Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 10 Juli 2010

DIAMBANG KEHANCURAN TERBESAR EKONOMI

Cuplikan wawancara DBS dengan Muhammad Rafeeq di www.iamthewitness.com.

Muhammad Rafeeq adalah mantan regulator di perbankan Inggris, ikut membantu Dr. Mahathir Mohamad (Malaysia) menghadapi para spekulan mata uang pada krisis moneter 1997-98. Saat ini tinggal di Inggris.


Anda sudah tahu mengenai fractional reserve system.. Bank tidak benar-benar menggunakan semua uangnya ketika mereka menciptakan aset di kolom neraca mereka. Hanya sebagian uang mereka yang diperlukan ketika mereka meminjamkan uang ke si peminjam.

Kalau Anda mendengar reserve requirement adalah sebesar 10%, maka untuk setiap $100 pinjaman yang mereka berikan, mereka hanya mengeluarkan $10 saja.

Model ini bisa disebut dengan nominal based fractional reserved system.

Paska penerapan new capital accord (Basel Accord 2) tahun lalu, kita melihat dunia perbankan dan finansial bergejolak tak henti-hentinya. Dan semua orang dengan akal waras dan insider sudah keluar sama sekali dari pasar finansial.



Apa sebenarnya yang diterapkan di capital accord baru ini? Sederhananya, perbankan tidak lagi menganut nominal based reserved, mulai tahun lalu perbankan harus menerapkan risk based fractional reserved system.

Sekarang, aset perbankan dibagi menjadi 3 level:
Level 1 antara lain surat hutang pemerintahan negara maju, seperti USA, Inggris, Euro, & Emas.
Level 2 antara lain surat hutang / obligasi korporat kualitas tinggi (rating AAA)
Level 3 antara lain surat hutang dengan rating lebih rendah (B atau C), sekuritisasi aset (KPR, otomotif, dll), kontrak Swap dll.

Modal yang diperlukan untuk membiayai ketiga level aset ini berbeda-beda:
Level 1 sebagai aset yang paling aman nyaris tidak perlu modal, misalnya hanya perlu mencadangkan $0.5 untuk setiap $100 aset yang bank miliki.
Level 2 sedikit lebih banyak, misalnya cadangan modal sampai $5 untuk setiap $100 aset yang bank miliki.
Level 3 adalah produk berisiko tinggi, cadangan modal yang diperlukan berbeda-beda tergantung produknya, bisa $10, $15, $20, $30, $50, bahkan sampai setinggi $100 untuk setiap $100 aset.

Seperti yang sudah Anda ketahui, sekuritisasi produk CDO (collaterized Debt Obligation) subprime sebelumnya adalah produk AAA. Tetapi dengan banyaknya KPR gagal bayar, banyak produk CDO yang akhirnya menjadi kertas sampah. Status produk-produk inipun terus menurun dan modal yang harus dicadangkan perbankan pun terus meningkat. Bank-bank di negara maju, yang sebelumnya hanya mencadangkan beberapa dolar untuk produk ini, terpaksa meningkatkan modal mereka untuk produk-produk sampah ini. Tetapi..... bank tidak ada uang, dan mereka pun terkena margin call.

Bilions-billions dan trillions dolar injeksi bank sentral di seluruh negara maju yang Anda baca di koran dari tahun lalu sampai sekarang adalah untuk membantu bank memenuhi ratio kecukupan modal mereka supaya mereka bisa memenuhi ketentuan capital accord yang baru. Kalau mereka tidak bisa memenuhi ketentuan baru ini, mereka harus dinyatakan pailit... bankrut...

Sekarang Anda tahu mengapa pemerintah negara maju mati-matian menutup mata mereka terhadap perusahaan rating yang terus-menerus memberikan rating palsu, penilaian yang lebih bagus daripada yang seharusnya didapatkan oleh klien mereka. Rating AAA seolah-olah adalah gratis, semua korporat adalah AAA, seburuk-buruknya kinerja klien mereka, rating mereka masih AAB atau AA-. Mengapa? Karena bila rating diturunkan, modal yang perlu dicadangkan oleh perbankan untuk produk ini pun bertambah, dan bank sudah tidak punya uang untuk itu.

Namun satu hal yang tidak kelihatan di banking book perbankan (neraca) adalah detail produk derivatif mereka. Produk ini biasanya dicatatkan di pembukuan yang lain, namanya trading book. Tetapi ada satu hal yang sangat luar biasa mengenai peraturan pencadangan modal mengenai produk derivatif, yaitu negatively correlating asset.

Bila bank menulis sebuah kontrak kepada beberapa pihak, dan pihak-pihak tersebut secara teori (menurut model komputer, marked to model) bisa saling meniadakan resiko, maka bank hanya perlu mencadangkan modal atas selisih resiko mereka.

Kita buat perumpamaan saja, andaikan bank memberikan pinjaman ke toko eskrim sebesar $10, dan memberikan pinjaman lain ke toko payung sebesar $11. Bukannya mencadangkan modal sebesar $21, bank hanya mencadangkan $1 atas 2 transaksi ini. Perusaaan eskrim dan payung adalah negatively correlating asset. Yang satu akan sukses di musim kemarau, dan kalau yang terjadi musim hujan, maka payunglah yang sukses. Hehe... luar biasa bukan. Mengapa bank suka melakukan hal ini? Karena semakin sedikit modal yang perlu dicadangkan, semakin besar leverage mereka. Ingat, leverage adalah kunci kekuatan dari fractional reserved system.

Atau kita ambil perumpamaan lain, bank menulis foreign exchange swap dalam US dolar dan Euro. Di kaki USD, mereka mencari mitra dagang lain untuk trasaksi USD-Yen, dan di kaki Euro, mereka mencari lagi mitra dagang lan untuk transaksi Euro-Swiss Franc. Lalu mereka menutup transaksi ini dengan mencari orang yang bertransaksi Yen-Swiss Franc. Selama tidak ada counterparty yang gagal bayar, skema ini tidak bermasalah, dan bank bahkan tidak perlu menyediakan modal untuk memfasilitasi produk derivatif ini, dan yang pasti angka-angka perdagangan derivatif ini tidak muncul di banking book (neraca) yang mereka berikan kepada publik setiap 3 bulanan itu.

Jadi ibaratkan trading book perbankan sebagai sebuah meja, meja itu harus balanced supaya modal perbankan tidak terpakai untuk produk-produk tersebut.

Krisis CDO subprime telah memicu ketidakseimbangan meja trading book perbankan negara maju. Model marked to model mereka tidak pernah teruji di dunia nyata, kalau ada counterparty yang ingkar janji, bankrut, atau gagal bayar, keseluruhan sistem ini akan runtuh.

Setiap kali adalah aset di trading book yang membusuk, produk tersebut harus segera diganti dengan meterial baru supaya meja tersebut tidak runtuh. Material apa yang dipakai untuk "menyeimbangkan meja" sejak tahun lalu? Jawabannya adalah cash....

Sebelumnya ada Contract Default Swap (CDS) untuk melindungi para partisipan derivatif atas resiko gagal bayar counterparty mereka, dan dengan demikian mereka bisa terus menyembunyikan transaksi itu di trading book mereka. Tetapi sekarang CDS pun diragukan gunanya, buktinya AIG sudah jatuh. Alasan AIG dan perusahaan asuransi raksasa lainnya diselamatkan karena bila CDS yang ditulis mereka dinyatakan menjadi sampah, maka kontrak-kontrak derivatif akan dimasukkan di banking book (neraca) perbankan. Dan bila dimasukkan ke neraca, maka perlu modal trilyunan dolar lagi untuk menopang aset-aset sampah itu, dan bank-bank di negara maju sudah terlalu bangkrut untuk bisa menemukan trilyunan dolar baru itu.

Solusi krisis yang diambil berbagai bank sentral sampai saat ini, di satu sisi bank sentral terus menginjeksi uang ke perbankan (bank menukar aset sampah di neraca mereka dengan surat hutang negara), dan di sisi lain perbankan terus menahan kredit untuk diberikan kepada publik. Bukan karena mereka sengaja ingin publik mati, tetapi karena mereka memang tidak punya cukup uang untuk memenuhi rasio kecukupan modal mereka lagi. Secara teknis, bank-bank besar di negara barat sebenarnya sudah insolvent, aset mereka lebih kecil dari hutang, alias modalnya negatif!

* Ingat bagan neraca?









dan X harus = Y (A + B)

(Sekarang di bank-bank utama Amerika dan Eropa, X sebenarnya lebih kecil dari A. Berkat suntikan dana tak habis-habis dari bank sentral, maka seolah-olah modal mereka masih positif. Tetapi, dengan ekonomi riil dan lapangan kerja yang terus memburuk, semakin banyak customer mereka yang gagal bayar, dan semakin kecil lagi X, dan semakin negatif lagi B. Kalau bank sentral menghentikan suntikan dana, bank-bank itu akan langsung tutup!)

Produk derivatif perbankan sudah melewati $1000 trilyun! Semua bank sentral dan bankir pun panik. Sampai sejauh mana bank sentral bersedia mencetak uang untuk diberikan kepada perbankan (resiko hyperinflasi) untuk mempertahankan rasio kecukupan modal mereka? Sampai seberapa dalam bank komersial harus menahan kredit kepada publik dan tidak menciptakan resiko hyperdeflasi? Di satu sisi bankir sekarang kebanjiran trilyunan dolar baru, tetapi di sisi lain masyarakat umum dan pengusaha tidak memiliki akses kredit kepada perbankan komersial, hutang-hutang pun nyaris tidak ada yang bisa dirollover... Bahkan pasar obligasi internasional bisa dibilang beku total sepanjang tahun 2008 ini, dan 2009 akan lebih ketat lagi...

***

Bayangkan seorang pengusaha, sebut saja dengan nama Rizal. Dia punya hutang 5 milyar rupiah. Perusahaannya memiliki 100 karyawan. Hutangnya kepada bank biasanya akan dia rolling over setiap bulan Maret. Rizal dalam hatinya berencana untuk terus membayar cicilan bunga bulanan saja, dia tidak berencana sama sekali untuk melunasi hutang pokoknya. Yang dia tahu, selama dia sanggup membayar bunga pinjaman, bank tidak akan menarik kredit pokok darinya.

Tetapi betapa terkejutnya dia, pada bulan Januari dia ditelepon oleh sang bankir, katanya bulan Maret ini bank akan menarik piutang mereka. Rizal pun stress, dia mencoba mencari pinjaman ke bank lain, tetapi tak ada yang mau meminjaminya. Akhirnya, Rizal pun menjual aset-aset perusahaannya. Tokonya yang dulu seluas 5000 m², sekarang tinggal 500 m². Karyawannya pun tinggal 20 orang.

Ada jutaan Rizal-Rizal yang lain di seluruh dunia. Tidak semua seberuntung dia, setidak-tidaknya Rizal yang ini masih sanggup menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan. Tetapi yang lain bagaimana? Kalau kredit mereka ditarik oleh bank, berapa banyak dari Rizal-Rizal yang lain yang akan menutup usahanya, berapa juta manusia akan yang kehilangan pekerjaan karena PHK?

* Satu hal yang tidak disadari oleh kebanyakan orang adalah betapa para "orang kaya" dan "konglomerat" sebenarnya tidak terlalu kaya. Mereka memiliki penampilan ekstra mewah memang karena mereka memiliki banyak uang, tetapi uang mereka adalah kredit (hutang). Kalau kredit-kredit itu dikembalikan, Anda akan kaget betapa orang-orang itu sebenarnya biasa-biasa saja. Korporat-korporat juga demikian, nyaris semua perusahaan high profile hidup dari hutang. Kalau mereka gagal merestrukturisasi (rollover) hutang dan obligasi jatuh tempo mereka, perusahaan-perusahaan ternama itu akan bankrut saat itu juga.

Sistem perbankan yang sekarang ibarat meja yang sudah runtuh. Komponen di kaki-kaki meja mereka setiap bulan ada yang membusuk dan harus diamputasi... Bukannya membuat meja dari bahan padat, bankir-bankir modern malah membuat meja mereka dari bahan kertas lunak beracun (derivatif)...

Gagal bayarnya KPR subprime (KPR untuk orang-orang berpendapatan rendah ataupun pendapatan tidak tetap / KPR yang beresiko tinggi untuk default) hanyalah pembuka, masih ada KPR prime yang juga sedang gagal bayar, kredit pembelian real estate komersial, kartu kredit, kredit kendaraan bermotor, kredit korporat, effect swap, foreign exchange swap, dan sebagainya. Sejumlah besar sekuritisasi produk-produk tersebut masih disembunyikan di trading book perbankan barat. Kalau semuanya nantinya akan dicatatkan di banking book (neraca), it's game over, mereka tidak akan mungkin menemukan modal untuk itu. $1000's trillion is just too much....!

Dalam Protokol Zion, disebutkan bahwa bankir zionis akan menghancurkan ekonomi riil, lalu menghancurkan sistem finansial (perbankan), dan kemudian tampil sebagai Raja (penyelamat manusia) dengan menyediakan semua infrastruktur dan bahan baku bagi manusia untuk survive. Mereka secara de facto memang telah menguasai semua asset riil di dunia. Berbagai perusahaan komoditi dan usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak memang telah diprivatisasi oleh semua negara dan diborong oleh perusahaan-perusahaan yang dibacking oleh bankir zionis ini (Rothschild, Rockefeller, Oppenheimer, Warburg, dll).

Kemarin saya membaca di koran, pemerintah berencana untuk bernegosiasi dengan IMF untuk mendapatkan pinjaman siaga untuk mengantisipasi krisis moneter 2009. Bankir-bankir di IMF bukanlah penyelamat, mereka adalah sekumpulan vampire penghisap darah! Pertemuan-pertemuan semacam itu benar-benar hanya membuang waktu, sekumpulan orang super munafik bertatap muka dan membicarakan tentang rencana perbaikan kesejahteraan rakyat dunia.

Kalau para bankir zionis benar-benar berniat menyelamatkan Indonesia dan negara miskin lainnya, apa yang perlu mereka lakukan sebenarnya sederhana saja.
1. Hapus bukukan hutang pemerintah Indonesia.
2. Kembalikan aset-aset penghasil income yang mereka rampok paska privatisasi kepada negara kita.
Tentu saja, mereka tidak akan melakukan itu!

Dan kalau politisi dan ekonom di semua negara benar-benar mau memperbaiki standar hidup rakyatnya, benar-benar mau memenuhi janjinya saat kampanye, ini yang harus mereka lakukan duluan:
1. Hapuskan sistem moneter kredit (hutang) sebagai uang dan fractional reserved system.
2. Hentikan spekulasi nilai tukar mata uang di pasar forex internasional.
Tentu saja, ini juga tidak akan dilakukan!

Kita diajarkan di sekolah bahwa imperialisme Inggris sudah lama berakhir, tetapi sejarah ditulis oleh pemenang.. dan kita masih adalah pecundang.. Inggris dan Belanda meninggalkan negara-negara jajahannya setelah mendirikan bank sentral di masing-masing negara. Bank sentral tersebut kemudian akan mengembangkan mata uang lokal (kredit/hutang) untuk dipakai oleh rakyat negara tersebut (suplai uang tumbuh lewat kredit oleh bank komersial swasta yang meminjam duluan kepada bank sentral). Tetapi tahukah Anda, nilai dari mata uang negara-negara tersebut masih dalam kendali kelompok yang sama yang duduk manis di sepetak tanah di City of London? Kelompok yang sama yang mengeksploitasi rakyat yang mereka jajah sejak beberapa abad yang lalu.

Jadi... Maaf, tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Bersiap-siaplah menyambut kehancuran terbesar ekonomi di abad 21 ini!!

The next question... Kapan sistem perbankan barat akan collapse?
Saya bukan insider... Saya tidak bisa menjawabnya. Tetapi saya bisa berspekulasi.

Pertama, ekonomi riil harus collapse duluan. Harus ada puluhan juta orang kehilangan pekerjaan mereka, dan puluhan bahkan ratusan juta lainnya hidup dalam kepanikan.

Kedua, suplai bahan pangan harus defisit. Sekarang kebanyakan negara masih memiliki simpanan beras atau gandum (di negara barat) selama beberapa bulan. Tetapi jatuhnya harga komoditi saat ini bisa memicu kebangkrutan pertanian / perkebunan. Bila sebagian dari mereka tidak menanam kembali pada bulan-bulan mendatang, maka hasil panen akan menurun. Dan bila berbagai negara telah habis mengkonsumsi cadangan bahan pangan mereka, situasi akan menjadi tak terkontrol, inilah saat yang paling cocok untuk para zionis mengambil alih dunia. Inilah saat yang mereka tunggu-tunggu, seluruh dunia akan tergantung pada mereka, sang Mesiah penyelamat umat manusia.

Sekadar spekulasi, semester kedua 2009 - semester pertama 2010 akan ada perubahan besar-besaran akan standar hidup kebanyakan manusia di planet ini... Perubahan yang tidak akan kita senangi...!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar