Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 26 Maret 2011

Erwin Rommel, Jenderal Cerdas Bernasib Tragis

Perang Dunia II senantiasa menyisakan kisah heroik akan pertempuran besar yang melibatkan banyak jenderal ternama. Adu strategi antar para pucuk pimpinan di dua kubu yang berlawanan tersebut sangatlah besar pengaruhnya dalam menentukan kemenangan. Salah satu jenderal legendaris yang terkenal hebat adalah Erwin Rommel. Perwira tinggi asal Jerman tersebut menjadi tenar tatkala berhasil memaksa balatentara Inggris hengkang dari Libya. Kepintarannya mengatur taktik tempur diakui semua orang, dari mulai Hitler sendiri, hingga para lawan-lawannya dari Sekutu. Tak heran dia dijuluki Rubah Gurun (Desert Fox), menunjukkan pengakuan betapa jagonya dia di Front Afrika yang notabene medan pertempurannya adalah gurun pasir. Sebuah arena yang membutuhkan kondisi fisik dan mental yang kuat.

Erwin Johannes Eugen Rommel lahir di Heidenheim pada tanggal 15 November 1891. Awalnya dia ingin melanjutkan pendidikan di jurusan mesin, tapi ditentang oleh orangtuanya. Maka dari itu, ia memutuskan masuk militer.

Pada masa Perang Dunia I, Letnan Rommel berangkat menuju pertempuran di Front Barat dan Januari 1915 mendapat tanda jasa Iron Cross. Tahun 1917, berperang di Front Italia. Keberhasilannya memimpin penyerangan atas Monte Matajur membuat pangkatnya dinaikkan menjadi kapten. 

Tak lama kemudian, dia bersama pasukan kecilnya berenang menyusuri sungai Piave untuk menduduki markas Italia di Lognaroni.

Saat perang usai, Rommel kembali ke Jerman dan tahun 1929 diangkat sebagai instruktur di Sekolah Infantri di Dresden. Oktober 1935, mendapat promosi letnan kolonel dan menjadi pengajar di Akademi Militer di Postdam. 

Perwira brilian ini sempat menulis buku tentang taktik infantri yang dipublikasikan ke umum pada tahun 1937. Karyanya dibaca oleh Adolf Hitler. Terkesima dengan tulisannya, Sang Diktator segera mengangkat Rommel sebagai staf di markas Jerman di Austria dan Cekoslowakia, untuk kemudian juga di Polandia.

Rommel mendapat perintah memimpin Divisi 7 Panser dalam penyerbuan ke Perancis tahun 1940. Pergerakan pasukannya sangat cepat melebihi pasukan manapun dalam sejarah militer dunia. Setelah menduduki terusan di Perancis, ia meneruskan ke selatan dan mengarungi perairan hingga perbatasan Spanyol.

Hasil dari invasi ke Perancis menghantarkannya menapaki pangkat jenderal. Suatu ketika, Benito Mussolini meminta bantuan ke Jerman untuk mendukung penyerbuan kawasan Afrika Utara. Hitler segera mengirim Rommel untuk memimpin Korps Afrika dan terbukti sukses mengusir pasukan Inggris keluar dari Libya. Dia bergerak ke Mesir tapi menelan kekalahan di El Alamein. Saat pasukan Amerika mendarat di Maroko dan Algeria, pasukannya terdesak dan meninggalkan Tunisia. 

Sekarang Rommel mengepalai Angkatan Perang Jerman di Perancis sebagai persiapan menghadapi invasi Sekutu. Sekitar tanggal 15 Juli 1944, setelah merasa tidak mampu untuk menghentikan laju pasukan Sekutu selama Operasi Overlord, Rommel memperingatkan Hitler bahwa Jerman akan kalah dan sebaiknya segera mengakhiri perang. 

Musim panas 1944, dia diajak oleh Ludwig Beck dan Carl Goerdeler untuk bergabung dalam July Plot. Rommel tidak menyetujui rencana pembunuhan terhadap Sang Fuhrer tersebut. Ia sadar, suatu saat pasti akan ditangkap dan diadili.

Musim gugur 1944, Hitler mengetahui rencana sekumpulan jenderal yang akan menentangnya. Rommel pun disinyalir masuk dalam daftar penggagas kudeta. Tanggal 14 Oktober 1944, Rommel didatangi dua jenderal atas perintah Hitler. Dirinya diberi ultimatum: bunuh diri dengan pemakaman kenegaraan dan nasib keluarga dijamin oleh negara, atau dianggap sebagai pengkhianat. Diapun segera menelan pil sianida dan akhirnya tewas. Sungguh tragis.

1 komentar: