo akibat perbedaan
pandangan mereka tentang pasukan paramiliter itu.<br />
<br />
Prabowo sendiri mengakui bahwa ia memfasilitasi pembentukan pasukan yang
terdiri dari kalangan pendukung pro-integrasi, tetapi ia membantah bahwa
pasukan paramiliter itu membunuhi masyarakat sipil<br />
Ambisi untuk memerintah negri ini memang begitu membara dan cara yg ditempuhnya
agak radikal. Prabowo tak peduli dengan fatsun politik diantara para mantan
jenderal yang menabukan menjelekkan teman seangkatan. Dengan vokal Prabowo
menceritakan kekurangan, kegagalan dan ketakbecusan SBY. Bukan dengan bahasa
yang mumpuni, tetapi dengan bahasa yang membakar. Hal ini tidak dilakukan oleh
koleganya yaitu Wiranto yang dengan bahasa yang santun membeberkan visi dan
misinya tanpa menjatuhkan nama SBY.<br />
<br />
Riwayat Prabowo sebenarnya tidak terlepas dari cerita pembangkangan, dan
ketidak patuhan. Dimulai ketika dia masih menjadi taruna AKABRI waktu itu.
Ketika para taruna liburan mereka diperintahkan untuk tidak boleh meninggalkan
kota Jogjakarta tetapi Prabowo secara diam-diam terbang ke Jakarta. Hal ini
kemudian ketahuan dan dia mengalami penurunan pangkat.<br />
<br />
Setelah berdinas di Kopassandha di Den 81 anti terorpun, Prabowo tersandung
dengan atasannya langsung Mayor Luhut Panjaitan. Kala itu Maret 1983 kapten
Prabowo sebagai wakil komandan Den 81 menyiagakan seluruh pasukan Den 81 untuk
melakukan kontra kudeta dengan cara menculik letjen. LB. Murdani dkk yang kala
itu menjabat ass intel Hankam dan mengamankan Soeharto di markas Kopassandha
Cijantung. Untunglah usaha ini keburu ketahuan oleh mayor Luhut yang kemudian
membatalkannya dan menegur Prabowo atas kelancangannya dan memperingatkan bahwa
Luhutlah “matahari” di Den 81 Kopassus. “Jangan ambil tindakan tanpa
sepengetahuan dan persetujuan saya” kata Luhut. <br />
<br />
<img border="0" height="32" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.gif" width="32" /><br />
<br />
Dalam usaha untuk membela diri dan meyakinkan atasannya ini Prabowo sampai
perlu memata-matai komandannya sendiri, Brigjen Jasmin dan kemudian
menuding-nudingkan tangannya kepada komandannya karena tak mempercayainya. Amat
tragis jika usaha Prabowo itu jadi dilaksanakan, maka sejarah hitam angkatan
darat akan tercipta dan terlebih dampak buruknya bagi presiden Soeharto dan
negara ini. Prabowo kemudian diberikan cuti oleh Luhut, dan Luhut sendiri
mendatangi ayah Prabowo yaitu Prof. Soemitro Djojohadikusumo dan mengatakan
bahwa Prabowo sedang stress. Kecurigaan Prabowo ternyata tidak terbukti karena
dikemudian hari letjen LB. Moerdani oleh Soeharto ditunjuk sebagai
menhankam/pangab menggantikan jend. M. Jusuf. <br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://www.suaramerdeka.com/harian/0409/09/sm16myusuf9x.jpg" height="213" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image025.jpg" width="150" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
<br />
Beberapa tahun kemudian Prabowo dipindah tugaskan ke Kostrad atas perintah KSAD
Rudini dan menjadi wakil komandan batalyon disana. Alasan pemindahan sudah
jelas karena usaha percobaan penculikan para jenderal yang pernah ingin dia
lakukan. Atas surat perintah inipun Prabowo mempertanyakannya kepada
pimpinannya yaitu brigjen. Sintong Panjaitan. Mempertanyakan keputusan pimpinan
adalah hal tabu bagi kalangan militer dan bisa berakibat pemecatan, tetapi
Prabowo melakukannya. Protes Prabowopun kemudian disampaikan Sintong kepada
petinggi ABRI, tetapi saran mereka agar Sintong melupakannya.<br />
<br />
Di Kostrad Prabowo diperlakukan seperti raja. Prabowo sudah dicap sebagai putra
mahkota untuk menggantikan Soeharto di kemudian hari. Disini banyak pejabat
militer yang antri untuk diperkenalkan kepada Prabowo. Biasalah, walaupun
pangkat Prabowo baru mayor, tetapi sampai para jenderalpun ingin berkenalan
dengannya. Prabowo punya link khusus dengan Soeharto dan mampu mempengaruhi
keputusan beliau. Karir Prabowo pun bersinar hingga ia menjadi komandan brigade
di kostrad hingga kemudian ia ditarik kembali ke kesatuan Kopassandha dan
menjadi komandan pada tahun 1995 dengan pangkat Brigjen. Suatu promosi yang sangat
baik untuk mengejar jenjang tertinggi dibidang militer. Tidak hanya itu,
Prabowo pun mendapat mandat untuk mengembangkan Kopassandha yang semula 3000 an
orang menjadi 6000 an dan Kopassndha berubah nama menjadi Kopassus. <br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-no-proof: yes;"><img alt="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiuZ2nPcPn53vKBHdbft_EG18ZjsoUkLfbBmmv2w3wDZI39tuISpuWMH1V5YwYbld3t-xSKSCYLQzL36rLgcY7e_Ctlx9rOkKLUZi4_dUGtAkUASCS_EFpZjyHL-57OmKCQz6tc1t6wcU/s1600/ap_kopassus.jpg" height="310" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image026.jpg" width="468" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br />
<br />
<em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Disinilah suatu skenario sudah dirancang untuk
karir Prabowo oleh sang mertua. Dengan 6000 an prajurit maka pangkat Prabowopun
segera diangkat menjadi Mayjen dan jabatannya menjadi komandan jenderal
Kopassus. Hal ini menyalahi prosedur kepangkatan ditubuh ABRI yang melaksanakan
evaluasi kepangkatan hanya dua kali dalam setahun kecuali dalam hal kenaikan
luar biasa. Prabowo naik pangkat dua kali dalam tempo delapan bulan, dan itu
bukanlah karena prestasi luar biasa. Selain itu pengembangan Kopassus menjadi
6000 an personil menyalahi rencana strategis (renstra) angkatan darat yang
telah menciutkan jumlah kodam dan menghapus peran kowilhan di tanah air. </span></em><i><br />
<br />
<em><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Penciutan Kopassus juga dilakukan seiring
dengan renstra AD tersebut pada tahun 1985. Dari 6644 jumlah personil kemudian
diciutkan menjadi 2300 an. Setelah Prabowo menjadi komandan Kopassus, jumlah
personilnya kemudian ditambah lagi. Tentu saja hal ini dilakukan untuk
mengatrol bintang Prabowo</span></em></i>. Tak sulit untuk menduga kemana
setelah ini Prabowo akan dibawa oleh sang mertua. Ya tak salah lagi, komandan
Kostrad dengan tiga bintang di bahu. Setelah itu, ya kepala staf angkatan darat
(KSAD), lalu panglima ABRI dengan empat bintang di bahu. <br />
<br />
Selanjutnya suksesi Soeharto kepadanya menjadi orang nomor satu di negara ini.
Di tengah jalan karir Prabowo tersendat karena sang mertua dipaksa lengser oleh
aksi reformasi yang dimotori oleh mahasiswa dan menyerahkan kekuasaannya kepada
wakilnya BJ. Habibie pada 21 Mei 1998. Tak puas dengan perlakuan yang dialami
mertua, Prabowo kemudian memerintahkan kastaf Kostrad mayjen. Kivlan Zein dan
danjen Kopassus mayjen Muchdi PR untuk meminta surat sakti kepada jenderal
besar AH. Nasution yang isinya agar menunjuk KSAD Soebagyo HS sebagai pangab,
Prabowo sebagai KSAD, dan posisi Wiranto cukup sebagai menhankam saja. Hal ini
perlu dilakukan Prabowo karena sebagai presiden yang baru dilantik, Habibie
harus segera menyusun kabinet. Kemudian surat ini diantar kepada presiden
Habibie.<br />
</span></b><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">02-04-2013 09:19 </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://images.smh.com.au/2012/09/28/3673986/AL-wide-prabowo-20120928182412329740-620x349.jpg" height="349" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image027.jpg" width="620" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
<br />
<br />
Usulan ini tidak disetujui, yang mana Habibie tetap mempertahankan Wiranto
sebagai menhankam/pangab. Lihatlah bagaimana sepak terjang Prabowo yang dengan
bebasnya hendak mempengaruhi keputusan presiden seperti yang biasa dia lakukan
kepada mertuanya. Atau dia ingin menakut-nakuti presiden yang baru karena
sebagai presiden pengganti, posisi Habibie gamang terhadap aksi penolakan oleh
masyarakat dan terlebih oleh kalangan militer. Alah bisa karena biasa, kata
pepatah.<br />
<br />
Suasana demonstrasi memang sedang puncak-puncaknya di ibukota dan Prabowo tanpa
melaporkannya kepada menhankam/pangab kemudian mengimpor pasukan Kostrad dari
Jawa Timur dan Kariango Sulsel. Tak hanya itu dia juga mengerahkan para
prajuritnya untuk bergerak di ibukota dengan dalih menjaga keamanan tanpa
dibawah perintah B/P pangdam Jaya mayjen. Syafri Samsudin. Hal inilah yang
dilaporkan oleh Wiranto kepada Habibie bahwa terdapat pasukan tak dikenal
berkeliaran di Jakarta, terlebih disekitar kediaman presiden. Tak senang atas
perlakuan Prabowo, presiden pun memberikan perintah kepada Wiranto untuk
mencopot jabatan Prabowo sebelum matahari terbenam dan menggantinya dengan
pejabat yang baru. Walaupun dengan tegas memerintahkan menhankam/pangab untuk
mengganti Prabowo, Habibie juga mempunyai kekhawatiran kalau keputusannya ini
berdampak penolakan dari kalangan militer sehingga loyalitas ABRI terhadap
presiden yang baru tidak ada. <br />
<br />
Atas saran Sintong Panjaitan, keputusan ini tetap dilaksanakan dan tidak akan
berdampak negatip buat pak presiden karena orang-orang yang dekat dengan
Prabowo hanyalah berdasarkan kepentingan pribadi, bukan karena kesepahaman
idealisme, jelas Sintong. Tahu bahwa dirinya akan dipecat, Prabowopun dengan
disertai dua belas orang pengawalnya menerobos masuk istana presiden tanpa
aturan protokoler istana. Para pengawal istana tidak berani membendung Prabowo
karena tahu siapa dia. Dengan pistol dipinggang Prabowo memaksa untuk bertemu
presiden. Untunglah usahanya ini keburu ketahuan oleh Sintong Panjaitan yang
merupakan staf ahli hankam Habibie yang segera menanyakan maksud kedatangannya.
Prabowopun diminta oleh Sintong untuk menanggalkan pistolnya sebelum bertemu
presiden. Keluar dari kamar kerja presiden, Prabowo membanting pintu yang
membuat presiden terkejut oleh tingkahnya ini. Sekali lagi Prabowo mempertanyakan
dan mendebat keputusan atasannya yang tabu dilakukan oleh seorang prajurit. Tak
hanya itu, ayah Prabowopun ingin bertemu presiden untuk mendapat kejelasan
mengenai keputusan ini yang mana hal ini kemudian dilakukan melalui telepon
kepada pak presiden. Banyak orang dibuat geleng kepala oleh sepak terjang
Prabowo, terlebih ketika Prabowo bisa memberikan perintah kepada komandan
Kopassus, Mayjen Muchdi PR hal mana tidak terdapat dalam garis komando dan
mengatur posisi jenderal atasannya. Bagaimana mungkin seorang bintang tiga bisa
mengatur jenderal bintang empat. Prabowo mau kudeta, bisa jadi tapi atas
tindakannya ini Prabowo tak pernah diadili. Lantas Prabowo dicopot dan mendapat
posisi baru sebagai Dan Seskoad di Bandung. <br />
<br />
</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://i20.photobucket.com/albums/b220/yuniarpw/MuchdiPR.jpg" height="332" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image028.jpg" width="220" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
<br />
Posisi yang diluar jalur komando, non tempur, tdk mempunyai pasukan dan cukup
jauh dari Jakarta sehingga pengaruhnya bisa direduksi. Disinilah kemudian
Prabowo dituduh ikut terlibat dalam operasi Mawar, yaitu operasi intelijen
untuk menculik dan menghabisi para aktivis semasa dia menjabat sebagai danjen
kopassus. Oleh DKP, SBY termasuk anggotanya, Prabowo diusulkan kepada Pangab
agar diberhentikan dari dinas militer. Alasannya adalah prabowo ikut bersalah
karena tdk mengetahui sepak terjang yang dilakukan oleh anak buahnya. Seperti
diketahui umum, operasi mawar dilakukan oleh team mawar yang berasal dari
kesatuan Kopassus. <br />
<br />
Secara garis komando, komandan Kopassus tdk menentukan operasi yang dilakukan
oleh anggotanya. Komandan Kopassus hanya bertugas dalam hal menyiapkan pasukan
tetapi setiap penugasan haruslah dilaporkan kpd komandan Kopassus, sebelum atau
sesudah operasi. Usulan pemberhentian ini kemudian disetujui pangab. Wiranto.
Prabowo diberhetikan dari dinas militer dalam usia 47 tahun dengan bintang tiga
dipundak. Suatu karir yang cemerlang, dan kalau segalanya sesuai rencana bukan
tak mungkin pada usia 48 tahun dia meraih bintang keempatnya karena dia sdh
menjadi panglima kostrad selama 2 tahun</span></b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b><span style="font-size: 12.0pt;">LB. MOERDANI DAN UMAT ISLAM<br />
Upaya-upaya penghancuran Islam tak pernah henti hingga Orde Baru tumbang pada
1998. Cara yang dilakukan umumnya sama, merangkul umat Islam dan dikemudian
mediskeditkannya dengan berbagai rekayasa. Tokoh-tokoh yang terlibat pun
semakin banyak, yang semuanya merupakan orang-orang Orde Baru yang mungkin saja
termasuk 'orang-orang binaan' Pater Beek. Satu di antaranya yang sangat
terkenal adalah LB Moerdani.<br />
<br />
Tentang tokoh yang satu ini, George J. Aditjondro dalam artikel berjudul “CSIS,
Pater Beek SJ, Ali Moertopo dan L.B. Moerdani” memberikan uraian sebagai
berikut;<br />
<br />
“Selama Ali masih menjadi orang penting di sekitar Soeharto, salah seorang
kadernya disimpan di Korea Selatan sebagai Konjen. Itu lah L.B. Moerdani. Sudah
sejak di Kostrad pada zaman konfrontasi dengan Malaysia, para senior di Kostrad
kabarnya sudah melihat tanda-tanda adanya rivalitas diam-diam antara Ali dan
Moerdani. Banyak yang menduga perbedaan mereka pada gaya. Ali suka pamer
kekuasaan, sedang Moerdani pada kerahasiaan dan misteri. Persamaan mereka
adalah semua haus kekuasaan. Tapi dalam ingin berkuasa ini juga ada perbedaan.
Ali ingin menjadi orang yang berkuasa, sementara Moerdani hanya ingin menjadi
orang yang mengendalikan orang yang berkuasa”.<br />
<br />
Meski permusuhan antara Ali Moertopo dan LB Moerdani membuat karir Moerdani
terhambat, namun akhirnya Moerdani kemudian muncul juga ke permukaan.<br />
<br />
Karir Moerdani meroket setelah peristiwa Malari pada 1974. Apalagi karena
setelah itu Soeharto membubarkan Aspri (Asisten Presiden), lembaga yang
dikuasai penuh oleh Ali Moertopo. Tentang hal ini George J. Aditjondro
mengungkapkan begini;<br />
<br />
“Tapi setelah terjadi Malari, Ali Moertopo tidak bisa lagi menghalangi Moerdani
untuk tampil ke depan. Sejak ini lah bintang Moerdani mulai menanjak. Moerdani
boleh berbeda style dengan Ali, tapi karena sama-sama ingin berkuasa, keduanya
perlu tanki pemikir. Maka CSIS yang mulai cemas karena merosotnya posisi dan
peran Ali Moertopo pada masa pasca Malari, Berjaya lagi oleh naiknya Moerdani”.<br />
<br />
L.B. Moerdani beragama Katolik dan sangat membenci Islam. Ini lah yang membuat
dia mudah diterima CSIS. Bahkan masuknya Moerdani ke lembaga yang dibentuk
Pater Beek itu ibarat ikan menemukan air. Tentang hala ini, George J.
Aditjondtro berkata begini;<br />
<br />
“Moerdani adalah orang Katolik yang kebetulan secara pribadi sangat benci
kepada Islam. Karena itu lancar saja kerjasama Moerdani dengan CSIS. Sebagai
orang Katolik ekstrim kanan, Moerdani di CSIS merasa di rumah sendiri. Itu lah
sebabnya mengapa Moerdani sekarang tenang bisa berkantor di CSIS (menggunakan
bekas kantor Ali Moertopo)”.<br />
<br />
Dalam memilih kader, cara Moerdani dan Ali Moertopo relatif tak berbeda. Jika
Moertopo ‘memukul’ Islam dengan menggunakan orang Islam juga, Moerdani pun
begitu. Cara ini terbukti efektif karena selama Moerdani ‘merajalela’, Islam di
Indonesia benar-benar berada dalam suasana suram karena terdiskreditkan dan
terpojokan.<br />
<br />
Salah satu peristiwa yang dicurigai melibatkan Moerdani adalah kasus ‘Jamaah
Imran’ yang berlanjut pada pembajakan pesawat Garuda bernomor penerbangan GA
206 tujuan Medan pada 28 Maret 1981 yang kemudian dikenal dengan kasus
Pembajakan Wolya. Kecurigaan ini muncul karena seperti kasus meletusnya G-30
S/PKI yang menguntungkan Soeharto, kasus Jamaah Imran dan Pembajakan Woyla juga
menguntungkan Moerdani.<br />
<br />
Dalam biografi LB Moerdani yang ditulis Julius Pour terdapat kronologis awal
kasus itu yang bunyinya sebagai berikut;<br />
<br />
“Sabtu 28 Maret 1981, pesawat terbang Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 206
tujuan Medan, tinggal landas dari Bandar Udara Talangbetutu, Palembang ….
Mendadak, terdangar keributan kecil dari arah kabin penumpang. Co-Pilot Hedhy
Juwantoro juga mendengar suara ribut yang masuk ke ruang kokpit. Ia baru saja
akan memalingkan kepalanya ketika tiba-tiba seorang lelaki bertubuh kekar
menyerbu ke dalam kokpit sambil berteriak; “Jangan bergerak, pesawat kami bajak
….””<br />
<br />
Pembajakan itu dilakukan oleh lima laki-laki. Pemerintahan Orde Baru menyebut,
para pembajak ini merupakan bagian dari Jamaah Imran, sebuah jamaah radikal
yang didirikan di Bandung, Jawa Barat, dan dipimpin oleh Imran.<br />
<br />
Dalam buku ‘Pater Beek, Freemason dan CIA’. Sembodo menjelaskan bahwa Jamaah
Imran adalah kelompok yang dibentuk setelah Komando Jihad ‘dilumpuhkan’ Ali
Moertopo.<br />
<br />
Tiga bulan setelah jamaah ini terbentuk, seorang anggota intelijen dari
kesatuan TNI Yon Armed Cimahi, yang menurut Umar Abduh bernama Najamuddin,
menyusup dan memprovokasi agar kelompok ini melakukan gerakan radikal untuk
melawan pemerintahan Soeharto secara terbuka. Anggota intel ini bahkan
menunjukkan senjata jenis apa saja yang cocok untuk dipakai setiap anggota
Jamaah Imran, dan meminta setiap anggota Jamaah itu difoto sambil memegang
senjata yang ia perlihatkan. Bodoh, anggota jamaah itu mau saja tanpa menelaah
dulu apa maksud dan tujuan si penyusup. Tentang hal ini, diuraikan Umar Abduh
sebagai berikut;<br />
<br />
“Gerakan pemuda Islam Bandung pimpinan Imran terpedaya, terjebak dalam isu
provokasi intelijen tersebut, apalagi setelah Najamuddin menjanjikan akan
memberikan suplai berbagai jenis senjata organic ABRI, seraya menunjukkan
contoh konkret senjata mana yang yang diperlukan dan pantas untuk masing-masing
orang. Bodohnya, ketika beberapa anggota kelompok ini diminta agar
masing-masing difoto seraya memegang senjata hasil pemberian yang dijanjikan
dan berlangsung hanya sesaat oleh Najamuddin itu, tidak seorang pun dari
anggota gerakan Imran keluar sikap kritisnya”.<br />
<br />
Setelah menunjukkan senjata-senjata yang layak dipakai Jamaah Imran, Najamuddin
kemudian memprovokasi jamaah itu agar segera melakukan gerakan terbuka melawan
pemerintahan Soeharto. Cara pertama yang disarankan adalah menyerang kantor
polisi-kantor polisi dan merebut senjatanya agar dengan demikian jamaah itu
memiliki senjata sendiri sebagai bekal melawan pemerintah. Bodohnya lagi,
provokasi itu termakan pimpinan dan anggota jamaah, dan Polsek Cicendo,
Bandung, diserang.<br />
<br />
Soal penyerangan ini, Umar Abduh menjelaskan sebagai berikut; “Dengan
bermodalkan sebuah Garrand tua itulah kelompok ini terjebak dalam skenario
premature melalui provokasi penyerangan Polsek Cicendo, Bandung. Melalui modus
operasi penyerangan pos polisi yang dilengkapi dengan seragam militer sebagai
akibat, entah sengaja atau kebetulan, telah menahan sebuah kendaraan bermotor
roda dua bernomor polisi sementara (profit) milik anggota jamaah. Momentum ini
dimanfaatkan Najamuddin untuk merealisir terjadinya aksi kekerasan bersenjata,
antara lain menyiapkan magazine dan amunisi senapan Garrand hasil curian, satu
hari menjelang penyerangan pos polisi tersebut. Penyerangan akhirnya
berlangsung brutal, dengan bermodalkan satu pucuk senjata Garrand hasil curian
(pemberian Najamuddin), Salman dan kawan-kawan berhasil menembak mati 3 polisi
serta melukai satu orang di Polsek tersebut, dan merampas senjata genggam
sebanyak 3 buah”.</span></b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">02-04-2013 09:33 </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-no-proof: yes;"><img alt="http://salam-online.com/site/wp-content/uploads/2012/11/Benny-Moerdani-jpeg.image_.jpg" height="450" src="file:///C:\DOCUME~1\Acer\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image029.jpg" width="375" /></span></b><b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><br />
<br />
Roda selalu berputar dan sinar bintang tak selalu benderang. Begitupula dengan
karir seseorang, termasuk karir LB Moerdani. Pada 1988, Soeharto mencopotnya
dari jabatan sebagai Panglima ABRI, dan sejak itu karirnya meredup<br />
<br />
Setahun setelah pencopotan dilakukan, atau sekitar pertengahan 1989, dalam
perjalanan pulang dari kunjungan ke Beograd, Yugoslavia, Soeharto mengatakan
begini; “Biar jenderal atau menteri, yang bertindak inskonstitusional akan saya
gebuk”.<br />
<br />
Pernyataan Soeharto ini kontan membuat orang percaya bahwa yang dimaksud ‘Bapak
Orde Baru’ itu adalah LB Moerdani. Apalagi karena sebelum pemecatan terjadi,
Moerdani sempat menyarankan agar Soeharto jangan maju lagi sebagai presiden
pada pemilu 1993, sehingga hubungan antara keduanya menjadi tegang.<br />
<br />
Salah seorang yang percaya bahwa Moerdani akan melakukan kudeta adalah Mayjen
(Purn) Kivlan Zen. Terkait hal ini, majalah Tempo edisi 10 Februari 2008
memberitakan begini; “Mayjen (Purn) Kivlan Zen, bekas Kepala Staf Kostrad malah
mengatakan Benny akan melakukan kudeta. Informasi ini menurut Kivlan Zen
dilaporkan Prabowo Subiyanto kepada mertuanya (Soeharto) yang berujung pada
pemecatan Benny dari jabatan Panglima ABRI seminggu sebelum Sidang MPR 1988”.<br />
<br />
Menurut Sembodo dalam buku ‘Pater Beek, Freemason, dan CIA’, pasca pemecatan,
Moerdani ‘bermain’ melalui dua orang kepercayaannya, yakni Try Soetrisno yang
menggantikan dirinya sebagai Panglima ABRI, dan Harsudiono Hartas yang menjabat
sebagai Kasospol ABRI. Berkat manuver politik Harsudiono pada pemilihan presiden
1993, BJ Habibie yang sempat digadang-gadang bakal menjadi wakil Soeharto,
tersingkir, dan Try Sutrisno naik menjadi wakil presiden.’Permainan’ Moerdani
berhasil, karena selama Try Sutrisno menjadi pendamping Soeharto, sepak terjang
Moerdani yang selama bertahun-tahun mendiskreditkan dan membunuhi umat Islam,
tak pernah diungkit-ungkit. Meski dia sempat diadili oleh Mahkamah Militer
karena kasus Tragedi Tanjung Priok pada 12 September 1984 yang menurut
Solidaritas Nasional untuk Tragedi Tanjung Priok (SONTAK) menelan korban tewas
hingga sekitar 400 umat Islam, namun dia tidak menjadi tersangka dan tetap
dapat menghirup udara bebas. Padahal seperti disebut Janet Steele dalam buku
berjudul "Wars Within, Pergulatan Tempo, Majalah Berita Sejak Zaman Orde
Baru", kasus berdarah di kawasan Jakarta Utara ini jelas merupakan hasil
operasi intelijen. Bahkan saat diwawancarai majalah Tempo untuk edisi 19
Januari 1985, Moerdani mengakui kalau ia menyebut Tanjung Priok sebagai
"asbak". Ini lah kutipan kata-kata LB Moerdani ketika itu.<br />
<br />
"Ibarat seperti orang merokok, abunya tentu saja tidak boleh dibuang di
sembarang tempat. Asbak diperlukan untuk tempat abu. Nah, Tannjung Priok memang
sengaja dijadikan semacam 'asbak', tempat penyaluran emosi".<br />
<br />
Untuk diketahui, Tanjung Priok merupakan salah satu basis Islam di Jakarta dan
menurut Sembodo, kawasan itu juga sedang dijadikan salah satu basis
Kristenisasi. Tak heran jika dalam waktu singkat di situ didirikan sejumlah
gereja yang pembangunannya pun tidak dirundingkan dulu dengan warga.<br />
<br />
Kasus Tanjung Priok meledak setelah anggota Babinsa Koja Selatan, Jakarta
Utara, bernama Sersan Satu Hermanu, meminta warga mencopot poster berisi
imbauan agar wanita mengenakan jilbab yang dipasang di Mushala As-Saadah.
Ketika permintaan ditolak, anggota Babinsa itu mencopot poster, namun tanpa
mencopot sepatu dahulu kala memasuki mushala. Warga pun marah, dan kasus
berkembang menjadi pembataian massal di Jalan Yos Sudarso, jalan utama di
Jakarta Utara, yang dilakukan oleh militer. LB Moerdani sendiri kala itu sempat
mengklaim bahwa yang tewas hanya 18 orang dan yang luka-luka 53 orang. Namun
banyaknya warga yang hilang setelah kejadian itu membuat klaim ini tak
dipercaya. Apalagi setelah SONTAK melakukan pendataan, yang tewas dan hilang
ternyata mencapai sekitar 400 orang, sementara yang luka juga mencapai ratusan
orang. Banyaknya warga yang hilang karena setelah pembantaian berlangsung,
jasadnya diangkut dengan kendaraan militer dan kemudian dibuang entah kemana,
dan hingga kini masih menjadi tanda tanya besar.<br />
<br />
Sembodo menyebut, dengan naiknya Try Sutrisno menjadi wapres, Moerdani bahkan
tetap dapat ‘mengendalikan’ Orde Baru.<br />
<br />
LB Moerdani meninggal pada 29 Agustus 2004 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta,
akibat stroke dan infeksi paru-paru dan Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata,
Jakarta Selatan, dengan diiringi upacara militer…</span></b><span style="font-size: 12.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-67516503609861175782014-05-25T05:58:00.000-07:002014-05-25T05:58:12.897-07:00LB. MOERDANI – MILITER & INTELEJEN SEJATI<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">KISAH DUA ORANG PRAJURIT.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Soeharto membenci sekaligus
menyayangi Benny Moerdani. Lama terputus, hubungan keduanya pulih setelah
lengsernya sang Presiden. <br />
<br />
"Biar jenderal atau Menteri,yang bertindak inkostitusional akan saya
gebug!" Kata-kata itu meluncur dari mulut Presiden Republik Indonesia
Kedua (1966-1988) Soeharto di atas pesawat kepresidenan, pertengahan 1989.
Ketika itu dia dalam perjalanan pulang dari kunjungan ke Beograd, Yugoslavia. <br />
<br />
Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Soeharto tak menyebut nama tapi
publik tahu siapa yang dimaksud. Leonardus Benyamin Moerdani. Di akhir 1980-an
sang Presiden memang sedang sengit-sengitnya kepada Benny. Bawahan yang paling
dia percaya itu berani menganjurkan dia untuk tidak lagi menjadi presiden serta
menentang anak-anaknya. <br />
<br />
Itulah isu yang berkembang. Mayjen (Pur)Kivlan Zen, bekas Kepala Staf Kostrad,
malah mengatakan Benny ingin melakukan kudeta. Informasi ini yang menurut
Kivlan dilaporkan Ketua Dewan Penasehat Partai Gerindra Prabowo Subianto kepada
mertuanya yang berujung pemecatan Benny dari jabatan Panglima ABRI seminggu
sebelum Sidang Umum MPR 1988. <br />
<br />
Benny tegas-tegas membantahnya. "Bagi saya seorang prajurit yang pernah
melawan pemimpin tertingginya berarti sudah cacat seumur hidupnya,"
katanya kepada Brigjen (Pur) FX Bachtiar yang menanyakan hal itu. <br />
<br />
Kata-kata Benny itu dikutip Bachtiar dalam artikelnya di biografi "LB
Moerdani Pengabdian Tanpa Akhir" yang terbit Desember 2004. Puluhan
sahabat dan kenalan yang ikut menuliskan pengalaman mereka mengatakan Benny
seorang loyalis. Ucapan Benny kepada Letjen (pur) Sofian Effendy menggambarkan
hal itu: "Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Soeharto adalah guru saya. Dia yang membesarkan saya. <br />
<br />
Membesarkan? Ya. Mereka berkenalan dalam Operasi Mandala untuk merebut Irian
Barat pada 1961. Soeharto, sang Komandan, mengagumi keberanian Kapten Benny
yang ketika itu memimpin Pasukan Naga. Mereka kembali bertemu pada 1965 kala
Benny ditempatkan di satuan intelijen Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat
(Kostrad) yang dipimpin Soeharto. <br />
<br />
Hubungan mereka kian dekat. Setelah berkuasa, pada 1974 Soeharto mengangkat
Benny menjadi Kepala Perwakilan RI di Seoul, Korea Selatan. Tapi Benny sering
meninggalkan posnya karena punya tugas "sampingan": mengawal Soeharto
dalam berbagai lawatan ke luar negeri. Lakon pengawal tak resmi ini dia
jalankan hingga bertahun-tahun. <br />
<br />
Saking percayanya, Pada 1975 Soeharto menunjuk Benny memimpin Operasi Seroja ke
Timor Timur. Dan Benny sukses. Enam tahun kemudian, dia ditugaskan memimpin
pasukan Kopasandha membebaskan pesawat GadudaWoyla DC-9 yang dibajak di Bandar
Udara Don Muang, Thailand. Ada yang mengatakan itu rekayasa Soeharto agar bisa
mendongkrak pangkat Benny. <br />
<br />
Benar atau tidak, yang pasti sejak itu karir Benny maju pesat. Puncaknya ketika
Soeharto menunjuk Benny sebagai Panglima ABRI dalam Presiden Republik Indonesia
Kedua (1966-1988) Kabinet Pembangunan IV (1983-1988). Tapi, laporan Prabowo membuat Soeharto
marah dan "memensiunkan" anak emasnya itu lebih awal. <br />
<br />
Mantan dokter tentara dalam dalam Operasi Mandala Ben Mboi, bercerita, Soeharto
sudah lama jengkel pada Benny. Soalnya, dia berani meminta si Bos
"menjauhkan" anak-anaknya dari kekuasaan. Itu dia sampaikan ketika
keduanya bermain bilyar, sendirian, di Cendana. Saat itu Benny sudah menjadi
Pangab. "Ketika saya angkat masalah anak-anak itu, Presiden Republik
Indonesia Kedua (1966-1988) Pak Harto berhenti bermain, masuk kamar tidur dan tinggalkan saya di kamar
bilyar," ujar Benny kepada Ben <br />
<br />
Anehnya, Soeharto seperti tak bisa benar-benar membenci Benny. Ketika munyusun
kabinetnya pada 1988, Benny mendapatkan pos Menteri pertahanan dan keamanan. Keputusan tak terduga itu membuat Benny kalah
taruhan dan harus membayar Laksamana (Pur) Sudomo satu set golf plus 2.000
bola. <br />
<br />
Padahal ketika bertemu Sudomo beberapa waktu sebelum pengumunan kabinet,
Soeharto masih amat marah pada Benny. Itu karena Benny mengusulkan penguasa
Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Orde Baru untuk mundur dari pentas politik setelah 1993. Benny kuatir, kalau
diteruskan nasib Soeharto akan seperti Proklamator, Presiden Republik Indonesia
Pertama (1945-1966) Presiden Soekarno: diturunkan dengan paksa. <br />
<br />
Soeharto akhirnya diturunkan setelah huru-hara pada 1997. Tapi itu justru
berkah bagi kedua "sahabat" yang hampir sepuluh tahun marahan. Pada
ulang tahun Soeharto pertama setelah lengser—8 Juni 1998— Benny datang.
Keduanya kembali saling mengunjungi dan berkirim kartu ucapan hingga Benny
berpulang pada 29 Agustus 2004.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Jenazah disemayamkan rumah duka
Jalan Terusan Hang Lekir IV/43, Jakarta Selatan dan kemudian di Markas Besar
TNI Angkatan Darat. Upacara penghormatan jenazah di Mabes AD dipimpin oleh
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ryamizard Ryacudu. Dimakamkan hari itu pula
pukul 13.45 Wib di Taman Makam Pahlawan Nasional pahlawan Kalibata, dengan inspektur upacara Panglima TNI Jenderal Panglima TNI
RI (2002) Endriartono Sutarto. Sedangkan upacara keagamaan dipimpin Pastur Suito Panito. <br />
<br />
Penghormatan yang mengiringi kepergiannya sangat terasa khidmat. Bendera Merah
Putih yang dibentangkan setinggi dada serta tembakan salvo mengiringi jenazah
Benny ke liang lahat. <br />
<br />
Para pelayat, mulai dari kerabat, sejumlah pejabat dan mantan pejabat negara,
baik sipil maupun militer, berduyun-duyun mengantarkannya dari kediaman di
Jalan Hang Lekir, Jakarta Selatan, ke Mabes TNI Angkatan Darat hingga ke TMP
Kalibata. <br />
<br />
Mantan Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Presiden Soeharto didamping putrinya, Siti Hardiyanti Rukmana, serta Jenderal
(Purn) Presiden Republik Indonesia Keenam (2004-2014) Susilo Bambang Yudhoyono yang didampingi istrinya, Ibu Negara 2004-2014 Kristiani Herawati melayat ke kediaman almarhum. <br />
<br />
Sementara Presiden Presiden Republik Indonesia Kelima (2001-2004) Megawati Soekarnoputri beserta suami, Taufik Kiemas, menghadiri upacara penghormatan
terakhir dan serah terima jenazah mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima Komando Operasi Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib) itu saat almarhum disemayamkan di Mabes TNI AD. <br />
<br />
Saat disemayamkan di Mabes TNI AD, hadir mantan Presiden KH Presiden Republik
Indonesia Keempat (1999-2001) Abdurrahman Wahid, Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat
(Kostrad) Letnan Jenderal Bibit Waluyo, sejumlah purnawirawan TNI, serta
beberapa pejabat pemerintahan era Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988)
Orde Baru, seperti Menteri Penerangan (1983-1997) dan Ketua DPR/MPR (1997-1998)
Harmoko, Menteri Luar Negeri RI (1987-1999) Ali Alatas, dan Fuad Hassan. <br />
<br />
Begitu pula di pemakaman, hadir sejumlah pejabat, mantan pejabat militer dan
tokoh-tokoh lainnya, antara lain mantan Wakil Presiden Jenderal (Purn) Wakil
Presiden Republik Indonesia (1993-1998) Try Sutrisno dan mantan Panglima ABRI Jenderal (Purn) Edi Sudrajat, Des Alwi,
Frans Seda dan sejumlah pengamat dari Centre for Strategic and International
Studies (CSIS), seperti Harry Tjan Silalahi, Sofjan Wanandi, dan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011-sekarang) Mari Elka Pangestu. <br />
<br />
Sebagai rasa hormat kepada almarhum, Panglima TNI memerintahkan seluruh markas
jajaran TNI di seluruh Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih setengah tiang
selama tujuh hari, terhitung mulai 29 Agustus 2004. penghormatan itu diberikan
mengingat jasa-jasa Benny kepada ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
dan negara. <br />
<br />
Hari-hari sebelumnya sejumlah pejabat dan tokoh menjenguknya yang tengah
dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) lantai 4 kamar bernomor 408 RSPAD
sejak hari Selasa (6/7). Dia antara tokoh yang menjenguknya: Panglima TNI
Jendral Panglima TNI RI (2002) Endriartono Sutarto dan Taufik Kiemas. <br />
<br />
L.B. Moerdani meninggalkan seorang istri, Hartini dan seorang putri, Irene Ria
Moerdani serta lima orang cucu). Semasa menjabat Menhankam/Pangab, jenderal
bintang empat ini sangat disegani di negeri ini. Pada saat menjabat
Menhankam/Pangab, dia malah disebut-sebut sebagai orang nomor dua terkuat
setelah Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Presiden Soeharto. Dia memang dikenal seorang jenderal yang tegas, sosoknya
benar-benar militer sejati. <br />
<br />
Prestasinya terukir sebagai penata organisasi intelijen di tubuh militer.
Benny, demikian panggilan akrabnya, merupakan penggagas Badan Intelijen
Strategis (Bais) pada 1983. Sebuah lembaga intelijen melengkapi lembaga serupa
yang sudah ada yakni Badan Koordinasi Intelijen Negara (1969). Dia juga sukses
mereorganisasi sejumlah komando daerah militer dan memodernisir peralatan TNI
semasa menjabat Pangab. <br />
<br />
Mantan Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban ini juga sukses dalam
sejumlah operasi militer. Di antaranya Operasi Seroja di Timor Timur pada 1975
dan Operasi Woyla 1981. <br />
<br />
Dia juga dikenal sebagai negarawan yang dijuluki kalangan diplomat asing
sebagai the only statesman in Indonesia. <br />
<br />
Legendaris <br />
Benny dikenang sebagai peletak modernitas ABRI. Banyak hal yang telah diperbuat
LB Moerdani semasa hidupnya. Bukan hanya menjadikan lembaga intelijen
berkembang secara profesional, tapi juga juga membangun persenjataan yang lebih
modern, pendidikan, latihan dan kerja sama dengan negara lain di bidang
pertahanan. <br />
<br />
Dia figur berkepribadian kuat, memiliki profesionalitas militer yang sangat
kental, sedikit bicara, tegas, dan tidak bertele-tele jika berbicara. Bahkan Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Departemen Pertahanan Mayjen TNI Sudrajat
menilai LB Moerdani sebagai jenderal legendaris yang setara dengan Panglima
Besar TKR/TNI Sudirman, Nasution, dan Simatupang. <br />
<br />
Menurut Sudrajat, selain punya karisma luar biasa, Beliau bisa membawa bangsa
ini kepada suasana stabil, saling memahami, dan di tengah-tengah itu
memformulasikan nilai-nilai demokrasi. <br />
<br />
Anggota Dewan Kehormatan Harry Tjan Silalahi menilai LB Moerdani sebagai Pahlawan Nasional <br />
pahlawan, patriot sejati Indonesia. Sebab, ia selalu berjuang dan melaksanakan
tugasnya untuk negeri ini melampaui apa yang diwajibkan. "Kita
menamakannya Patriot 24 Karat," tuturnya kepada Kompas (30/8/2004) <br />
<br />
Sofjan Wanandi berpendapat, LB Moerdani termasuk sosok militer yang berani
mengkritik Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Soeharto, tetapi tetap menunjukkan loyalitasnya. "Dia juga menjadi korban
ketika mulai tidak disukai Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Soeharto," ucapnya. <br />
<br />
Presiden Republik Indonesia Keempat (1999-2001) Abdurrahman Wahid (Presiden Republik Indonesia Keempat (1999-2001) Gus Dur) menilai mendiang sebagai seorang prajurit yang berdedikasi tinggi dan
tidak pernah memikirkan hal lain, selain negara dan kesatuannya. <br />
<br />
"Beliau seorang ksatria," kata Presiden Republik Indonesia Keempat
(1999-2001) Gus Dur sebagaimana ditulis dalam pengantar biografi LB Moerdani. <br />
<br />
Namun, Presiden Republik Indonesia Keempat (1999-2001) Gus Dur juga menulis, ternyata seorang LB Moerdani yang sedemikian perkasa
masih mau diperintah untuk menjalankan kebijakan "petrus"(penembakan
misterius). Kebijakan tersebut dijadikan semacam terapi kejut oleh pemerintahan
Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Soeharto untuk mengurangi angka kejahatan. <br />
<br />
"Muka Beliau setelah membaca tulisan saya seperti berubah jadi 'merah-biru'.
Tapi kemudian Beliau mengatakan, 'Baik, dimuat'. Saya kemudian mendatanginya
dan mengatakan, 'Saya paling senang berurusan dengan seorang ksatria',"
ujar Gus Dur tentang itu. <br />
<br />
Sosok Benny juga terbilang kontroversial. Selain banyak yang mengenangnya sebagai
prajurit sejati, gagah dan prajurit negarawan, juga ada pihak yang mengenangnya
dalam sosok lain. <br />
<br />
Dia memang seorang jenderal yang meninggalkan banyak jejak semasa Presiden
Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Orde Baru masih gagah perkasa. Pada masanya menjabat Panglima ABRI, dialah
jenderal yang banyak disebut paling berpengaruh setelah Presiden Republik
Indonesia Kedua (1966-1988) Pak Harto. Wajah sangarnya sering hadir di banyak peristiwa yang menonjol.
Bahkan setelah Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Orde Baru tumbang, bayang-bayangnya masih banyak dalam pembicaraan politik. <br />
<br />
Kebersamaannya dengan Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Pak Harto dimulai pada saat perebutan Irian Barat. Pada perang yang dikomandani
Mayor Jenderal Soeharto itu, Mayor Benny yang memimpin Operasi Naga berhasil
memimpin penyusupan. <br />
<br />
Setelah itu, 1967-1974 Benny bertugas di luar negeri (Kuala Lumpur dan Seoul)
sebagai diplomat. Di era akhir 1960-an hingga awal 1970-an itu, nama yang
membayangi Presiden Republik Indonesia Kedua (1966-1988) Pak Harto adalah mendiang Jenderal Ali Moertopo, yang juga salah satu mentor
Benny di bidang intelijen. <br />
<br />
Kemudian Benny diangkat sebagai pimpinan Satgas Intelijen Kopkamtib (1974).
Kemudian menjabat asisten intelijen Hankam, dan kepala pusat Badan Intelijen
Strategis (Bais) yang didirikannya. Hingga meraih posisi puncak menjabat
Panglima ABRI sekaligus Panglima Kopkamtib sampai 1988. <br />
<br />
Pada saat Benny menjabat Pangab itulah, terjadi Peristiwa Priok 1984. Benny
kerap dianggap sebagai orang yang sengaja memojokkan golongan tertentu. Namun,
Benny membantahnya di hadapan para kiai Ponpes Lirboyo, Kediri, "Saya
ingin menegaskan, umat Islam Indonesia tidak dipojokkan. Dan tidak akan pernah
dipojokkan." <br />
<br />
Kesetiaannya sebagai pembantu Presiden untuk menjaga "stabilitas
nasional" memang tidak hanya menggetarkan kalangan Aktivis muslim. Banyak separatis dan gerilyawan, seperti orang Timtim umumnya
yang agamanya Katolik, juga mendapat tindakan tegas pada masa itu. <br />
<br />
Namun kesetiaannya kepada Pak Harto tidak harus membungkuk-bungkuk seperti
kebanyakan tokoh lain. Benny, konon, malah punya keberanian mengingatkan Pak
Harto agar putra-putri dikendalikan. Walaupun hal itu harus berakibat
hubungannya dengan sang jenderal besar tersebut merengggang. <br />
<br />
Apalagi, seperti ditulis Kivlan Zen, Benny dianggap berambisi menduduki kursi
wakil presiden pada Sidang Umum MPR 1988. Berakibat Pak Harto marah dan
memberhentikan Benny dari Jabatan Panglima ABRI beberapa hari sebelum SU MPR
dimulai. Sehingga Benny pun kehilangan kendali terhadap Fraksi ABRI di DPR/MPR.
Hal ini disikapi Brigjen Ibrahim Saleh, dengan interupsi menolak Sudharmono
sebagai Wapres. Brigjen Ibrahim Saleh pun dipecat. Pada masa itu, interupsi
dianggap suatu keberanian luar biasa yang dianggap penguasa ibarat ledakan bom
dalam suasana 'stablilitas nasional' yang tenang.<br style="mso-special-character: line-break;" />
<br style="mso-special-character: line-break;" />
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sumber : Majalah TEMPO, edisi 4-10 Februari
2008 E-TI <br />
<br />
<br />
Sumber: <a href="http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/78-militer-dan-intelijen-sejati?start=1"><span style="color: blue;">http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/78-militer-dan-intelijen-sejati?start=1</span></a><br />
Copyright © tokohindonesia.com</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-76913575664736713132014-05-25T03:29:00.000-07:002014-05-25T03:29:09.191-07:00KESAKSIAN SUMITRO TENTANG PRABOWOSoeharto memendam prasangka buruk bahwa Prabowo bersama-sama Habibie
sedang menggalang persekongkolan untuk menumbangkannya. Sebagaimana
tradisi dalam riwayat raja-raja Mataram yang dikudeta oleh kalangan
istana sendiri, maka “putra mahkota” Prabowo agaknya tengah mengatur
siasat untuk mendongkel sang raja, Soeharto. Cerita-cerita semacam ini
sudah beredar luas sedari awal tahun 1998 dan menjadi bahan spekulasi
politik yang semakin panas di kalangan masyarakat. Menurut Sumitro,
dalam hal ini Soeharto rupanya telah termakan isu yang diembuskan
putra-putrinya—yang di hari-hari terakhir memiliki hubungan yang semakin
buruk dengan Prabowo.<br />
<br />
Cerita-cerita miring boleh jadi meluas dengan cepat, sebab diketahui
bahwa di luar istana terdapat pula sebarisan perwira tinggi ABRI yang
memandang dengan penuh perasaan cemburu terhadap karier Letjen Prabowo
yang menanjak dengan pesat. “Kenaikan pangkat yang cepat dari anak saya
itu sudah jelas mengundang ketidaksenangan bagi beberapa orang. Kondisi
kecemburuan seperti ini sudah merupakan sifat umum dari manusia di
manapun.[1]<br />
<br />
Salah satunya yang tidak lagi menyembunyikan rasa bencinya terhadap
Prabowo ialah Pangab Jenderal Wiranto. Bersama kelompoknya, niscaya
Wiranto dalam posisi terus mengintai, dan bahkan mungkin sebagai pihak
yang berusaha mengambil inisiatif. Ia tentu tak menyia-nyiakan
kesempatan begitu melihat ada peluang agar dapat menghempaskan Prabowo.
Wiranto di sekitar tanggal 21 Mei 1998 kabarnya mengeluh kepada mantan
Presiden/Pangti Soeharto mengenai pergerakan Prabowo. Mendengar keluhan
itu, Soeharto langsung “menginstruksikan” agar Prabowo segera dilepaskan
dari pasukan. “Copot saja Prabowo dari Kostrad!” Wiranto, masih menurut
sumber yang sangat dipercaya pula, konon sempat bertanya lagi apakah
Prabowo harus dilempar ke teritorial, ke Irian Jaya, atau entah ke mana?
“Ndak usah, kasih saja pendidikan. Bukankah keluarganya intelektual,”
sergah Soeharto, tampaknya ia hendak menyindir keluarga Sumitro.<br />
<br />
Malam hari sebelum pengumuman, Prabowo menelepon kepada ayahnya
memberitahu bahwa ia akan disingkirkan. “Saya dikhianati,” kata Prabowo.
Oleh siapa? “Papi nggak percaya kalau saya bilang, saya dikhianati oleh
mertua. Dia bilang kepada Wiranto, singkirkan saja Prabowo dari
pasukan,” tambah Prabowo.<br />
<br />
Prabowo tentu saja sangat kecewa dengan perlakuan keluarga Cendana.
Untuk membela diri, Prabowo menulis surat kepada Soeharto. Tapi, justru
surat Prabowo itu dinilai tak pantas oleh keluarga Cendana.<br />
<br />
Tanggal 25 Mei 1998: Letjen Prabowo Subianto resmi dicopot dari
Pangkostrad, dan dikirim ke Bandung untuk menjadi Komandan Sesko ABRI.
Tak berapa lama, setelah pemeriksaan Dewan Kehormatan Perwira (DKP),
bahkan karier militer Prabowo diakhiri oleh Wiranto. Akhirnya, Prabowo
memutuskan untuk memilih menjadi pengusaha di luar negeri, guna menyusun
hidup yang baru. Sebelum berangkat, ia sempat melapor kepada Pangab
Jenderal TNI Wiranto, dan kala itu Wiranto sempat berkomentar singkat,
“Ya, sudah pergi saja ke luar, tak apa-apa. Jauhkan pikiran kamu dari
Mahmil!”<br />
<br />
<img alt="" border="0" src="https://soedoetpandang.files.wordpress.com/2013/10/prabowo007.jpg?w=300&h=202" /><br />
<br />
Menyaksikan tragedi yang menimpa Prabowo, tentu saja sebagai orang tua,
Sumitro menganggap itu sebagai cobaan yang berat dalam kehidupan. Tapi,
itu tidak lantas membuat keluarga ini harus merasa terpukul apalagi
terpuruk. Dengan suara tetap lantang dan tenang Sumitro berkata,
“Prabowo mesti tetap tabah dan lebih kuat lagi. Masalahnya bukan ia
dipukul, tapi bagaimana ia bisa bertahan. Saya bangga Prabowo tabah.
Ujian buat saya dan isteri saya dalam kehidupan jauh lebih dari itu,
habis dari menteri lalu tiba-tiba jatuh jadi buronan, ha..ha..ha!”<br />
<br />
Kepada Prabowo, Sumitro cuma berujar singkat, “Begini, sekarang kamu
dijadikan sasaran macam-macam. Jangan harapkan teman-teman kamu sendiri
akan membantu. Orang yang berhutang budi terhadap kamu pun bakal
meninggalkan kamu. Tapi, dalam keadaan segelap apa pun niscaya masih ada
orang-orang baru yang akan membantu. Jadi harus tabah. Kedua, jangan
merasa kasihan pada dirimu sendiri, jangan menjadi dendam, ini kehidupan
sendiri, hadapilah!” kata Sumitro seraya mengingatkan bahwa Sumitro
sudah beberapa kali mengalami hal serupa bahkan yang lebih buruk dari
itu.<br />
<br /> <br />
<br />
Di depan DKP, Prabowo mengungkapkan mengenai daftar sembilan aktivis
yang harus diculik yang ia dapat dari atasannya, seraya mengatakan bahwa
kesembilan orang itu menjadi tanggung jawabnya dan telah ia lepaskan
serta semuanya masih hidup.<br />
<br /> <br />
<br />
… Berarti yang mesti ditelusuri lebih jauh ialah siapakah yang memberi
perintah kepada Prabowo untuk menculik, KSAD-kah, Pangab atau
Pangti-kah?<br />
<br /> <br />
<br />
Tindakan pertama ABRI segera setelah Soeharto lengser ialah berusaha
mengungkap kasus penculikan para aktivis pro-demokrasi. Begitu Pangab
Jenderal TNI Wiranto mengumumkan tujuh oknum anggota Kopassus sebagai
tersangka kasus penculikan, banyak pihak memuji langkah tersebut,
menilai bahwa ABRI tengah menuju perkembangan yang menggembirakan,
karena sudah mulai transparan jika ada anggotanya terlibat dalam perkara
besar.[2]<br />
<br />
Wiranto lantas seakan-akan hendak memuaskan tuntutan masyarakat dengan
membentuk Dewan Kehormatan Perwira (DKP), yang diketuai Kepala Staf
Angkatan Darat Jenderal Subagyo H.S. DKP kemudian memeriksa Letnan
Jenderal Prabowo Subianto, Mayor Jenderal Muchdi P.R. dan Kolonel
Chairawan. Hasilnya, Prabowo Subianto diakhiri masa dinasnya (istilah
lain dari diberhentikan dengan hormat) di ABRI. Sedangkan, Muchdi dan
Chairawan dibebaskan dari semua tugas dan jabatan struktural di ABRI.
Mereka terkena sanksi sehubungan dengan kasus penculikan yang dilakukan
oleh Tim Mawar Kopassus, antara bulan Februari 1998 hingga Maret 1998.
Tercatat belasan aktivis pro-demokrasi diculik, tiga di antaranya dapat
meloloskan diri, yaitu Desmond Mahesa, Pius Lustrilanang, dan Nezar
Patria.<br />
<br />
Namun belakangan terbukti bahwa langkah Wiranto tersebut lebih bermakna
politis—kalau tidak boleh dikatakan mengelabui publik—ketimbang
kesungguhan institusi ABRI sendiri untuk mengungkap satu per satu kasus
yang mengemuka di masyarakat, sebagai cermin kesungguhan ABRI untuk
memperbaiki citra buruk dirinya. Kasus orang hilang sampai sekarang
tidak terjawab tuntas. Padahal, Prabowo sudah mengakui perbuatannya. Di
depan DKP, Prabowo mengungkapkan mengenai daftar sembilan aktivis yang
harus diculik yang ia dapat dari atasannya, seraya mengatakan bahwa
kesembilan orang itu menjadi tanggung jawabnya dan telah ia lepaskan
serta semuanya masih hidup.[3] Bahkan, Haryanto Taslam kabarnya mengakui
bahwa ia masih hidup karena Prabowo yang melepaskan.<br />
<br />
Mengapa setelah DKP memeriksa Prabowo dan kawan-kawannya, pengusutan
kasus penculikan lantas berhenti. Bukankah yang bersangkutan sudah
bersedia dan menyatakan lebih senang bila kasusnya diselesaikan di
mahkamah militer, sebagaimana keinginan masyarakat luas yang sangat
berharap agar kasus ini dapat dituntaskan di mahkamah militer.[4] Dalam
kamus tentara tentu saja mustahil ada operasi tanpa perintah atasan.
Atau dengan kata lain, tidaklah mungkin seorang tentara berani mengambil
inisiatif untuk melakukan operasi militer tanpa diperintah atasannya,
apa pun pangkatnya. Berarti yang mesti ditelusuri lebih jauh ialah
siapakah yang memberi perintah kepada Prabowo untuk menculik, KSAD-kah,
Pangab atau Pangti-kah? Dengan mengikuti alur pertanyaan ini, maka tidak
dilanjutkannya kasus Prabowo ke mahkamah militer adalah karena bila
diungkap maka kemungkinan akan melibatkan banyak jenderal atau
membongkar rahasia di Angkatan Darat sendiri.<br />
<img alt="" border="0" src="https://soedoetpandang.files.wordpress.com/2013/10/gedung_dpr_mei_1998.jpg?w=300&h=195" /><br />
<br />
Di sini segera terlihat jelas muatan politis (baca: taktik dan tipu
daya) dari langkah Wiranto. Pertama, ia berusaha merebut simpati publik
dengan cara mengajukan sejumlah oknum Kopassus tadi dan bila perlu tidak
segan-segan menjatuhi mereka hukuman.[5] Jadi, jatuhnya vonis hukuman
buat anggota Tim Mawar seakan-akan hanya bermaksud menyenangkan publik.
Tak terhindarkan muncul kesan bahwa ketujuh anggota Kopassus itu menjadi
pihak yang dikorbankan. Penilaian ini didasarkan pada logika dalam
kemiliteran bahwa tidak mungkin seorang berpangkat mayor dapat mengambil
inisiatif sendiri atas suatu operasi.[6]<br />
<br />
Kedua, dengan menangani lebih dahulu dan sesegera mungkin kasus
penculikan yang melibatkan Prabowo, berarti terbuka luas kesempatan bagi
Wiranto untuk menggeser Prabowo. Dan memang kelak, melalui
temuan-temuan yang diperoleh DKP (Dewan Kehormatan Perwira), Wiranto
punya alasan kuat untuk menamatkan karier Prabowo Subianto di milker.
Ketika kemudian penyelidikan atas kasus ini seakan- akan terhenti,
dengan tanpa melacak lebih lanjut ke tingkat yang lebih tinggi guna
mencari tabu siapa yang memberi perintah kepada Prabowo, publik segera
sadar bahwa pengungkapan kasus penculikan semata-mata mempunyai sasaran
tunggal: yakni menggeser Prabowo.<br />
<br /> <br />
<br />
“Saya rasa, keadilan terhadap perihal Prabowo Subianto terlihat kabur
dan ngawur, karena seakan-akan segala tenaga menghujat terpusat pada
Kopassus dan Prabowo Subianto. Mengapa segala sesuatu berada di
pundaknya? Padahal, kita semua tahu banyak kesatuan lain dan perwira
tinggi lain yang terlibat di situ.”<br />
<br /> <br />
<br />
Setelah berhasil menyingkirkan Prabowo, Jenderal TNI Wiranto kemudian
dengan leluasa melakukan konsolidasi (baca: pergeseran-pergeseran
personel) di dalam tubuh TNI. Langkah tersebut dinilai banyak kalangan
sebagai upaya membersihkan tubuh ABRI dari pengaruh Prabowo.[7]Puncak
upaya marginalisasi para perwira yang dekat dengan Prabowo ialah
dilakukannya mutasi besar-besaran 100 perwira ABRI pada 4 Januari 1999.
Dengan demikian, Jenderal Wiranto telah melakukan usaha-usaha serius dan
sistematis guna menyingkirkan Prabowo dan kelompoknya, di mana upaya
pengungkapan kasus penculikan aktivis sebagai entry point-nya.<br />
<br />
“Saya rasa, keadilan terhadap perihal Prabowo Subianto terlihat kabur
dan ngawur, karena seakan-akan segala tenaga menghujat terpusat pada
Kopassus dan Prabowo Subianto. Mengapa segala sesuatu berada di
pundaknya? Padahal, kita semua tahu banyak kesatuan lain dan perwira
tinggi lain yang terlibat di situ.” kata Sumitro suatu waktu kepada
wartawan.[8] Sumitro mengeluarkan uneg-unegnya karena menyaksikan bahwa
isi pemberitaan dari kalangan media cetak dan elektronika sudah termakan
black propaganda yang diembuskan oleh pihak tertentu. Kalangan media
massa banyak mengembangkan opini dari sumber-sumber yang obyektivitasnya
diragukan. Dengan demikian, harapan akan keadilan dan sense of fair
treatment masih kurang.<br />
<br />
Sumitro mengatakan, dirinya menghargai dan menghormati Prabowo Subianto
sebagai ksatria, serta berani mengambil tanggung jawab jika dalam
melaksanakan tugasnya ada kesalahan. “Namun, tak boleh lupa, ada
atasannya. Bahwa kalau ada penyimpangan di dalam ABRI maka ada dua
tingkat atasannya yang harus tahu.”<br />
<br />
Ayah Prabowo juga mengemukakan keheranannya mengapa pada tanggal 14 Mei
1998, Pangab Jenderal TNI Wiranto tetap ngotot untuk memberangkatkan
semua jenderal penting ke Malang guna menghadiri upacara peralihan
Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) dari Divisi I ke Divisi II, padahal
sudah ada info bahwa bakal ada kerusuhan. Prabowo pun telah mengingatkan
bahwa akan terjadi sesuatu, sehingga berpendapat agar Pangab dan
jenderal-jenderal yang menjabat posisi-posisi strategis—seperti Kasad,
Danjen Kopassus, dan juga dirinya (Pangkostrad)—agar tidak pergi ke
Malang. Prabowo mengatakan apakah tidak sebaiknya ia berada di Jakarta
untuk berjaga-jaga membantu Pangdam Mayjen Sjafrie Sjamsuddin. Namun,
Wiranto tetap bersikeras bahwa semua harus berangkat meninggalkan
Jakarta! Ini berarti mengorbankan keamanan Jakarta, untuk sebuah acara
tak begitu penting di Malang, sebab penyerahan pasukan di Malang
sebenarnya cukup dilakukan oleh Panglima Divisi! Padahal pada tanggal 12
Mei 1998 di Jakarta Barat sudah terjadi kerusuhan. Keadaan di Jakarta
dengan cepat memburuk akibat jatuhnya korban tertembaknya mahasiswa
Trisakti.<br />
<img alt="" border="0" src="https://soedoetpandang.files.wordpress.com/2013/10/mei-1998.jpg?w=300&h=200" /><br />
<br />
Seorang sumber harian Berita Buana[9] menyebutkan bahwa Prabowo berani
mengingatkan Wiranto—bahkan konon mengusulkan agar acara di Malang
ditunda[10]— karena dirinya mendapat informasi dari Kedutaan AS bahwa
akan terjadi gerakan sejuta massa di Jakarta.<br />
<br />
Singkat cerita, dalam desain rekayasa itu (kalau memang benar itu ada),
Mabes ABRI tetap pada rencana semula: acara di Malang jalan terus!
Pangab akan tetap hadir, Pangkostrad hadir juga, KSAD juga turut ke
sana. Padahal, dalam keterangannya kepada TGPF, Kepala BIA menegaskan
bahwa karena peristiwa penembakan di Trisakti, semua pasukan harus siaga
satu![11]<br />
<br />
Mengenai hal ini, Sumitro menilai sikap Wiranto sangatlah janggal dan
menduga keras tersembunyi maksud-maksud terselubung mengapa ia
“mengungsikan” para pimpinan pasukan ke luar Jakarta. Mengapa hanya
Sjafrie yang disisakan di Jakarta dengan jumlah pasukan sedikit? Apakah
ini sudah didesain? Bagi Sumitro hal inilah yang harus diusut tuntas
guna menyingkap misteri tebal di seputar kerusuhan 13-15 Mei 1998.
[Sumitro menilai sungguh aneh rekomendasi yang dikemukakan Tim Gabungan
Pencari Fakta (TGPF) agar pemerintah mengusut pertemuan berbagai tokoh
tanggal 14 Mei 1998 di Makostrad].<br />
<br />
Pertanyaan selanjutnya, kelompok manakah yang membuat rekayasa sehingga
dengan sengaja menyebabkan jatuhnya martir pada peristiwa penembakan
mahasiswa Trisakti, yang terbukti sangat berperanan dalam memanaskan
gerakan massa?<br />
<br />
Pagi hari tanggal 14 Mei 1998, rombongan jenderal melenggang ke Malang.
Di saat yang sama kerusuhan sudah meletus di Jakarta! Dan, baru pukul
12.30 rombongan tiba di Jakarta, saat situasi sudah sangat terlambat,
sudah banyak gedung yang dibakar massa, sebagian Jakarta sudah hangus!
Ketika Jakarta benar-benar porak-poranda, masyarakat dibuat keheranan
karena Ibu Kota seakan-akan lowong tanpa adanya penjagaan pasukan
sama-sekali, sehingga kerusuhan dengan cepat meluas. Hasil rekayasa
siapakah ini?<br />
<br />
+++<br />
<br />
“Jelas sudah, dalam soal ini satu dari dua orang itu: Habibie atau Wiranto, pasti berdusta!” tegas Sumitro…<br />
<br /> <br />
<br />
Presiden transisi B.J. Habibie di depan Forum Editor Asia-Jerman II di
Istana Merdeka, tanggal 15 Februari 1999 mengatakan, bahwa sehari
setelah Soeharto tumbang, Prabowo melakukan konsentrasi pasukan.
“Pasukan di bawah komando seseorang, yang namanya tidak usah
disembunyikan lagi, Jenderal Prabowo, sedang mengkonsentrasikan di
beberapa tempat termasuk di rumah saya,” ucap Habibie.<br />
<br />
Anehnya, keterangan Habibie itu langsung dibantah oleh Pangab Jenderal
TNI Wiranto, dengan mengatakan bahwa keberadaan pasukan itu sesuai
dengan prosedur tetap: mengamankan presiden dan wapres di saat genting.
Padahal, dalam pernyataannya Habibie menyebutkan bahwa informasi
tersebut bersumber dari Wiranto. Mantan Pangdam Jaya Syafrie Sjamsuddin,
memastikan bahwa itu bukan pasukan Kostrad, melainkan pasukan Kopassus.
Dalam briefing Pangab di Markas Komando Garnisun, 14 Mei 1998, Pangab
memerintahkan kepada Pangkostrad Prabowo untuk mengamankan
instalasi-instalasi vital. Dankoman (Komandan Korps Marinir)
diperintahkan mengamankan konsulat dan kedubes, sedangkan Danjen
Kopassus disuruh mengamankan RI-1 dan RI-2. Semua tugas itu di bawah
kendali Pangkoops Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin.[12]<br />
<br />
“Jelas sudah, dalam soal ini satu dari dua orang itu: Habibie atau
Wiranto, pasti berdusta!” tegas Sumitro, seraya menambahkan ia tidak
tahu apa maksud Habibie melontarkan isu semacam itu. Sumitro
menceritakan pula bahwa sewaktu Habibie terpilih untuk memangku jabatan
Wakil Presiden RI, Habibie secara khusus datang menemui Sumitro untuk
mohon doa restunya agar ia dapat menjalankan tugas yang dipercayakan
tersebut dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, Sumitro sangat kecewa
atas pernyataan-pernyataan Habibie yang selalu mendiskreditkan Prabowo.
Sumitro juga membantah isue bahwa Prabowo sempat memaksakan niat menjadi
Kepala Staf Angkatan Darat, bahkan Panglima ABRI.<br />
<br />
“Itu cuma black propaganda yang dilancarkan oleh orang-orang yang
membenci Prabowo. Anda sekarang sudah bisa menduga-duga siapa-siapa
orang tersebut. Dan, terutama saya yakin dugaan Anda pasti tepat!” tutur
Sumitro.<br />
<br /> <br />
<br />
*) Dicuplik dari buku Aristides Katoppo, dkk., Sumitro Djojohadikusumo:
Jejak Perlawanan Begawan Pejuang (Jakarta: Sinar Harapan, 2000), Bab 46,
dengan judul asli “Soal Prabowo”.<br />
<br /> <br />
<br />
[1] Wawancara Sumitro Djojohadikusumo dengan wartawan The Business Times, Singapura, edisi 15-16 Februari 1997.<br />
<br />
[2] Simak misalnya komentar pengamat politik dan militer Indonesia Dr.
Harold Crouch. Ia menyebut langkah Wiranto itu sebagai suatu tindakan
yang luar biasa. Lihat, Merdeka, 16 Juli 1998. Pujian terlalu dini
dilontarkan pula oleh Prof. Daniel S. Lev, lihat dalam Merdeka, 21 Juni
1998.<br />
<br />
[3] Prabowo berkesaksian bahwa ia tidak mengetahui hal-ihwal penculik 12
orang lainnya yang hingga sekarang masih belum kembali. Dengan
demikian, berarti ada pihak-pihak lain di luar Prabowo yang juga turut
“bermain” dan hingga sekarang belum terungkap<br />
<br />
[4] Dalam jajak pendapat yang diadakan oleh majalah Gatra bersama
Laboratorium Ilmu Politik, FISIP UI, di tiga kota Jakarta, Dili, dan
Banda Aceh pada bulan September 1998 terungkap bahwa hampir semua
respoden yakni 97,6 persen menginginkan kasus tersebut dilanjutkan ke
mahkamah militer. Lihat Gatra, 10 Oktober 1998.<br />
<br />
[5] Tujuh anggota Tim Mawar akhirnya dijatuhi hukuman, mereka
dipersalahkan karena “mengambil inisiatif sendiri” untuk mengadakan
serangkaian tindak penculikan terhadap para aktivis mahasiswa. Demikian
dakwaan yang dibacakan oleh Oditur Militer. Tentu saja keterangan ini
sungguh aneh dan sama sekali tak boleh dipercaya, mana mungkin dalam
tradisi militer seorang berpangkat mayor dapat memimpin suatu operasi
tanpa diketahui oleh atasannya? Seorang perwira tinggi ABRI ketika
dikonfirmasikan ihwal ini, cuma berkomentar singkat, “Hukukam tersebut
harus diterima. Itu memang risiko menjadi tentara!”<br />
<br />
[6] Dalam dakwaan yang dibacakan oleh Oditur Militer Kolonel H. Harom
Widjaja, ide penculikan datang dari Mayor Bambang Kristiono, 38 tahun.
Komandan Pleton 42 Kopassus itu menilai aksi-aksi unjuk rasa yang
dilakukan para aktivis radikal sudah mengganggu stabilitas nasional. Mei
1997, Bambang membentuk satuan tugas Tim Mawar. Tim ini, lanjut dakwaan
Oditur Militer, beroperasi sangat rahasia dan tertutup, menggunakan
metode hitam dengan pos komando yang berdiri sendiri. Bambang lalu
memerintahkan anak buahnya untuk “mengamankan” para aktivis yang
dicurigai. Penculikan pertama dilakukan terhadap Desmond pada 3 Februari
1998. Lihat, Majalah D&R No. 20/XXX/28 Desember 1998.<br />
<br />
[7] Para petinggi ABRI, termasuk Jenderal Wiranto, membantah adanya
pertikaian elit politik di tubuh tentara, termasuk mengenai
pengelompokan-pengelompokan yang membagi tentara, “ABRI Merah Putih” dan
“ABRI Hijau”. Namun, isu mengenai adanya persaingan antara kedua
kelompok ini bertium semakin santernya di luaran, dan isu itu banyak
bersumber dari kalangan dalam ABRI sendiri.<br />
<br />
<a href="https://soedoetpandang.wordpress.com/2013/10/16/kesaksian-sumitro-tentang-prabowo/comment-page-1/" target="_blank">Sumber kaskus</a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-26442231747951237952013-01-27T02:40:00.000-08:002013-01-27T02:40:50.939-08:001. Foto perempatan jalan A.Yani dan Jalan Riau (Martadinata) pada tahun 1920.<br />
<a href="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00944.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1989" src="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00944.jpg?w=640" title="DSC00944" /></a><br />
2. Jalan Riau pada tahun 1917. <br />
<a href="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00954.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1990" src="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00954.jpg?w=640" title="DSC00954" /></a><br />
3. Alun-alun Bandung pada tahun 1938.<br />
<a href="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00949.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1999" src="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00949.jpg?w=640" title="DSC00949" /></a><br />
4. Jalan Asia Afrika pada tahun 1920<br />
<a href="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00946.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1992" src="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00946.jpg?w=640" title="DSC00946" /></a><br />
5. Jalan Braga pada tahun 1911<br />
<a href="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00945.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1993" src="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00945.jpg?w=640" title="DSC00945" /></a><br />
6. Kampus ITB pada tahun 1920<br />
<a href="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00948.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1994" src="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00948.jpg?w=640" title="DSC00948" /></a><br />
7. Kologdom (markas militer) pada tahun 1923<br />
<a href="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00951.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1995" src="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00951.jpg?w=640" title="DSC00951" /></a><br />
8. Jalan antara Kopo dan Ciwidey pada tahun 1880<br />
<a href="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00953.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1996" src="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00953.jpg?w=640" title="DSC00953" /></a><br />
9. Masjid Agung dan alun-alun Bandung pada tahun 1890<br />
<a href="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00955.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1997" src="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00955.jpg?w=640" title="DSC00955" /></a><br />
10. Seputar GOR Saparua pada tahun 1930<br />
<a href="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00952.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-1998" src="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00952.jpg?w=640" title="DSC00952" /></a><br />
11. Taman Balaikota pada tahun 1920<br />
<a href="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00947.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-2000" src="http://rinaldimunir.files.wordpress.com/2009/12/dsc00947.jpg?w=640" title="DSC00947" /></a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-86743656896073634822012-12-18T09:35:00.000-08:002012-12-18T09:35:18.978-08:00Mengungkap Keganjilan Pada Bundaran HI, Misteri !Saya yakin anda tahu Bundaran HI. Saya juga tahu bahkan pernah lewat di
Bundarang tersebut. Tapi hanya lewat saja tidak mampir. He he he.
Berikut ini saya berikan artikel teman kita yang sangat bagus membahas
secara mendetail tentang adanya keganjilan pada Bundaran Hotel Indonesia
tersebut. Saya membaca artikelnya kok jadi bergidik ya. Seakan
Indonesia ini telah dikuasai oleh suatu makhluk tersembunyi yang sangat
menakutkan dan kita tidak pernah merasakan. Anda percaya atau tidak
analisa ini silahkan berkomentar. <br />
<br />
Sangat mengejutkan dan diluar dugaan. Bundaran Hotel Indonesia atau yang
lebih populernya disebut dengan Bundaran HI, ternyata ditemukan sebuah
keganjilan. Dan sudah sepantasnya hal ini menjadi sebuah tanda tanya
besar.<br />
<br />
Semua orang yang ada di Jakarta, sudah pasti tahu dengan monumen kolam
air mancur ini. Presiden Soekarno dulunya di tahun 1960-an,
memerintahkan untuk membangun beberapa proyek konstruksi demi
mempercantik kota Jakarta dalam persiapan Asian Games IV.<br />
<br />
<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="http://www.108jakarta.com/pictures/headline.jpg/photos/64/?ax=1" /></div>
<br />
<br />
Termasuk diantaranya pembangunan Kompleks Olahraga Ikada (Gelora Bung
Karno) dan beberapa patung, termasuk monumen Selamat Datang, yang
dikenal sebagai Tugu Selamat Datang.<br />
<br />
Monumen Selamat Datang ini terletak tepat di tengah Bundaran HI. Disebut
demikian, karena bundaran ini berdekatan dengan Hotel Indonesia.
Bundaran yang berada di pusat jantung kota Jakarta ini, tepat di
tengah-tengah beberapa jalan utama di Jakarta.<br />
<br />
Di zaman VOC, pintu gerbang Menteng ada di seputaran Gondangdia, dekat
Masjid Cut Meutiah sekarang. Namun di zaman Orde Baru, pintu gerbangnya
‘dipindahkan’, bukan lagi di utara akan tetapi di sebelah baratnya,
yaitu Bundaran Hotel Indonesia.<br />
<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="http://berkota.files.wordpress.com/2012/07/bundaran-hi-life-magazine_-co-rentmeester_-mei-1966.jpg" /></div>
<br />
Selesai dibangun, Hotel Indonesia dan Bundaran HI menjadi pintu gerbang
bagi para pengunjung Jakarta. Bundaran itu merupakan sebuah kolam bulat
yang dilengkapi dengan air mancur.<br />
<br />
Namun, pernahkah tersadar akan sebuah keanehan yang ada di Bundaran HI
tersebut? Sepintas kolam ini memang tampak seperti kolam yang ada pada
umumnya, yaitu berbentuk bulat dengan air mancur yang ada di dalamnya.<br />
<br />
Coba perhatikan gambar-gambar berikut ini :<br />
<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="http://kassaszony.files.wordpress.com/2011/01/bundaran-hi1.jpg" /></div>
<br />
Apakah kelihatan ada yang aneh pada gambar di atas? Jika belum tampak
keanehan disana, coba gambarnya diambil tampak atas dari google earth
seperti di bawah ini :<br />
<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQSN1Vmd1nXxMAG4P3q8YUs75EDdgfT5_rGtl95ArUYD4XTLlxt5g" /></div>
<br />
Masih kurang jelas dan terkesan dipaksakan, coba diputar lagi secara horizontal seperti dibawah ini :<br />
<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="http://penarevolusi.files.wordpress.com/2011/06/bundaran_hi.jpg" /></div>
<br />
Sudah cukup jelas? Lantas apa yang terlihat disana?<br />
<br />
Sekali lagi, gambar ini pasti mengingatkan akan sesuatu. Apa itu?<br />
<br />
Mata Horus, simbol Illuminati/Freemason. Siapa lagi di dunia ini yang
memakai simbol-simbol seperti itu selain mereka. Lalu kenapa bisa ada di
Bundaran HI? Baca disini untuk lebih jelasnya.<br />
<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="http://mureo.com/news/wp-content/uploads/2010/05/Eye-Of-Horus-Mata-Horus-5-image1.jpg" /><br />
<br />
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTbzP7e4ZbY8YbWDCvK7lZkGib-Mwux-xLHUZ9-qwc7ubUsOGCk1rK9nMgK4hflm4Sgj9HlgAXagaK9mr6Bch57Ra3q_mW6C-RQocEI9OcIJcP5bX65GQciuCxv4S9N-zQa0yha9meDN5K/s1600/the+eye+of+horus.jpg" /></div>
<br />
Yang jelas hal ini membuktikan, bahwa bukan hanya di Amerika saja para
freemason ini membangun gedung-gedung insfratukstur kota, akan tetapi
freemason pun sudah membangun sesuatu di Indonesia.<br />
<br />
<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ65ESvWJAriGxkUPB5jOUtbHlDL_7aGChK79QSUUFEns1vKKdQ" /></div>
<br />
Bukti ini dapat dijadikan sebagai acuan kepada kesimpulan, bahwa mereka
sebenarnya sudah pernah eksist pada zaman dahulu di Indonesia, dan bukan
tidak mungkin sampai sekarang pun mereka masih ada dan berkeliaran di
Indonesia, terbukti dengan keganjilan yang ada pada mata uang 10.000
rupiah, baca disini.<br />
<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEir4VALsuRT3aNTThs2Ny-9_MGKg1ed8i53QXZWP5XfZaSuBd8Y6UY2opij_12fbLrv2FLb_duod3TnW3HfO_ulpmIDzj7qa3T0opUc9RMjBWXKbuoe_e2H9mCQDDWs7v67MiQOI5X3nts/s400/bundaran-hi.jpg" /></div>
<br />
Sedikit sebagai tambahan informasi seputar Bundaran HI ini. Pada pasca
zaman pemerintahan Soeharto, Bundaran HI kerapkali dijadikan sebagai
panggung demonstrasi oleh berbagai elemen massa dan berbagai
kepentingan.<br />
<br />
Selain itu, sejumlah bangunan dan situs bersejarah yang ada di Jakarta
menjadi rusak akibat gelombang unjuk rasa yang terjadi secara
besar-besaran di sepanjang Mei 1998. Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso,
kala itu mencanangkan gerakan rehabilitasi Jakarta, agar kembali menjadi
kota yang rapi dan cantik, seperti ibukota negara lainnya.<br />
<br />
Salah satu proyeknya, di tahun 2001, ialah merehabilitasi Bundaran HI,
lengkap dengan air mancur dan patung Tugu Selamat Datangnya, agar
kembali menjadi salah satu icon Jakarta yang cantik selain Monas.<br />
<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="http://www.bbc.co.uk/worldservice/assets/images/2010/01/28/100128071333_Demo100dayshi_466x350_nocredit.jpg" /></div>
<br />
Namun anehnya, program rehabilitasi air mancur itu bernuansa
Luciferistik “CAHAYA”, yakni “Membangun Kebanggaan Nasional Melalui
Pencahayaan”. Entah kebetulan atau tidak, kontraktor yang ditunjuk pun
General Electric (GE).<br />
<br />
GE dalam hal ini merupakan perusahaan yang juga bertanggungjawab atas
tata cahaya Patung Liberty di Washington DC dan Chain Bridge di
Hongaria. Di Jawa Tengah pun, GE pula yang menangani tata cahaya yang
terdapat di Candi Prambanan.<br />
<br />
Professor Nick Turse dalam “The Complex” (2009) menulis, “GE adalah
salah satu perusahaan Amerika yang dekat dengan industri perang
Pentagon. Sejak tahun 1957 hingga 1961, GE bahkan termasuk di dalam lima
besar kontraktor militer Pentagon di samping General Dynamics, Boeing,
Lockheed, dan North American Aviation. Sejak 2006, GE telah meluncur
turun ke urutan empat belas terbesar. Walau demikian, nila laba yang
diperoleh GE di tahun itu masih sangat besar, tidak kurang dari $ 2,3
miliar dari Departemen Pertahanan AS, dengan mengerjakan sistem
persenjataan untuk Helikopter tempur Hawk UH-60 dan pesawat multiguna
F/A-18 Hornet. Keduanya digunakan di Irak.”<br />
<br />
Tema “CAHAYA” dalam proyek rehab Bundaran HI yang dikerjakan oleh GE itu, dalam bahasa latin disebut dengan nama “Lucifer”.<br />
.<br />
Misteri demi misteri silih berganti bergulir di sekitar kita. Dan tanpa
disadari, semua yang ada di di dalam kehidupan ini menyimpan banyak
misteri. Ada yang terjawab dan tentu banyak sekali yang menyisakan tanda
tanya besar. Bukti bahwa berpikir skeptis sangat diperlukan dengan apa
yang di lihat, dengar, dan rasakan<br />
<br />
Apakah benar apa yang menjadi analisa di atas? Saya dan anda mungkin
tidak tahu tahu, belum tahu dan bahkan mungkin tidak akan tahu adanya
berbagai mistei yang menyelimuti kehidupan kita. Serahkan semua hanya
kepada Allah SWT. Toh, Dia juga menguasai alam jagat raya ini.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-63745482001539291302012-12-17T04:41:00.001-08:002012-12-17T04:41:08.322-08:00Misteri angka tuhanAngka Tuhan? Mungkin Anda bertanya-tanya tentang “Angka Tuhan”, apaan
sih? Sebenarnya itu hanya istilah saya saja untuk menyebut suatu “angka
misteri” (baca:sangat menakjubkan) yang banyak ditemukan pada
kejadian-kejadian di alam ini.<br />
<br />
Angka ini sejatinya telah banyak diteliti oleh peneliti luar negeri,
mereka umumnya menyebut angka ini adalah “golden ratio” atau “golden
number“.<br />
<br />
<br />
Nah, mungkin sebagian Anda sudah tidak asing lagi dengan 2 istilah yang
terakhir. Ya, bagi Anda yang sudah membaca mengenai hal ini pasti Anda
mengetahui bahwa angka ini ada kaitannya dengan deret Fibonacci atau
Fibonacci sequence.<br />
<br />
<br />
Tahukah Anda mengapa para peneliti menyebutnya golden number? karena
banyak sekali kejadian-kejadian di alam ini yang berkaitan dengan angka
tersebut. Bahkan, sebelum Obama terpilih menjadi presiden, ada yang
meramalkan bahwa Obama akan menjadi presiden Amerika ke-44 dengan dasar
dari analisa deret Fibonacci. Wow? Benarkah?<br />
<br />
Sekilas Mengenai Deret Fibonacci<br />
<br />
<br />
Bagi Anda yang sudah lulus SMU pasti pernah mendengar bilangan Fibonacci
di pelajaran Matematika. Kalau misalnya belum, mungkin waktu itu Anda
sedang tidak masuk sekolah..maaf bercanda.<br />
<br />
<br />
Apa sih angka fibonacci? Angka fibonacci adalah urutan angka (deret
angka) yang disusun oleh Leoanardo Fibonacci pada tahun 1175 - 1245 M.
Bilangan fibonacci dikenal juga dengan sebutan the golden number of
human life.<br />
<br />
<br />
Percaya atau tidak, menurut kepercayaan para ilmuwan di zaman dahulu
kala, angka Fibonacci adalah salah satu bukti adanya Tuhan (inilah salah
satu alasan saya memberi judul angka Tuhan). Wah kok bisa?<br />
<br />
<br />
Apa sih sebenarnya bilangan Fibonacci itu? Bilangan Fibonacci adalah
urutan angka yang diperoleh dari penjumlahan dua angka didepannya,
misalnya seperti ini :<br />
<br />
<br />
0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, dst<br />
<br />
<br />
Penjelasan : Misal Angka 5, diperoleh dari penjumlahan 2 angka didepannya yaitu 2+3.<br />
<br />
<br />
Mungkin Anda kemudian bertanya, lalu apa kaitannya angka2 itu dengan bukti adanya Tuhan?<br />
Bilangan Fibonacci ini menunjukkan beberapa fakta aneh, tetapi
sebelumnya kita perlu mengetahui terlebih dahulu mengenai angka Phi? Apa
itu angka Phi?<br />
<br />
<br />
Pasti Anda tahu, angka Phi adalah angka 1.618. Apa hubungannya dengan
fibonacci? Phimerupakan hasil pembagian angka dalam deret Fibonacci
dengan angka didepannya.<br />
<br />
<br />
Misalnya 3:2, 34:21, 89:55.<br />
<br />
<br />
Semakin besar angka Fibonacci yang dilibatkan dalam pembagian, hasilnya akan semakin mendekati 1.618.<br />
<br />
<br />
<br />
Fakta-Fakta “Angka Tuhan” Bilangan Fibonacci<br />
<br />
<br />
Seperti yang sekilas disebut sebelumnya, angka ini merupakan bukti yang
menunjukkan adanya Tuhan dan dianggap keramat oleh ilmuwan zaman dulu.<br />
Hampir semua ciptaan Tuhan dianggap mempunyai angka Fibonacci dalam hidupnya, baik itu tumbuhan, hewan, maupun manusia.<br />
<br />
<br />
Berikut beberapa fakta yang ditemukan di alam ini.<br />
<br />
<br />
1. Jumlah Daun pada Bunga (petals)<br />
Mungkin sebagian besar tidak terlalu memperhatikan jumlah daun pada
sebuah bunga. Dan bila diamati, ternyata jumlah daun pada bunga itu
menganut deret fibonacci. contohnya:<br />
- jumlah daun bunga 3 : bunga lili, iris<br />
- jumlah daun bunga 5 : buttercup (sejenis bunga mangkok)<br />
- jumlah daun bunga 13 : ragwort, corn marigold, cineraria,<br />
- jumlah daun bunga 21 : aster, black-eyed susan, chicory<br />
- jumlah daun bunga 34 : plantain, pyrethrum<br />
- jumlah daun bunga 55,89 : michaelmas daisies, the asteraceae family<br />
<br />
<br />
Ingin liat buktinya? silahkan diamati beberapa gambar berikut<br />
<br />
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdEB2q645nRkm_QySl_bGAI_8-sk3-rf0e-VWQr7zqH_3WYKDdtvEVZd_K1WcX5ocENdHboK1BBGO_Yej5ptYdbp88VYE6X9sMtDIt5HrpqWq1F2vsmRC6IqwPq5RovcWrytvJ_JoWDyw/s320/21daun.jpg" /><br />
<br />
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDbZnUVN6QqCDj7uUCl7UTGj3yWPQj1H_jsbU2yi_IBeeH9bAZALTgn1f3ZcwRo544ZenG8Ycl0FN6UTMqDjo6sVm73MITkzkm4bRZ9pGM-5S1ucFFwYlhAKgio4ZLOBwqqfmqqlQkXd4/s320/35daun.jpg" /><br />
<br />
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhtTbHWIqWPAe588hKq3DcDRP0AC06A9jXE61Fg-oIA_q85gfO1zBD6YWzxCQ0jtW9_DDXQHiZoDM5rzhx7gTZ-6bnKhlf2nz6Bpe6iuRWGlC1RtDd6SsondvWNmfUNF_8nL-E7WPjTqM/s320/be_sun.jpg" /><br />
<br />
<br />
2. Pola Bunga<br />
Pola bunga juga menunjukkan adanya pola fibonacci ini, misalnya pada bunga matahari.<br />
<br />
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4Nk92GUgshK2Kqdkf7jsgGsSOF0xtn-x9QMUoOPj8jXZ0OLC-vLV67W75NKfROl5EX3L2iIj52SeghqTBl9IUHYBKaVea_WtwfSCVftLeNxu8P81b_x5KhoZ2K_tp1lTVCvicMWngSZ8/s320/sunflower_pub.jpg" /><br />
<br />
<br />
Dari titik tengah menuju ke lingkaran yang lebih luar, polanya mengikuti deret fibonacci.<br />
<br />
<br />
3. Tubuh Manusia<br />
<br />
<br />
- Tangan<br />
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-tqtjWSMLOLmLRm3iltBItJLdYH8MRumZ9LCKt6Ur-NG1H17jxyCFnJmHHFHGd0BJjk3IuuFCpdqy1RrSJeoT4KuTkUvaZw9BU93ynswlAnHFHOZTvWs5Ebc1RzhwDkJkskhrtGhKIAs/s320/tangan_xray.jpg" /><br />
<br />
<br />
Bila Anda ukur panjang jari Anda, kemudian Anda bandingkan dengan panjang lekuk jari, maka akan ketemu 1.618.<br />
<br />
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVqEMuokbXqGMjz-e76CN5kj_MQ14aWgiATgKEKZ_kvdpjk3M3tVC267WNlnb2n9A-cmbYO08eb5acnKUDXrChkyHArS72mBLg_Ux6G9nYhz-7Rz4oXcy43bOueDD_5mdmou7vQVWiSW0/s320/tubuhmanusia.jpg" /><br />
<br />
penjelasan :<br />
<br />
<br />
- Coba bagi tinggi badan Anda dengan jarak pusar ke telapak kaki, maka hasilnya adalah 1.618.<br />
- Bandingkan panjang dari pundak ke ujung jari dengan panjang siku ke ujung jari, maka hasilnya adalah 1.618.<br />
<br />
<br />
- Bandingkan panjang dari pinggang ke kaki dengan panjang lutut ke kaki, maka hasilnya adalah 1.618<br />
<br />
<br />
- Semua perbandingan ukuran tubuh manusia adalah 1.618. benarkah? silahkan membuktikannya.<br />
<br />
<br />
Fakta-Fakta Lain<br />
1. jumlah lebah betina pasti lebih banyak dari jantan bukan? Kalau
dibandingkan antara jumlah lebah betina dengan jumlah lebah jantan, maka
hasilnya adalah 1.618<br />
<br />
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3YfUyPnqrq0pCfAyJDNBpKALi4zEble6wRcgqxn5VzhMPGhMlKCLMmwMXxf83vCM052aH6uKwAJVqxzayCI5-M1WnhFDIVIeC_giA2JfIWO02HS8yokYwa_PpOFwTevYl39Tg2RG2ShM/s200/kerang.jpg" /><br />
<br />
<br />
2. Kerang laut, kerang laut memiliki cangkang keras yang berbentuk
spiral. kalau dibandingkan antara panjang garis spiral paling depan
dengan berikutnya, maka hasilnya adalah 1.618<br />
<br />
<br />
3. Daun, tangkai, serangga, dan semua yang berbentuk spiral, bila
dibandingkan antara panjang spiral terakhir dengan sebelumnya, maka
hasilnya akan selalu 1.618.<br />
<br />
<br />
4. Kabarnya, Stradivarius, pencipta bola, juga menggunakan angka ini dalam peletakan lubang di bola.<br />
<br />
<br />
5. Parthenon<br />
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij96Aav2WdZro9-8mHXdSoEfm0BCGZIZzcU4DrC9sSG9xZZY6ZTGRaJd1HGv2la_vrXzNXcExJBvjmr5ryqDEouARwlXrumOMVY1WyszDJbFCbb9tOFmtU7T7YuGrgM9a3R0TpSkUv6qI/s200/phi+dan+parthen.jpg" /><br />
<br />
<br />
<br />
Bangunan yang diarsiteki oleh Phidias ini juga menggunakan perbandingan yang berdasarkan angka Phi. 1.618.<br />
<br />
<br />
6. Perkembangbiakan sepasang kelinci<br />
<br />
<br />
Menurut, sebuah penelitian yang dilakukan, sepasang Kelinci berkembang biak dengan pola deret angka Fibonacci ini.<br />
<br />
<br />
Dan masih banyak hal lain yang berkaitan dengan angka ini, yang selengkapnya bisa Anda search di google.<br />
<br />
<br />
Kemenangan Obama dan deret Angka Fibonacci<br />
<br />
<br />
Topik ini hanyalah sebuah tambahan saja. Ada sebuah penelitian yang
dipublikasikan pada bulan Juni 2008, pada saat itu masih dalam tahap
kampanye calon Presiden Obama dan MacCain, yang mana penelitian tersebut
mengemukakan dan tepatnya mungkin meramalkan bahwa Obama akan menjadi
Presiden Amerika yang ke-44.<br />
<br />
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTHY9jI3aO5Rn9Lm3R3j975zaICHEjcSlXT9qot5wLkTVOmUIZMCUBSB-V_lhVTjYUhtuLy2xCBNV6iZvAxJTXTv_egG0F39ZtOFMJ3bjm0zEDpf9X7UKq4zhp40uhgh91GhK-qzW35cs/s200/politik+america.gif" /><br />
<br />
<br />
<br />
Penelitian ini didasarkan pada kejadian-kejadian politik di Amerika yang
ada kaitannya dengan kehidupan politik orang kulit hitam di Amerika
(African-Americans). Pada penelitian itu disebutkan bahwa berdasarkan
deret tahun kejadian politik di Amerika, maka Obama memiliki peluang
yang besar untuk menjadi Presiden Amerika.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Nah, demikianlah sedikit ulasan mengenai angka Fibonacci atau angka
Tuhan yang banyak ditemui pada kejadian di alam. Apakah hal ini
kebetulan? Atau memang ini sebenarnya adalah segala sesuatu yang telah
dirancang oleh-Nya untuk menunjukkan kebesaran-Nya?<br />
<br />
<br />
Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lengkap, Anda dapat mencarinya di
search engine mengenai Fibonacci ini, Anda bisa mendapatkan informasi
yang lebih lengkap dan beberapa kejadian yang terkait dengan Angka
Fibonacci.
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-4799302914051888692012-12-17T04:24:00.001-08:002012-12-17T04:24:09.783-08:00Mitos dan Misteri Menanam Ari-ari Bayi<div id="post_message_3243352">
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEW-WBbmPPehh_R42zfqNlC_X5bJ1ie4pJudXATv03N1L5wnR5kOMn0Ug28Ih-jK-ZDzsVch_K-p07qnTBVQEvqvIU_x4DpaddwCmBk3deGJFQ1DeHMxcDldoU_cqPoylGwngK_O7_7EI/s400/38689_148599841820803_100000123637137_487324_3946756_n.jpg" /></div>
<br />
Tiap daerah di Nusantara mempunyai adat yang berbeda dalam merawat
tembuni (ari-ari) sewaktu bayi lahir. Di Jawa sendiri terdapat beberapa
variasi, ada yang ditanam sesegera mungkin di rumah orang tuanya, ada
yang dihanyutkan ke sungai atau laut, ada juga setelah dimasukkan ke
bejana tanah (kendil) kemudian digantung pada blandar (tiang melintang)
di dapur atau ruang tengah (sentong).<br />
<br />
Perbedaan ini tidak menjadikan masalah, seperti di daerah Jogja dan Solo
kebanyakan tembuni diperlakukan dengan ditanam di tanah. Sementara
disebagian wilayah Karesidenan Kedu, khususnya Wonosobo, Karesidenan
Banyumas, serta di daerah sekitar Karanganyar dan Tawangmangu, para
orang tua lebih suka menggantung tembuni yang dimasukkan ke dalam bejana
tanah. Untuk sebagian daerah pesisir, cukup banyak orang yang lebih
suka menghanyutkan (melabuh) tembuni tersebut.<br />
<br />
Meski ada beberapa macam cara memperlakukan tembuni, namun ada satu
kesamaan, yaitu setelah dicuci dan dibersihkan dengan hati-hati
menggunakan air bersih, tembuni dimasukkan ke dalam bejana tanah.
Kemudian disertakan juga beberapa ’uba-rampe’ ke dalamnya. Secara detail
tata-cara tersebut diuraikan dalam baris-baris Kidungan di bawah ini:<br />
<br />
KIDUNGAN PANGRUKTINING ARI-ARI<br />
<br />
(1) Bebukane golong-galing kaki (utawa : nini), putu banteng Wulung.<br />
Kaki Among Nini Among kiye, lah tunggunen gusti arsa guling, sira sun opahi striya mujung.<br />
<br />
(2) Kakang Kawah Adi Ari-ari payo pada nglumpuk.<br />
mBok Nirbiyah lan Diah den age, batok bolu lan uyah ywa kari, lan arta rong duwit, dome aja kantun.<br />
<br />
(3) Beras abang lawan lenga wangi, miwah gantal loro.<br />
Tetulisan Arab lan Jarwane, den lebokken ing kendil tumuli, nganggo lawon putih, karya lemek iku.<br />
<br />
Tiga bait Kidungan di atas menerangkan secara gamblang perlengkapan apa
saja yang harus dimasukkan ke dalam bejana tanah bersama tembuni Sang
Bayi, yaitu: garam, uang sepasang, jarum yang tajam, beras merah, gantal
(sirih yang digulung dana diikat) dua ikat, kertas yang bertuliskan
huruf Arab, Latin dan Jawa. Sebelumnya dipersiapkan dahulu kain mori
putih secukupnya sebagai alas tembuni dan berbagai perlengkapan yang
menyertainya. Kemudian minyak wangi disiramkan secukupnya, kain putih
dari ujung ke ujung ditangkupkan dengan rapi, terakhir kendil ditutup
dengan tutupnya.<br />
<br />
Garam merupakan simbol kehidupan, dan nantinya si anak jika besar akan
mampu ’menggarami’ dunia, agar menjadi tempat yang nikmat dan enak bagi
siapa saja bak rasa masakan yang lezat. Uang menggambarkan harapan,
kelak nanti sang Anak tidak akan kekurangan dalam hal materi. Berjumlah
sepasang, agar dalam mencari materi dia tetap menjaga hubungan baik
dengan orang-orang disekelilingnya, tidak asal ’tabrak’ dan juga agar
tidak lupa bersedekah jika lebih.<br />
<br />
<div align="center">
<img alt="" border="0" src="http://images.locitarasendria.multiply.com/image/1/photos/3/500x500/4/ariari3.jpg?et=0Akejw%2Blx0IayfF30ohmeQ&nmid=248240829" /></div>
<br />
Jarum yang tajam adalah gambaran pikiran yang tajam dari sang anak.
Beras merah meyimpan harapan agar sang anak tidak pernah kekurangan
pangan. Dipilih Beras Merah dengan maksud apa yang dimakan memberikan
kekuatan dan kesehatan bagi sang bayi. Beras Merah juga menggambarkan
kejujuran dalam berusaha, dan lambang keterikatan dengan keluarga.
Sedang warna merah sendiri dalam budaya Jawa menggambarkan sisi
keduniawian dari kehidupan. Kertas bertuliskan huruf Arab, Jawa dan
Latin, dimaksudkan agar sang anak akan menjadi anak yang beragama,
cerdas secara spiritual, emosi dan rasio. Gantal (sirih) menjadikan anak
tumbuh sehat dan kuat, serta kelak akan mendapat jodoh yang ideal.
Kesemuanya itu beserta tembuni dimasukkan kedalam mori putih, sebagai
lambang kepasrahan kepada Yang Maha Esa atas segala doa dan harapan yang
dibubungkan dan daya upaya yang telah dilakukan.<br />
<br />
Selanjutnya kita simak lanjutan Kidungan di atas tersebut sebagai berikut:<br />
<br />
(4) Kutu-kutu walang ataga sami, bareng laringong.<br />
Kang gumremet kang kumelip kabeh, lah tunggunen gusti arsa guling sira sun opahi, jenang sungsum telu.<br />
<br />
(5) Dandanane saking suwarga di, batok isi konyoh.<br />
Batok tasik tapel lan pupuke, ana nggawa bokor lawan kendi, ana nggawa maning kebut wiyah payung.<br />
<br />
(6) Widadari gumrubyung nekani pra samya amomong ana ngreksa in kanan kering.<br />
Ana nggawa kasur lawan guling kajang sirah adi, kemul sutra alus.<br />
<br />
(7) Benjang lamun bayi neka nangis, ingembana gupoh.<br />
Marang latar pojok lor prenahe, pra leluhur rawuh anyuwuki, meneng aja nangis, jabang bayi turu.<br />
<br />
Bait 4, menyatakan agar si Orang Tua membuat bubur sumsum sebagai sarana
penolak segala penyakit dan bahaya. Kemudian di saat akan menananam
kendil berisi tembuni, Bapak dan Ibu harus berdandan rapi seperti akan
pergi ke pesta. Kendil di gendong menggunakan selendang, dan dilambari
kasur kecil lengkap dengan bantal dan gulingnya, serta diselimuti sutra
halus. Sang Ayah berdiri di sampingnya sambil memayungi Sang Ibu yang
menggendong kendil berisi tembuni, di tangan satunya membawa kebutan.<br />
<br />
Selanjutnya kendil tersebut dimasukkan ke dalam lubang tanah yang telah
disiapkan dan ditimbun dengan rapi. Bila malam datang, tepat di atas
timbunan itu diberi lampu minyak tanah (senthir), dan agar tidak mati
tertiup angin ditutupi oleh kendil yang dibalik yang telah dilubangi
dasarnya. Biasanya pemasangan senthir ini dilakukan minimal 35 hari
(selapan) dan kadang sampai 3 bulan lamanya.<br />
<br />
Dalam bait terakhir, dinyatakan apabila kelak sang bayi menangis terus.
Maka orang tua harus menggendongnya ke pojok utara pekarangan rumahnya,
dengan maksud agar para leluhur datang untuk menghibur bayi agar tenang.
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-90043708611494362972012-11-04T08:16:00.000-08:002012-11-04T08:16:36.786-08:0011 daftar dari kendaraan-kendaraan militer unik di duniaBiasanya kita cuma sering melihat
tank, panser dan juga Armored Personnel Carriers. Berikut adalah 11
daftar dari kendaraan-kendaraan militer unik di dunia yang tidak
biasanya kita lihat sehari-hari atau bahkan di media massa.
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: medium;"><b>1. Kendaraan Lapis Baja M60A1-Launched Bridge (AVLB)</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6uiYRgt9PAcH9J1Qh-b57GZ7UwL6wz4GrHxLpac6k_xXWt_h383wMUrz8gIIkhyphenhyphenELICZKLx6RyFUlKaHKZMYiPsowjQt2UBRHkp8e8YnBxKBoKieVlEkGnS8otYqEB_XSDT8scLZM9ZI/s1600/Kendaraan+Lapis+Baja+M60A1-Launched+Bridge+%28AVLB%29.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6uiYRgt9PAcH9J1Qh-b57GZ7UwL6wz4GrHxLpac6k_xXWt_h383wMUrz8gIIkhyphenhyphenELICZKLx6RyFUlKaHKZMYiPsowjQt2UBRHkp8e8YnBxKBoKieVlEkGnS8otYqEB_XSDT8scLZM9ZI/s400/Kendaraan+Lapis+Baja+M60A1-Launched+Bridge+%28AVLB%29.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
AVLB M60A1 digunakan untuk digunakan sebagai jembatan yang dapat
berpindah dengan menggunakan sistem scissor. Panjang Maksimal
jembatannya adalah 18 meter.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><b>2. Kendaraan Lapis Baja Trojan</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihIEpO4wuu3LwD7VVUsnxwu4BPSNhdl5xET4Y7cjHkMpJlP-tTOOGOFqMtWjV_Jmf0QHiGhfUDMsrR2QWbMSV_sJBUDVWrmWGxkmxlewcLkL-J4LOhcWWXXRU-bmrXHNBlhXh3YLRyAIs/s1600/Kendaraan+Lapis+Baja+Trojan.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihIEpO4wuu3LwD7VVUsnxwu4BPSNhdl5xET4Y7cjHkMpJlP-tTOOGOFqMtWjV_Jmf0QHiGhfUDMsrR2QWbMSV_sJBUDVWrmWGxkmxlewcLkL-J4LOhcWWXXRU-bmrXHNBlhXh3YLRyAIs/s400/Kendaraan+Lapis+Baja+Trojan.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kendaraan lapis baja trojan adalah sebuah mesin pencari yang unik yang
dioperasikan oleh Royal Engineers Angkatan Darat Inggris. Selain
digunakan sebagai kendaraan basis perlindungan yang efektif, kendaraan
ini juga biasa digunakan sebagai kendaraan pembersih <a href="http://www.artileri.org/2011/12/ranjau-darat.html" target="_blank">ranjau darat</a>. Dilengkapi dengan <a href="http://www.artileri.org/2012/02/cz-scorpion-evo-3-s1-senapan-mesin.html" target="_blank">senapan mesin</a> 7,62 untuk menanggulangi ancaman darat dan udara. Kecepatannya mencapai 59km/jam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><b>3. Engin de Franchissement de l'Avant</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPj2O_gfH0oBAp48YrE7IVEgcakSXgzwFZnxqKWk9GUuVDxv4U814OTC7-1M7XSKI_14EFw_Yth1IAwnqFL_SdrBTqWWUiubhEnnpMBMZA-4lOd83ktgTKo3O7Dkc9hGW0NAv6DzFPLE8/s1600/Engin+de+Franchissement+de+l%27Avant.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPj2O_gfH0oBAp48YrE7IVEgcakSXgzwFZnxqKWk9GUuVDxv4U814OTC7-1M7XSKI_14EFw_Yth1IAwnqFL_SdrBTqWWUiubhEnnpMBMZA-4lOd83ktgTKo3O7Dkc9hGW0NAv6DzFPLE8/s400/Engin+de+Franchissement+de+l%27Avant.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Digunakan oleh militer angkatan darat Perancis. Selain sebagai basis
perlindungan, fungsi utamanya adalah sebagai jembatan atau juga feri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><b>4. M3 Amfibi RIG</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjznodjc1hemXf1f8KQipnuvbNhG9DYl9xxeULEgzNqK_0RSPrHGIGoalnVwAbR70mg1PcKvsANao-vI4Df3VFrxv8Euds2aEWO2QcV_I7YkFhwekvpeIDhgp3hyfcTwTKK230Aji49JhU/s1600/M3+Amfibi+RIG.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjznodjc1hemXf1f8KQipnuvbNhG9DYl9xxeULEgzNqK_0RSPrHGIGoalnVwAbR70mg1PcKvsANao-vI4Df3VFrxv8Euds2aEWO2QcV_I7YkFhwekvpeIDhgp3hyfcTwTKK230Aji49JhU/s400/M3+Amfibi+RIG.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sebuah kendaraan amfibi yang unik yang digunakan sebagai jembatan atau
proyeksi bagi tank dan kendaraan konvensional lainnya dalam menangani
hambatan air. Kecepatan maksimumnya 80km/jam di darat dan 14 km/jam di
air.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><b>5. Wolverine M104 Heavy Assault Bridge</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-L3-kRIMFFWFjfA2lpG_AOofMfo2cGvlcHwBRrEpAHNGfpWyoac5RxuCqCTRu6nST67NWS2gaNE2WSrNblV5kEJqG47RhlsnUpqa-ha63qXXMvpfBVVfjcjELD3GNjt4XresNYcxjDj8/s1600/Wolverine+M104+Heavy+Assault+Bridge.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="297" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-L3-kRIMFFWFjfA2lpG_AOofMfo2cGvlcHwBRrEpAHNGfpWyoac5RxuCqCTRu6nST67NWS2gaNE2WSrNblV5kEJqG47RhlsnUpqa-ha63qXXMvpfBVVfjcjELD3GNjt4XresNYcxjDj8/s400/Wolverine+M104+Heavy+Assault+Bridge.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Juga digunakan sebagai jembatan pada operasi-operasi militer. Memiliki
perangkat komunikasi yang canggih untuk dapat tetap berhubungan dengan
pusat komando bahkan dari jarak yang sangat jauh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><b>6. Landing Craft Air Cushion (LCAC)</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibjL0sjfNNwFGMGyEuv5qBuzXboln2dlghhcC8I19EBzO0YyI7py0xNZmMvygLdJTO6X9OF8iijAC81BitzWUkJXdIjtymPs3fcbTRndwMAiUSDzGOwsTxNm-3bsJaFbwDyhgifzR7aB0/s1600/Landing+Craft+Air+Cushion+%28LCAC%29.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="285" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibjL0sjfNNwFGMGyEuv5qBuzXboln2dlghhcC8I19EBzO0YyI7py0xNZmMvygLdJTO6X9OF8iijAC81BitzWUkJXdIjtymPs3fcbTRndwMAiUSDzGOwsTxNm-3bsJaFbwDyhgifzR7aB0/s400/Landing+Craft+Air+Cushion+%28LCAC%29.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
LCAC digunakan sebagai kapal pendarat oleh Angkatan Laut AS untuk
mengangkut senjata, peralatan dan elemen serangan lainnya. Kendaraan
unik juga digunakan oleh angkatan laut Jepang. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVJ3fDNnV1_gAYniYaLdMj9FgCFf0TgBWkIBJaSDR0lo2ZPG3nIJtD70MHBPpE8BcbI_YIid4lajPgJ8yxyzkBNvwVX1qphozGV-8nG_FQtYFbxGoBKUn1uVQvoK9NuCwn0NAW5aV2gsI/s1600/Landing+Craft+Air+Cushion+%28LCAC%292.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVJ3fDNnV1_gAYniYaLdMj9FgCFf0TgBWkIBJaSDR0lo2ZPG3nIJtD70MHBPpE8BcbI_YIid4lajPgJ8yxyzkBNvwVX1qphozGV-8nG_FQtYFbxGoBKUn1uVQvoK9NuCwn0NAW5aV2gsI/s400/Landing+Craft+Air+Cushion+%28LCAC%292.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Panjangnya 87 kaki 11 inci atau sekitar 26,4 meter dengan kecepatan
maksimal 74 km/jam. Cukup dioperasikan oleh 5 kru dan dilengkapi dengan 2
senapan mesin 12,7mm.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<span style="font-size: medium;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: medium;"><b>7. Expeditionary Fighting Vehicle (EFV)</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHIQK9gEOZjblv7v-dUVU0yKHBLr4Eom2ZW0xpLZi_v0U3kFvW9CjBpN4IA8Lad5NWNz0cO_oayoIY7eCIn_UNeILbOxVu933VFZRwV0j1Y0OZoAlJcDTG5zHJU4A6mI4fivzZD-Eur18/s1600/Expeditionary+Fighting+Vehicle+%28EFV%29.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="287" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHIQK9gEOZjblv7v-dUVU0yKHBLr4Eom2ZW0xpLZi_v0U3kFvW9CjBpN4IA8Lad5NWNz0cO_oayoIY7eCIn_UNeILbOxVu933VFZRwV0j1Y0OZoAlJcDTG5zHJU4A6mI4fivzZD-Eur18/s400/Expeditionary+Fighting+Vehicle+%28EFV%29.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
EFV ini tergolong kendaraan militer baru yang masih dalam tahap
pengembangan. DIrencanakan akan dipakai sepenuhnya pada 2015. Kendaraan
lapis baja ini hanya digunakan oleh Korps Marinir AS.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><b>8. Rhino Runner</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqgq5qDgBIt2lPZatH9XyZZH2AlQ2zxK395EADdnhBwfaaw7pK6zhJ5qgwLBBEZXGPsl6NHXtjwZyscHyp84B1-lzXsO6f837g4f1x5MygBZMwGMXPTufVUhv3pszWSzvnjbuzZMsZO4c/s1600/Rhino+Runner.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="316" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqgq5qDgBIt2lPZatH9XyZZH2AlQ2zxK395EADdnhBwfaaw7pK6zhJ5qgwLBBEZXGPsl6NHXtjwZyscHyp84B1-lzXsO6f837g4f1x5MygBZMwGMXPTufVUhv3pszWSzvnjbuzZMsZO4c/s400/Rhino+Runner.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Percayakah anda bahwa Rhino Runner ini adalah sebuah bus?. Rhino Runner merupakan bis <a href="http://www.artileri.org/2011/12/m1-abrams.html" target="_blank">lapis baja</a>
yang banyak digunakan di perang Irak sebagai transportasi yang aman
kontraktor sipil dan juga personil militer. Juga digunakan secara
elstensif untuk mengangkut tahanan pengadilan khusus Irak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><b>9. M270 Multiple Launch Rocket System (M270 MLRS)</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_65mL5ecN6x_jd9_UWPmqrDRcMgUgcw2T8Kig-1eHaSPY9Z_VvOWeUry8LxDenuwB0zvw18sjHPczvdHOV3JhbEejVsYCAlm3cWJdN9bug3_SlOdEUSoJHkYMYn5YxuSQrK1yiKWodNQ/s1600/M270+Multiple+Launch+Rocket+System+%28M270+MLRS%29.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="318" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_65mL5ecN6x_jd9_UWPmqrDRcMgUgcw2T8Kig-1eHaSPY9Z_VvOWeUry8LxDenuwB0zvw18sjHPczvdHOV3JhbEejVsYCAlm3cWJdN9bug3_SlOdEUSoJHkYMYn5YxuSQrK1yiKWodNQ/s400/M270+Multiple+Launch+Rocket+System+%28M270+MLRS%29.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
M270 Multiple Launch Rocket System (M270 MLRS) sudah pernah digunakan
dalam aksi perang Teluk dan perang Irak. Jumlah produksi kendaraan ini
sudah mencapai 1300 an dan lebih dari 700.000 roket telah diproduksi.
Sebagai sistem senjata, m270 MLRS ini cukup efektif dan praktis
digunakan saat perang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><b>10. PTS Plavayushij Transportyor – Srednyj (PTS-M)</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCJ9t0FUvwuoc9a9QkwyR8en4fSjTxgRIPMWs5ki8Tpwx6axQ8u6AShDW9t8vwlJiNYjebu7XI3AvHAWDLtHwpvrEAzVKFTDIcypCRBfNep12og4A_pZZ1K58QHY0DeWwvIhlHlw8pDok/s1600/PTS+Plavayushij+Transportyor+%E2%80%93+Srednyj+%28PTS-M%29.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCJ9t0FUvwuoc9a9QkwyR8en4fSjTxgRIPMWs5ki8Tpwx6axQ8u6AShDW9t8vwlJiNYjebu7XI3AvHAWDLtHwpvrEAzVKFTDIcypCRBfNep12og4A_pZZ1K58QHY0DeWwvIhlHlw8pDok/s400/PTS+Plavayushij+Transportyor+%E2%80%93+Srednyj+%28PTS-M%29.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
PTS-M adalah sebuah kendaraan transportasi amfibi yang digunakan oleh
Uni Sovyet. Diperkenalkan pada tahun 1965. Selain digunakan Uni Sovyet,
kendaraan ini juga digunakan oleh Mesir, Uruguay, Irak dan beberapa
negara lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b><br />
<span style="font-size: medium;">11. Armored CAT D9</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a alt="kendaraan militer unik" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghnsAhCGlbGnccI5tZpO9C4ca2POascwDJbeYKm2Xv1CidmeMrjyDS_6pNknNMxEZRF9RnPOXPX1RJUoBNPfK32Qx59R6B6ZFx_y1VU4kdHklFo4EdVTv7zf7Wz45Pg7tNvPbfMVjNQfU/s1600/Armored+CAT+D9.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghnsAhCGlbGnccI5tZpO9C4ca2POascwDJbeYKm2Xv1CidmeMrjyDS_6pNknNMxEZRF9RnPOXPX1RJUoBNPfK32Qx59R6B6ZFx_y1VU4kdHklFo4EdVTv7zf7Wz45Pg7tNvPbfMVjNQfU/s400/Armored+CAT+D9.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Kendaraan lapis baja CAT D9 adalah sebuah buldozer lapis baja yang
dioperasikan oleh militer Israel. Julukannnya adalah "Doobi" yang dalam
bahasa Ibrani berarti "Boneka Beruang".</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Wikipedia</i></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-31945748075514097842012-11-04T07:55:00.000-08:002012-11-04T07:55:47.129-08:00MERKAVA 4, Tank Tempur Utama Israel<div style="text-align: justify;">
Tank Tempur Utama (MBT) 65 ton <b>Merkava 4</b> mulai diproduksi secara
massal pada tahun 2001 dan mulai dioperasikan oleh Angkatan Pertahanan
Israel (IDF) pada bulan Juli 2003. Batalyon pertama tank Merkava 4
Angkatan Pertahanan Israel terbentuk pertama kali pada tahun 2004.<br />
<br />
Tank Merkava 4 berukuran lebih besar daripada Merkava 3 Baz, yang telah
digunakan IDF (Israel Defence Force) sejak tahun 1990. Merkava 3
diekspor oleh SIBAT yang berbasis di Tel Aviv, namun tank Merkava 4
tidak untuk diekspor, tetapi beberapa sistem dan komponen tank tetap
diekspor.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-AsnJIl1nLyJ9fNlQI0_LER5wCBAJvwf5VvYe4ztlzLQqBcYyWz8HhB6Cri2u6DWR-g1vfN_MwZgqafrahmj1RRXGV3OPgwJDNeKSnEvyoE2mbhg9cluhKexah3xmfuA0Q-dzgyZi4DE/s1600/Merkava-4(1).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Merkava 4 Tank Tempur Utama Israel" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-AsnJIl1nLyJ9fNlQI0_LER5wCBAJvwf5VvYe4ztlzLQqBcYyWz8HhB6Cri2u6DWR-g1vfN_MwZgqafrahmj1RRXGV3OPgwJDNeKSnEvyoE2mbhg9cluhKexah3xmfuA0Q-dzgyZi4DE/s1600/Merkava-4(1).jpg" title="Merkava 4 Tank Tempur Utama Israel" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Batalyon pertama tank Merkava 4 Angkatan Pertahanan Israel terbentuk pertama kali pada tahun 2004<br />
(Kredit foto : <a href="http://commons.wikimedia.org/wiki/User:MathKnight" rel="nofollow" target="_blank">MathKnight</a> and <a href="http://www.flickr.com/photos/zachievenor" rel="nofollow" target="_blank">Zachi Evenor</a>)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kontraktor utama pembangunan<b> Merkava 4</b> meliputi:</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>El Op Electro-Optic Industries, anak perusahaan dari Elbit Systems yang bertanggung jawab untuk sistem kontrol tembak.</li>
<li>Angkatan Pertahanan Israel (IDF), yang melakukan konstruksi utama dan sistem integrasi dan pengujian.</li>
<li>Israel Military Industries menyediakan senjata utama, proteksi balistik dan amunisi.</li>
<li>IMCO Industries untuk sistem kelistrikan.</li>
<li>Urdan Industries untuk turret (kubah), lambung utama dan coran, dan</li>
<li>IAI Ramta untuk komponen proteksi.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Merkava 4 mampu membawa delapan tentara termasuk awak tank yaitu komandan, <i>loader</i>, penembak dan <i>driver</i>.
Tank ini mampu menembak di saat bergerak untuk target yang bergerak dan
telah menunjukkan probabilitas hit yang tinggi dalam melawan helikopter
serang yang menggunakan amunisi anti-tank konvensional.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf3DjYZ2PB8n5oqf_8QcPeKEQ5eKIQm90vWY_7-qXzEqXsWOpPOPT2TxBvgwx6zoYibFkWW8fCCPJ08boQgHP6U1OazPCpuZJX054WdbWVgzpPRXqfqU60CuyrPetqLfZjb4iGRcZtY8o/s1600/Merkava-4(2).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Merkava 4 Tank Tempur Utama Israel" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf3DjYZ2PB8n5oqf_8QcPeKEQ5eKIQm90vWY_7-qXzEqXsWOpPOPT2TxBvgwx6zoYibFkWW8fCCPJ08boQgHP6U1OazPCpuZJX054WdbWVgzpPRXqfqU60CuyrPetqLfZjb4iGRcZtY8o/s1600/Merkava-4(2).jpg" title="Merkava 4 Tank Tempur Utama Israel" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Fitur Merkava 4 secara signifikan ditingkatkan, khususnya proteksi lapis baja balistik baru,<br />
senjata dan sistem elektronik baru<br />
(Kredit foto: <a href="http://commons.wikimedia.org/wiki/User:MathKnight" rel="nofollow" target="_blank">MathKnight</a>)</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<br />
<b>Persenjataan Merkava 4</b><br />
<hr width="660px" />
Tank Merkava 4 memiliki<i> all-electric</i> turret baru yang
dikembangkan oleh Elbit dan anak perusahaanya yaitu El-Op. Hanya satu
palka yang dipasang di turret , palka komandan.<br />
<br />
Meriam smooth-bore 120mm telah dikembangkan dan dilengkapkan oleh Israel Military Industries untuk Merkava 4.<br />
<br />
Meriam baru ini adalah generasi lanjutan dari meriam yang digunakan
Merkava 3. Selubung Vidco thermal pada meriam mencegah perubahan bentuk
dari laras akibat kondisi lingkungan dan akibat proses menembak itu
sendiri. Meriam ini bisa menembakkan amunisi dengan daya yang lebih
tinggi termasuk proyektil penetrasi dan <i>guided shells</i> 120mm.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwC932rRqkfTnrbk743H0DEmQ74CQjvTqvtTSkChKAYTNT-kt8WpTglpWu9deGHvcd_xTifkgp2Acn04_cE3shalvkkJSnql3yhv2Axu49kFqwEhEmwtMZYPbaM-fU9d0xAsJlce45o-k/s1600/Merkava-4(3).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Meriam Smooth-bore 120 mm tank Merkava 4" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwC932rRqkfTnrbk743H0DEmQ74CQjvTqvtTSkChKAYTNT-kt8WpTglpWu9deGHvcd_xTifkgp2Acn04_cE3shalvkkJSnql3yhv2Axu49kFqwEhEmwtMZYPbaM-fU9d0xAsJlce45o-k/s1600/Merkava-4(3).jpg" title="Meriam Smooth-bore 120 mm tank Merkava 4" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Merkava 4 memiliki meriam 120mm baru, sebuah pengembangan dari meriam Merkava 3<br />
(Kredit Foto:Michael Mass, <a href="http://commons.wikimedia.org/wiki/Yad_la-Shiryon_Museum" rel="nofollow" target="_blank">Yad la-Shiryon Museum</a>)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tank ini dapat membawa 48 butir amunisi yang masing-masing disimpan dalam wadah pelindung. Jenis-jenis amunisinya antara lain <u>APFSDS-T M711 (CL 3254), the HEAT-MP-T M325 (CL 3105) dan TPCSDS-T M324 (CL 3139)</u>
yang disuplai oleh Ammunition Group of Israel Military Industries.
Meriam ini juga mampu menembakkan amunisi 120mm lainnya seperti milik
Perancis, Jerman atau AS.<br />
<br />
Tank ini juga dilengkapi dengan senapan mesin 7.62mm dan sistem internal
operasi internal mortir 60mm yang dikembangkan oleh Soltam Ltd. Mortir
dapat menembakkan bahan peledak dan mengiluminasi daerah di jarak 2,7km.
Suite proteksi (perlindungan) mencakup identifikasi ancaman
elektromagnetik dan sistem peringatan canggih.<br />
<br />
<br />
<b>Sistem Kontrol Tembak El Op</b><br />
<hr width="660px" />
Sistem kontrol tembak baru, yang dikembangkan oleh El Op termasuk fitur
yang sangat canggih, yaitu kemampuan untuk menemukan dan mengunci target
bergerak, bahkan helikopter udara, walaupun tank itu sendiri juga
sedang dalam keadaan bergerak.<br />
<br />
Komputer mengatur sistem kontrol tembak termasuk stabilisasi <i>line-of-sight</i>
dalam dua sumbu, pemandangan televisi generasi kedua dan pelacak target
otomatis termal, berbagai laser rangefinder, improvisasi <i>thermal night vision system</i> dan <i>dynamic cant angle indicator</i>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3oi-YJPiqwUHLOJrqEFg22K-zEEnYpCqjN4APZCm2hxAdJAW4tDaey2Wre-3Fwb8QbgjRkdWwUOFPwGTcViTia2Ie3JmCgIqc5dPkmbV9LZa8GXkltaRXRcwj6Hq1Q7sEA3-gCkfFakw/s1600/Merkava-4(4).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Merkava 4 Tank Tempur Utama Israel" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3oi-YJPiqwUHLOJrqEFg22K-zEEnYpCqjN4APZCm2hxAdJAW4tDaey2Wre-3Fwb8QbgjRkdWwUOFPwGTcViTia2Ie3JmCgIqc5dPkmbV9LZa8GXkltaRXRcwj6Hq1Q7sEA3-gCkfFakw/s1600/Merkava-4(4).jpg" title="Merkava 4 Tank Tempur Utama Israel" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sistem kontrol tembak baru yang canggih termasuk kemampuan untuk menemukan dan mengunci<br />
target bergerak, bahkan helikopter, walaupun Merkava sedang dalam keadaan bergerak juga.<br />
(Kredit Foto: Michael Mass, <a href="http://commons.wikimedia.org/wiki/Yad_la-Shiryon_Museum" rel="nofollow" target="_blank">Yad la-Shiryon Museum</a>)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Stasiun komandan dilengkapi dengan <i>stabilised panoramic day</i> dan <i>night sight.</i>
Sistem operasi yang terintegrasi meliputi data komunikasi canggih dan
manajemen pertempuran. Perusahaan Tadiran yang mengembangkan sistem
komunikasi Merkava, sistem komunikasi antar kendaraan dan VRC 120
vehicular transceiver radio dengan perangkat penerima tambahan yang
tertanam.<br />
<br />
<br />
<b>Countermeasures</b><br />
<hr width="660px" />
Merkava 4 dilengkapi dengan Amcoram LWS-2 laser warning system, dengan
tampilan ancaman peringatan yang terpasang di stasiun komandan. Salah
satu peluncur dipasang pada kedua sisi tank, yang dapat meluncurkan
granat asap dan umpan.<br />
<br />
<b>Merkava 4</b> juga telah dilengkapi dengan Rafael Trophy Active
Protection System. Trophy menampilkan cakupan pandangan 360° terhadap
roket anti-tank, rudal anti-tank dan peledak anti tank lainnya. Setelah
Trophy mendeteksi ancaman, dilacak dan diklasifikasikan dan titik
mencegat optimal dihitung, sebelum meluncurkan balasan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTWahVXD8j6QqWgU8oWrWTjQwEdVeEtaWvAYVFGG19U9rjElUv_cG9ofWOPJzGxWeESj7dbZjNKqvNcA7O6JZm-URp8uulLKOtQDl_F9gyrwtTedjadQmAJsjAGc8oiasndQikxTICdmY/s1600/Merkava-4(5).jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Senapan mesin 7.62mm Merkava 4" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTWahVXD8j6QqWgU8oWrWTjQwEdVeEtaWvAYVFGG19U9rjElUv_cG9ofWOPJzGxWeESj7dbZjNKqvNcA7O6JZm-URp8uulLKOtQDl_F9gyrwtTedjadQmAJsjAGc8oiasndQikxTICdmY/s1600/Merkava-4(5).jpg" title="Senapan mesin 7.62mm Merkava 4" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Merkava 4 juga dilengkapi dengan senapan mesin 7.62mm<br />
(Kredit foto: <a href="http://commons.wikimedia.org/wiki/User:MathKnight" rel="nofollow" target="_blank">MathKnight</a>)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sensor termasuk radar dengan empat antena ditempatkan di sekitar
kendaraan. Pengembangan sistem selesai pada April 2007 dan IDF telah
menyetujui produksi untuk dipasangkan di tank Merkava baru.<br />
<br />
Sistem ini berhasil diuji pada tank Merkava 4 oleh Angkatan Pertahanan
Israel pada bulan Desember 2010. Sistem Trophy yang digunakan pada MBT
Merkava 4 juga berhasil mengantisipasi roket anti-tank yang ditembakkan
oleh seorang pria bersenjata peluncur roket di dekat pagar keamanan
Jalur Gaza pada Maret 2011.<br />
<br />
<br />
<b>Mesin </b><br />
<hr width="660px" />
Merkava 4 menggunakan mesin diesel V-12 yang setara kekuatannya dengan
1.500 hp (tenaga kuda). Kompartemen mesin dan satu tangki bahan bakar
berada di depan tank dan dua tangki bahan bakar berada di bagian
belakang. Mesin baru ini lebih unggul 25% dalam kekuatan dibandingkan
dengan Powerpack 1.200hp yang digunakan pada Merkava 3.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQqFTCGUjqa2k_HhpnMfnreDTF3z3iVaTjxSihd1RTgm0d-Hq_2NKyBztco4LzCN8TR-85tI1s0TY94-fT2RB-tXdT7D4rCQPYjKzjDzz8nVkGdq8qbYtbbyATWMXJZk8LcTbSqOqrpXQ/s1600/Transmisi_Merkava-4.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Sistem Transmisi Merkava 4" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQqFTCGUjqa2k_HhpnMfnreDTF3z3iVaTjxSihd1RTgm0d-Hq_2NKyBztco4LzCN8TR-85tI1s0TY94-fT2RB-tXdT7D4rCQPYjKzjDzz8nVkGdq8qbYtbbyATWMXJZk8LcTbSqOqrpXQ/s1600/Transmisi_Merkava-4.jpg" title="Sistem Transmisi Merkava 4" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Merkava 4 memiliki lima gigi transmisi otomatis, tidak lagi empat gigi seperti pada Merkava 3<br />
(Foto: <a href="http://commons.wikimedia.org/w/index.php?title=User:Ereshkigal1&action=edit&redlink=1" rel="nofollow" target="_blank">Ereshkigal1</a>)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Adalah mesin diesel GD883 yang diproduksi oleh Perusahaan Jerman MTU di
bawah lisensi produksi oleh General Dynamics Land Systems di Amerika
Serikat. Mesin ditransfer ke Israel untuk instalasi dan integrasi dengan
transmisi otomatis dan dengan sistem kontrol komputer mesin. Merkava 4
memiliki lima gigi transmisi otomatis, tidak lagi empat gigi seperti
pada Merkava 3. Sistem transmisi diproduksi oleh Renk. Peredam kejut
(shock absorbers) <i>single position rotary</i> dipasang eksternal.<br />
<br />
<br />
<b>Lambung (Hull)</b><br />
<hr width="660px" />
Desain ulang dari lambung sekitar instalasi powerpack baru telah
menjadikan proteksi lapis baja frontal meningkat dan perubahan/perbaikan
lapangan pandang driver. Untuk berjalan mundur, driver menggunakan
kamera.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRNh5VCHLmj2ZBspJCGodrCrIIxDlclIjaxDb-awOhAadMTIbzKwlSdY3PQJFMX1FKgkabutMnsCy2qhRch5CJl5cw2v0ERWycnnHjM2_2rq5VlYpv-dNCpKIOa0J4MV6EHBp-MymJH8Y/s1600/Trophy_APS_Merkava-4.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Merkava 4 Tank Tempur Utama Israel" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRNh5VCHLmj2ZBspJCGodrCrIIxDlclIjaxDb-awOhAadMTIbzKwlSdY3PQJFMX1FKgkabutMnsCy2qhRch5CJl5cw2v0ERWycnnHjM2_2rq5VlYpv-dNCpKIOa0J4MV6EHBp-MymJH8Y/s1600/Trophy_APS_Merkava-4.jpg" title="Merkava 4 Tank Tempur Utama Israel" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Fitur Merkava 4 secara signifikan ditingkatkan, khususnya proteksi lapis baja balistik baru,<br />
senjata dan sistem elektronik baru.<br />
(Kredit foto: <a href="http://www.flickr.com/people/45644610@N03" rel="nofollow" target="_blank">Flickr-Israel Defense Forces</a>)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebuah fitur baru dari tank Merkava 4 ini adalah lapis baja modular yang
dipasang mencakup turret. Tank ini akan melindungi terhadap berbagai
ancaman, termasuk rudal udara yang dipandu radar dan senjata-senjata
anti-tank. Deteksi kebakaran otomatis dan supresi jua telah dipasang.
Bagian bawah lambung telah dilengkapi dengan proteksi lapis baja
tambahan terhadap ranjau. Kompartemen pengemudi dan kru dilengkapi
dengan sistem pemanas dan pendingin.<br />
<br />
<br />
<b>Karakteristik</b><br />
<br />
<table border="1" cellpadding="3" cellspacing="3" style="background-color: #ccff99; width: 500%px;"><tbody>
<tr>
<td style="color: black;"><b>Kru</b></td>
<td style="color: black;"><b>4 - Komandan, driver, penembak dan loader</b></td>
</tr>
<tr>
<td style="color: black;"><b>Panjang (dengan meriam)</b></td>
<td style="color: black;"><b>9,04 meter</b></td>
</tr>
<tr>
<td style="color: black;"><b>Lebar (tanpa pelindung roda)</b></td>
<td style="color: black;"><b>3,72 meter</b></td>
</tr>
<tr>
<td style="color: black;"><b>Tinggi ke Turret</b></td>
<td style="color: black;"><b>2,66 meter</b></td>
</tr>
<tr>
<td style="color: black;"><b>Berat</b></td>
<td style="color: black;"><b>65 ton</b></td>
</tr>
<tr>
<td style="color: black;"><b>Senjata utama</b></td>
<td style="color: black;"><b>Smooth-bore 120 m</b></td>
</tr>
<tr>
<td style="color: black;"><b>Amunisi</b></td>
<td style="color: black;"><b>48 putaran</b></td></tr>
</tbody></table>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4319360059853267089.post-64247017350322587092012-11-04T06:54:00.002-08:002012-11-04T06:54:59.227-08:00Simbol simbol elektronik di sekitar kita<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: arial;">Apakah kalian pernah berpikir kenapa simbol on/off harus disimbolkan dengan lingkaran dan sebuah garis vertikal di tengahnya? Atau kenapa simbol bluetooth seperti sebuah kacamata vertikal? Simak artikel berikut ini.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 100%; font-weight: bold;"><span style="font-family: arial;">1. Tombol power on/off</span></span><br />
<span style="font-size: 100%;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjm2h1Kh4G-DigMcm7weKIpxq6i7cdRmY3KOUxBVbQ3EXs9uAX0wVgRqAvEr61KpPw_C_E8q-cq6nXIGp51MgQZgcq2GAFsuVF-ROROZCXMB7Fq0Uvm1MHyBKbjFI2D4bOj-KGhCXnSAA/s150/black-power-button-vector-3.jpg" style="font-family: arial;" /></span><br />
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: arial;">Simbol ini asal mulanya digunakan pertama kali pada perang dunia 2 sebagai sandi untuk saklar. Garis vertikal melambangkan angka "1" yang artinya hidup atau on, dan lingkaran melambangkan angka "0" yang artinya mati atau off. Sementara lingkaran yang tidak sempurna melambangkan kondisi standby.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 100%; font-weight: bold;"><span style="font-family: arial;">2. Tombol Bluetooth</span></span><br />
<span style="font-size: 100%;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVe3a8x-1T3zaPxuAQA7kXtQ48JZy-ZTm-vSrehHJRsqu0XBvyuflPYMax_5H1tnRjRTsMiz47THGiQ5ViZ133TNHy06_5Q2VPcoXi3BmvzlSypqV7J3a_QRCJ_DqcgIH86CJkiR6Q2Jki/s150/bluetooth.jpg" style="font-family: arial;" /></span><br />
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: arial;">Tombol yang satu ini sudah tidak asing lagi buat yang hobi hobi transfer data dari satu perangkat ke perangkat lain. Gara-gara suka buah blueberry, raja Denmark ke-10, Harald Blatand mewarnai salah satu giginya dengan warna biru. Dan gara-gara bluetooth receptor pertama bentuknya mirip dengan gigi sang raja, dipakailah sandi yang biasa melambangkan raja Harald sebagai simbolnya.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 100%; font-weight: bold;"><span style="font-family: arial;">3. Play</span></span><br />
<span style="font-size: 100%;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxeQcGQYMyhBWTyn63tXIuJQRZsFdg6SeI7FIRdY4MitPBpti9IGnhzy70BpYZJdrybxN6eFDInvSQXxDGeZe0s0sL5Qk0Da8mdqpS6s5v7ImLTKoUkl0FYkc2EryIqpPNwzAx0lmPDdWZ/s150/play.jpg" style="font-family: arial;" /></span><br />
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: arial;">Belum ada kisah yang pasti dan jelas kenapa segitiga dipake buat melambangkan tombol play. Yang pasti, segitiga dianggap jadi simbol penunjuk arah yang paling gampang terbaca. Posisinya yang mengarah ke kanan mengingatkan kita pada arah jalan pita rekam pada kaset.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 100%; font-weight: bold;"><span style="font-family: arial;">4. USB</span></span><br />
<span style="font-size: 100%;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGp2xsXzpxvbZf-9E9xRtokWaWf37v0kNDBFSOshwgKEgzyq28hlM-uJxVpju3RZTdkddqEvsTqaqb_YztdbAkt16ciCuq1z7OVCAgGA4ORyi60T8KIVyIF2t9fCxdldMStSQyM1blwJM/s150/usb-logo.jpg" style="font-family: arial;" /></span><br />
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: arial;">Kesaktian tongkat Neptunus menginspirasi simbol USB sebagai konektor yang bisa menghubungkan koneksi apapun. Tiga ujung tongkatnya yang terbentuk dari tiga bidang, kotak, segitiga, dan lingkaran jadi penegas kalau USB adalah konektor yang serba bisa.</span></span><br />
<br />
<span style="font-size: 100%; font-weight: bold;"><span style="font-family: arial;">5. AT</span></span><br />
<span style="font-size: 100%;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUJxXpJYi0bYMGcq3gfojvOR336Si235NQqTOlS-HGbLnG4WPEdMp_Ea-617K2S9mqxyylYaV2HDwuz_7H7wWEINmOehxV_eJ6Zfmxa8SYS5gdhRi2fpA_vKNjAg242dkrjkQMDYRzDLpL/s400/at_email.jpg" style="font-family: arial;" /></span><br />
<span style="font-size: 100%;"><span style="font-family: arial;">Saat belum ada mesin cetak, pendeta harus menulis tangan tiap naskah yang diterbitkan. Daripada repot menulis kata "at", mereka pun bikin simbil "t" yang melilit "a". Maka jadilah simbol ini.</span></span><br />
<span style="font-size: 78%;"><br />
</span><span style="font-size: 78%;"><span style="font-family: arial;">Sumber : kaskus.us</span></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09592812620125940239noreply@blogger.com0